RealEstat.id (Jakarta) – Sektor perkantoran di Jakarta mulai menggeliat pasca-pelonggaran pembatasan kegiatan masyarakat yang membuat roda ekonomi kembali bergerak. Namun, kembalinya para karyawan yang bekerja secara offline di gedung-gedung perkantoran Jakarta belum cukup membantu meningkatkan pertumbuhan transaksi sewa ruang kantor, khususnya di area CBD (Central Business Disctrict), mengingat pola ini baru berlaku di pertengahan 2022.
Kondisi ini membuat sektor perkantoran Jakarta masih menemui berbagai kendala untuk bangkit. Kendati beberapa transaksi masih bergulir untuk relokasi dan perpanjangan masa sewa, namun untuk ekspansi ruang kantor sebagai refleksi dari pengembangan bisnis tercatat masih sangat terbatas.
Baca Juga: Perkantoran Sewa di CBD Jakarta Masih Dalam Tekanan
Jakarta Property Highlight yang dirilis Knight Frank Indonesia mencatat, di paruh pertama 2022, tingkat hunian sektor perkantoran Jakarta masih terus terkoreksi di kisaran 73,3%. Bahkan, terdapat lebih dari 90% proyek perkantoran yang terpaksa masih harus menahan kenaikan harga sewa.
Sama seperti semester sebelumnya, tidak adanya penambahan pasokan baru di sektor perkantoran. Bahkan, ada dua gedung perkantoran yang menghentikan kegiatan operasionalnya lantaran tengah dalam proses renovasi.
Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, mengatakan, kondisi perkantoran di Jakarta belum positif seperti di skala regional, di mana tingkat hunian perkantoran di Asia Pasifik yang meningkat sekitar 1,9% secara kuartalan (qoq).
Baca Juga: Ini Dia, Tiga Tren Fit-Out Ruang Kantor di Tahun 2022
“Meski menghadapi berbagai tantangan, pasokan gedung perkantoran tetap mengalami pertumbuhan stok ruang kantor baru sejumlah tujuh proyek hingga 2023, di mana dua di antaranya merupakan gedung yang tahun lalu sempat tertunda konstruksinya,” terang Syarifah Syaukat.
Secara umum, harga sewa masih stagnan (base rental rate) cenderung melemah. Harga sewa perkantoran premium berkisar Rp267.020/m2/bulan (turun -0,8%), perkantoran Grade A sebesar Rp241.584/m2/bulan (-0,9%), perkantoran Grade B sebesar Rp181.427/m2/bulan (-0,9%), sedangkan perkantoran Grade C sebesar Rp143.562 (naik 1,1%).
Baca Juga: Miris, Jakarta Masih Minim Gedung Perkantoran Ramah Lingkungan
Knight Frank juga mencatat bahwa tren green building atau gedung perkantoran yang menerapkan konsep ESG (Environtmental, Social, and Governance) semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan tercatatnya sejumlah 76% stok gedung perkantoran baru yang akan masuk di perkantoran CBD Jakarta adalah gedung bersertifikat hijau. Di sisi lain, rerata sewa ruang kantor ESG lebih tinggi sekitar 42% dari Non ESG.
Sementara itu, beberapa sektor seperti (Infromation & Technology) IT, Fintech, Mining, Insurance, serta Agrobusiness saat ini menjadi penggerak transaksi utama di sektor perkantoran CBD Jakarta.
“Return to Office diperlukan dalam stagnasi pola kerja dalam dua tahun terakhir. Hal ini karena ruang perkantoran menjadi etalase kolaborasi untuk mengasah profesionalisme pekerja, tentunya dengan dukungan ruang kantor yang fleksibel dan berkualitas,” tutur Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia.