RealEstat.id (Jakarta) – Pergerakan pasar rumah tapak di Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi) pada Kuartal III 2024 terpantau masih mengalami pertumbuhan yang positif.
Leads Property mencatat, secara kuartalan pasar rumah tapak Jabodetabek mendapat tambahan 2.800 unit baru dengan jumlah penjualan sebesar 1.900 unit, di mana mayoritas masih berasal dari area Tangerang.
Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Services Leads Property menjelaskan, harga rumah rata-rata di area Jabodetabek mengalami peningkatan 3% dibanding kuartal sebelumnya (QoQ).
Baca Juga: Prospek Pasar Properti 2025: Harga dan Fasilitas Jadi Pertimbangan
"Penjualan rumah tapak di Jabodetabek masih didukung dengan adanya regulasi PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) yang berlaku hingga Desember 2024," terangnya kepada awak media, Kamis (28/11/2024).
Sementara itu, pasokan rumah tapak di wilayah Jabodetabek hingga akhir Kuartal III 2024 terpantau masih tetap mengalami pertumbuhan, terutama di kawasan Tangerang dan Bekasi.
Menurut catatan Leads Property, Tangerang mengalami penambahan pasokan rumah tapak sebesar 14,4% secara tahunan (YoY), dengan pertumbuhan harga 3,5% (YoY), sementara tingkat penjualan belum bergerak.
Sementara, tambahan pasokan rumah tapak di Bekasi naik 7,0% (YoY), di mana tingkat penjualan naik 1,2% (YoY) dan pertumbuhan harga naik 3% (YoY).
Baca Juga: Segmen Atas Mendominasi, Perumahan Jabodetabek-Karawang Banyak Diminati End-User
Depok mengalami penambahan pasokan 4,2% (YoY), dengan tingkat penjualan naik tipis 0,7% (YoY) dan pertumbuhan harga yang cukup signifikan, yakni 12,3% (YoY)
Di Ibu Kota Jakarta sendiri, tambahan pasokan rumah tapak sebesar 4,1% (YoY), di mana tingkat penjualan naik 1,8% (YoY) dan harga bertumbuh 5,2% (YoY).
Tambahan pasokan rumah tapak di Bogor paling sedikit di Kuartal III 2024, yakni hanya 3,7% (YoY), di mana tingkat penjualan naik 1,2% (YoY) dan pertumbuhan harga meningkat 4,3% (YoY).
Secara umum, pasokan rumah tapak di Jabodetabek hingga akhir Kuartal III 2024 mencapai 180.000 unit. Tangerang menjadi penyumbang terbanyak (46%), diikuti Bekasi (25%), Bogor (19%), sementara Jakarta dan depok masing-masing (5%).
Baca Juga: Pengaruh PPN DTP Pada Performa Sektor Properti: Riset Knight Frank
Tingkat penjualan rumah tapak rata-rata di Jabodetabek mencapai 93%, di mana Depok menjadi yang tertinggi (95%), diikuti Bogor (94%), Bekasi (94%), Tangerang (93%), dan Jakarta (84%).
Leads Property juga mengungkapkan, harga jual rata-rata rumah tapak di Jabodetabek mencapai Rp2,6 miliar per unit. Jakarta masih yang tertinggi dengan rata-rata harga Rp5,7 miliar per unit.
Tangerang menyusul dengan harga rata-rata Rp3,0 miliar per unit, diikuti Depok (Rp1,6 miliar), Bakasi (Rp1,4 miliar), dan Bogor (Rp1,0 miliar).
"Sebagai catatan, munculnya klaster-klaster baru dengan harga cukup kompetitif, menyebabkan penurunan rerata harga pasar untuk beberapa kawasan," tutur Martin Samuel Hutapea.
Baca Juga: Nilai Kawasan Pengembangan Rumah Tapak di Jabodetabek Bisa Cepat Naik, Ini Syaratnya!
Kawasan Mana Paling Prospektif?
Riset yang dilakukan Leads Property memperlihatkan, keterbatasan lahan untuk pengembangan perumahan di kawasan Jakarta mendorong tren pembangunan townhouse dengan luas lahan terbatas namun memiliki 3 - 4 lantai.
"Konsep ini menjadi salah satu alternatif yang diminati dalam pengembangan perumahan," kata Martin, menjelaskan.
Sementara itu, dukungan infrastruktur berupa jalan tol dan rencana pembangunan MRT, membuat kawasan Jakarta Utara-Timur mulai menarik minat investor, pengembang, dan pembeli, sebagai alternatif kawasan Tangerang dan Tangerang Selatan.
Kawasan perumahan di area penyangga Jakarta dengan harga yang terjangkau dan akses yang mudah ke transportasi umum, seperti KRL, akan lebih diminati dibandingkan perumahan yang dekat dengan jalan tol.
Baca Juga: Tren Terkini Pasar Hunian Premium di Jakarta
"Hal ini dikarenakan akses KRL yang dinilai lebih hemat biaya dan efektif dalam menghindari kemacetan," terang Martin Samuel Hutapea.
Di sisi lain, pengembangan rumah dengan harga terjangkau di luar Jakarta telah bergeser dari kawasan BSD dan Gading Serpong ke wilayah Cisauk, Cikupa, dan Tenjo.
Pasalnya, dengan harga yang lebih rendah, pembeli dapat memperoleh rumah dengan ukuran lebih luas.
Tak hanya itu, kawasan tersebut juga dengan mudah dijangkau melalui JORR 2 (Cikupa) dan transportasi umum berupa KRL (Cisauk & Tenjo).
Menurut Martin, BSD dan Gading Serpong kini tidak lagi menyasar pasar perumahan dengan harga terjangkau, melainkan lebih fokus pada segmen kelas menengah hingga menengah atas.
Baca Juga: Jadi New Territory, Properti di Barat Jakarta Tawarkan 'Value of Life'
Pasar ini didominasi oleh generasi baby boomer yang mencari hunian nyaman dengan harga yang kompetitif dibandingkan kawasan Jakarta.
"Pemilihan Lokasi untuk pembelian rumah mewah juga mengalami pergeseran ke area tersebut dengan kisaran harga di atas Rp15 miliar per unit," katanya.
Kawasan township dengan tingkat penjualan yang tinggi umumnya didukung oleh kelengkapan fasilitas komersial dan infrastruktur yang memadai.
"Fasilitas seperti sekolah, sarana olahraga, pusat perbelanjaan, dan area ritel, serta infrastruktur pendukung seperti jalan yang baik dan penerangan jalan, menjadi faktor utama yang dipertimbangkan oleh calon pembeli dalam memilih hunian," pungkas Martin.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News