Arsitektur Masjid: Filosofi, Desain, dan Kemegahan Zaman

Masjid yang dibangun biasanya mewakili zamannya, dengan menghadirkan arsitektur bangunan sesuai pemahaman desain dan teknologi saat itu.

Masjid Istiqlal setelah renovasi (foto: dok. Satrio Herlambang)
Masjid Istiqlal setelah renovasi (foto: dok. Satrio Herlambang)

RealEstat.id (Jakarta) - Arsitektur masjid di Tanah Air memiliki keunikan tersendiri yang tidak terlepas dari filosofi dan arsitektur lokal. Pasalnya, Islam tidak mengatur secara ketat bentuk sebuah masjid, melainkan hanya memberi rambu dan prinsip terkait kebersihan dan kenyamanan sebuah tempat beribadah. Namun, pada perkembangannya, masjid tak hanya menjadi tempat beribadah, tetapi juga mewadahi kegiatan masyarakat dan sosial.

Masjid yang dibangun biasanya mewakili zamannya, dengan menghadirkan arsitektur bangunan sesuai pemahaman desain dan teknologi saat itu. Tak jarang sebuah masjid dibangun dengan bahan dan teknologi terbaik pada masanya, sehingga menjadi karya monumental yang tak lekang dimakan usia.

Baca Juga: Arsitektur Resort & Leisure: Perkawinan Harmonis Desain dan Alam

Hal ini yang coba diangkat dalam webinar bertajuk "Arsitektur Masjid - Filosofi dan Desain" yang digelar, Kamis (17/6/2021). Acara yang diselenggarakan Kenari Djaja, bersama Jurusan Arsitektur Universitas Trisakti dan Majalah Asrinesia ini diikuti 500-an peserta dari kalangan profesional, arsitek, desainer interior, mahasiswa, serta pemerhati peninggalan arsitektural.

Webinar yang dipandu moderator Ady Rizalsyah Thahir, arsitek Universitas Trisakti ini, bertujuan memberi pemahaman kepada para arsitek muda dan pemerhati bangunan ibadah Islam, agar dapat menciptakan karya desain masjid terbaik sesuai akidah agama dan kemajuan teknologi terbaru.

Tidak Ada Aturan Arsitektur Baku
Dalam pemaparannya, Nur Rahmawati Syamsiah, dosen Arsitektur Universitas Muhammadiah Surakarta menjelaskan fungsi dan peran masjid bagi umat Islam, yakni: sebagai rumah Allah, tempat beribadah, tempat pemersatu umat, serta manifestasi dan barometer keberadaan masyarakat muslim.

“Dalam definisi masjid menurut syariat, tidak menekankan pada unsur artefak, yang menandakan keleluasaan yang diberikan Islam terhadap bentuk masjid. Hal ini yang menyebabkan, bentuk masjid dari masa Rasulullah hingga kini sangat beragam,” terang Nur Rahmawati Syamsiah.  

Meski demikian, imbuhnya, ada prinsip-prinsip yang harus dipatuhi dalam membangun sebuah masjid. Pertama, larangan menyerupai tempat ibadah non muslim dan menggunakan simbol khas agama lain (tasyabbuh).

Baca Juga: Adaptasi Arsitektur Hijau Pada Bangunan dan Lingkungan Perkotaan

"Kedua, larangan menghias masjid secara berlebihan. Ketiga, larangan meninggikan bangunan masjid tanpa kebutuhan. Keempat, larangan membangun masjid di atas makam," jelasnya.

Sebagai objek arsitektur, tutur Nur, masjid merupakan ruang terbuka dengan pembatas di sekelilingnya dan penekanan orientasi kiblat yang disebut sebagai model idghah. Satu-satunya unsur utama masjid adalah ruang terbuka berorientasi kiblat yang dikelilingi pembatas untuk menandakan batas masjid sebagai ruang suci.

“Jadi, bentuk arsitektur masjid bisa dilihat dari beberapa pendekatan, seperti pendekatan populis revivalisme, yakni penerapan unsur arsitektur masa lalu, periode kejayaan Islam. Kedua, pendekatan eklektik yang mencampur dua atau tiga langgam arsitektur. Ketiga, pendekatan regionalisme di mana arsitektur masjid mewakili lingkungan dan sosial budaya wilayah setempat. Keempat, pendekatan metafora yang menampilkan arsitektur dengan simbolisasi yang mewakili Islam. Kelima, pendekatan struktural yang menampilkan elemen struktur sebagai estetika," paparnya.

Mewakili Nilai Ketuhanan dan Kebangsaan
Sementara itu, Panogu Silaban, arsitek dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menjelaskan sejarah pembangunan Masjid Istiqlal yang dirancang oleh ayahnya: Friedrich Silaban. Menurutnya, kemegahan arsitektur Masjid Istiqlal tak terlepas dari visi Presiden Soekarno pada saat itu yang menginginkan masjid yang monumental dan bertahan hingga ribuan tahun. Masjid ini harus dapat menjadi kebangaan bangsa Indonesia, tetapi tidak bersifat kedaerahan atau kesukuan.

"Dan yang terpenting, gaya arsitektur masjid ini tak terpengaruh perubahan zaman, atau menurut bahasa Soekarno: stijl yang timeless," kata Panogu Silaban.

Baca Juga: Renovasi Selesai, Masjid Istiqlal Diresmikan Kembali Sebelum Idul Adha

Dia berkisah, Arsitek Frederich Silaban merancang Masjid Istiqlal setelah keluar sebagai pemenang sayembara Masjid Nasional kala itu. Masjid ini memiliki dua sumbu, satu berorientasi ke arah kiblat, satu lagi ke arah lapangan merdeka, lokasi Monas saat ini.

"Jadi, Masjid Istiqlal mewakili dua nilai, yakni nilai ketuhanan dan nilai kebangsaan," jelasnya.

Frederich Silaban sendiri, imbuh Panogu, mengatakan arsitektur Istiqlal itu asli, tidak meniru dari mana-mana, tetapi juga tidak tahu dari mana datangnya. Patokannya dalam merancang Istiqlal hanyalah kaidah-kaidah arsitektur uang sesuai dengan iklim Indonesia dan berdasarkan apa yang dikehendaki orang Islam terhadap sebuah masjid.

“Arsitektur Masjid Istiqlal adalah bangunan modern. Bentuk massa-nya geometris sederhana. Meski memiliki kubah, tetapi bentuknya tidak meniru-niru. Bahasa tropisnya meliputi atap dengan teritisan lebar, memiliki emper beratap, dinding kerawang, elemen-elemen vertikal dan horisontal pada bagian fasad,” jelasnya.

Lebih Kinclong
Meski Masjid Istiqlal dapat bertahan sampai sekarang, namun ada beberapa bagian yang memerlukan perawatan dan penguatan desain arsitektur, interior dan lansekap. Untuk itu Pemerintah melakukan renovasi masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut yang pengerjaannya rampung tahun ini.

Istiqlal yang terletak bersebelahan dengan Gereja Kathedral, tampil tidak saling bertentangan melalui rancangan ruang luarnya. Tim Renovasi Masjid ini memaparkan penguatan arsitektur Istiqlal sebagai suatu Heritage yang kini menjadi salah satu destinasi wisata Ibukota Jakarta.

Baca Juga: Sambut Idul Fitri, Signify Hadirkan Cahaya Suci untuk Masjid Agung Istiqlal

Satrio Herlambang, Arsitek Universitas Trisakti, yang juga Koordinator Perencana Renovasi Masjid Istiqlal Jakarta, memaparkan, pihaknya hanya membuat Masjid Istiqlal "lebih kinclong" dengan merenovasi beberapa bagian bangunan yang rusak serta mengatur tata letak dan zoning.

"Semula, pengunjung bisa parkir hingga ke depan masjid, pedagang kaki lima juga bisa masuk ke area bangunan masjid. Namun, sekarang kami buat beberapa zoning agar lebih tertata, seperti zona publik, zona semi publik, zona private, dan bangunan masjid," jelas Satrio Herlambang.

Redaksi@realestat.id