Apartemen Jabodetabek: Pasokan Meningkat, Penyerapan Melemah

Sebanyak 15 proyek apartemen rampung di Jabodetabek pada Kuartal IV 2021 lalu. Proyek-proyek ini menambah 8.267 unit pasokan baru.

Apartemen The Ayoma besutan PT PP Properti, Tbk. anak usaha PT PP (Persero) Tbk. (Foto: Dok. PPRO)
Apartemen The Ayoma besutan PT PP Properti, Tbk. anak usaha PT PP (Persero) Tbk. (Foto: Dok. PPRO)

RealEstat.id (Jakarta) - Hingga akhir 2021, penyelesaian proyek apartemen baru di Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek) meningkat dibanding tahun sebelumnya.

Konsultan properti  Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, sebanyak 15 proyek apartemen rampung di Jabodetabek pada Kuartal IV 2021 lalu. Proyek-proyek ini menambah 8.267 unit pasokan baru atau meningkat 2,47% dari total pasokan di kuartal sebelumnya (qtq).

Meskipun penerapan kebijakan PPKM Darurat yang lebih ketat pada pertengahan tahun 2021 menyebabkan terhentinya konstruksi beberapa proyek, namun total pasokan apartemen baru di Jabodetabek bisa mencapai 27.423 unit, atau meningkat 42% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. 

Baca Juga: Harga Stagnan, Developer Apartemen Jabodetabek Tawarkan Aneka Promo

Riset bertajuk MarketBeat Kuartal IV 2021 yang dirilis Cushman & Wakefield memperlihatkan, jumlah peluncuran apartemen baru turun 6,2% sejak Kuartal III 2021, karena pengembang menunda launching proyek baru hingga 2022.

Hanya tiga proyek yang dirilis ke pasar pada kuartal terakhir 2021 dengan total 839 unit, yaitu: Tower 12,15 Rainbow Springs CondoVillas - Orange, Tangerang (40 unit), Creativo Bintaro (704 unit), dan Marigold Navapark Tower 7 (95 unit).

"Sebagian besar pengembang masih fokus pada pemasaran unit eksisting, memanfaatkan peluang penerapan insentif pemerintah yang membebaskan pajak pertambahan nilai untuk hunian siap huni," terang  Arief RahardjoDirector Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia dalam laporan tersebut.

Baca Juga: Pasokan Rendah, Harga Apartemen di Jabodetabek Stagnan

Penyerapan bersih apartemen Jabodetabek tercatat sebesar 1.900 unit pada kuartal IV 2021, baik dari proyek yang telah selesai, maupun dari proyek yang tengah dikembangkan. Angka ini mencapai 452% lebih tinggi dari total unit yang terserap pada kuartal terakhir tahun 2020 (YoY).

Kendati demikian, total unit yang terserap sepanjang tahun 2021 masih lebih rendah dibandingkan dengan yang terserap pada tahun 2020. Menurut data Cushman & Wakefield, sebanyak 9.317 unit terserap pasar di tahun 2020, sedangkan pada tahun 2021 hanya 7.732 unit, atau turun -17% (YoY).

Hal ini menunjukkan bahwa terlepas dari peningkatan penyerapan per kuartal, pasar apartemen secara keseluruhan belum pulih dari efek pandemi. Tingkat penjualan kumulatif apartemen sedikit meningkat dari 93,3% di tahun 2020 menjadi 93,9% (0,6% YoY), sementara tingkat pra-penjualan menurun sebesar 4,2% dari 61,7% pada tahun 2020 menjadi 59,1%. 

"Hingga akhir kuartal, rata-rata tingkat kekosongan pasar turun 4,9% dari 52,2% pada kuartal ketiga menjadi 49,6%, sejalan dengan kemudahan pembatasan perjalanan dan pekerjaan lokal, serta pemberlakuan PPKM Level 2," terang Arief Rahardjo. 

Baca Juga: Tahun 2022: Saat yang Tepat Membeli Apartemen di Jakarta, Ini Alasannya!

Di sisi lain, harga jual apartemen di Jabodetabek terpantau sedikit mengalami peningkatan.  Rata-rata pertumbuhan harga di Jabodetabek pada kuartal terakhir tahun 2021 tercatat sebesar Rp43.700.000 per m2, atau meningkat 0,7% dari secara kuartalan.

Sebagian besar pengembang menawarkan banyak promosi untuk mendongkrak penjualan seperti paket berperabotan lengkap, diskon biaya pemesanan, dan jaminan sewa selain insentif pembebasan PPN dari pemerintah.

"Harga jual apartemen diproyeksikan meningkat pada 2022 karena pemerintah berencana menaikkan tarif PPN menjadi 11% per April 2022," katanya. 

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)