Strategi Pengembang, Investor, dan Penyewa Ruang Perkantoran saat Wabah COVID-19

Bagaimana strategi pengembang, investor, pemilik, dan penyewa ruang perkantoran agar bisa bertahan di saat yang penuh tantangan ini?

Ruang perkantoran yang didesain cozy. (Foto: Realestat.id)
Ruang perkantoran yang didesain cozy. (Foto: Realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) - Pandemi COVID-19, tak dapat dipungkiri berdampak pada kondisi ekonomi Indonesia secara signifikan—termasuk bisnis ruang perkantoran. Lantas, bagaimana seharusnya pengembang, investor, pemilik, dan penyewa bertahan di saat yang penuh tantangan ini?

Beberapa pekan terakhir, tim Colliers Indonesia mengumpulkan informasi dan melihat beberapa perusahaan telah mulai mengevaluasi rencana kerja dan memantau perkembangan pandemi sebelum membuat keputusan.

Baca Juga: Pasar Perumahan Jakarta Mulai Terdampak COVID-19

Sementara itu, pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang bertujuan mengurangi dampak penyebaran COVID-19 telah membatasi banyak kegiatan sosial dan bisnis, termasuk meliburkan sekolah dan pembatasan kegiatan keagamaan, kegiatan di tempat kerja, dan fasilitas secara umum.

Langkah yang banyak diambil adalah menerapkan meeting secara virtual dan protokol terkait Work from Home (WFH). Berdasarkan feedback dan fakta di lapangan, tim Colliers Indonesia mencatat beberapa langkah yang bisa menjadi solusi.

Strategi Jangka Pendek
Untuk jangka pendek, kendala yang paling terlihat di pasar sebagai akibat COVID-19 adalah banyak perusahaan telah menerapkan WFH, sehingga semua kegiatan seperti pertemuan fisik ditunda, dan klien tidak dapat dengan mudah membuat keputusan lebih lanjut karena hal ini. 

Berikut adalah beberapa peluang yang dapat diterapkan pengembang, investor, dan pemilik dalam jangka pendek:

pertama, cobalah untuk menggunakan dan lebih fokus pada teknologi digital. Misalnya, selama kita masih dalam kondisi WFH, bagi beberapa calon penyewa yang tidak dapat melakukan rapat dan inspeksi lokasi di dalam gedung, video VR mungkin menjadi solusinya. Materi pemasaran berbasis digital juga akan membantu dalam hal branding dan promosi, karena kebanyakan orang beralih ke situs web dan media sosial untuk mencari informasi.

Baca Juga: Pasar Perumahan: Banyak Pengembang Terancam Kolaps!

Sementara itu, bagi penyewa, kesulitan yang mungkin dihadapi tidak jauh berbeda. Rapat langsung sangat terbatas, demikian pula kegiatan dalam membuat rencana, melaksanakan sewa atau beli, dan pembiayaan. Di saat seperti ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan:

Buka peluang untuk bekerja dari jarak jauh untuk jangka waktu yang lama hingga kondisi kembali normal. 

Hematlah biaya semaksimal mungkin. Tujuan utama kegiatan dan keuangan adalah efisiensi dengan memotong semua biaya operasional yang tidak perlu dan bersiap untuk yang terburuk, karena kita tidak tahu kapan wabah akan berakhir. Maksimalkan penggunaan teknologi digital. Video VR dan rapat online dapat dilakukan tanpa perlu bertemu secara fisik. Artificial Intelligence (AI) dapat menjadi contoh yang baik tentang bagaimana teknologi dapat membantu penjajah selama krisis seperti ini.

Strategi Jangka Panjang
Secara jangka panjang, Colliers mencatat beberapa hal bagi pengembang, investor, dan pemilik ruang kantor. Pertama, WFH adalah protokol yang perlu diadaptasi perusahaan di Indonesia. Setelah dipelajari dan ditinjau, model bisnis ini membawa perkembangan positif dan bisa menjadi sesuatu yang normal. 

Dengan banyaknya divisi yang bekerja dari rumah, berarti permintaan ruang perkantoran akan lebih rendah. Hal ini membuat skenario yang cukup menantang bagi pengembang dan pemilik ruang kantor—yang perlu mencari penyewa lain yang bisa menutupi ruang kosong.

Baca Juga: Wabah COVID-19 Hantam Pasar Perumahan Sekunder

Kedua, penyesuaian di area operasional. Dalam jangka panjang, dapat mulai dipikirkan untuk mengubah target penyewa.

Ketiga, efisiensi pemasaran. Divisi pemasaran dapat menggunakan pendekatan baru untuk penyewa, menemukan target pasar baru, dan menggunakan teknologi digital.

Keempat, efisiensi harus diperhatikan dan diterapkan di semua sektor. Perusahaan dan bisnis harus melakukan efisiensi dari semua lini, termasuk efisiensi ruang perkantoran, memotong biaya dari lini yang kurang penting, restrukturisasi, dan meninjau atau merencanakan kembali model bisnis.

Terakhir, cobalah untuk membuat solusi win-win di antara pengembang, pemilik, investor dan penjajah hingga krisis COVID-19 berakhir.

Baca Juga: Pasar Perumahan: Penjualan Rumah Menengah-Bawah Turun 62,5% di Kuartal I-2020

Jika model bisnis WFH berlanjut, maka hanya ada sedikit biaya yang dibutuhkan untuk ruang kantor. Berdasarkan apa yang terlihat sekarang, sepertinya mayoritas pasokan kantor yang sedianya rampung tahun ini akan ditunda hingga 2021.

Sementara, realisasi pasokan baru yang diproyeksikan akan selesai setelah 2021 agaknya sangat tidak mungkin terjadi. Ini terjadi karena situasi kelebihan pasokan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu beberapa tahun agar pasokan ruang perkantoran terserap sebelum pasokan dan permintaan seimbang.

Untuk penyewa ruang perkantoran, sebaiknya perlu melakukan penghitungan ulang model bisnis baru agar terjadi efisiensi, dan kemudian meninjau kembali setelah kondisi kembali normal. Efisiensi dapat dihitung antara pendapatan dan pengeluaran. Dengan demikian, untuk menyusun ulang strategi jangka panjang, baik operasional maupun keuangan harus benar-benar dihitung. Selain itu, mempersiapkan teknologi yang dibutuhkan untuk kerja jarak jauh juga diperlukan untuk kelangsungan bisnis.

Berita Terkait

Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)