RealEstat.id (Jakarta) - Pertanyaan tentang konsep rumah yang islami sering muncul dari Muslim di berbagai forum kajian. Bagaimana Islam mengatur rumah agar sesuai dengan istilah rumahku surgaku? Apa yang Rasulullah ajarkan agar rumah umatnya bisa meningkatkan ketakwaan?
Dalam hadis yang diriwayatkan Ath-Thabrani dan Imam Ahmad, Rasulullah SAW menjelaskan empat kebahagiaan seorang Muslim yang salah satunya adalah rumah yang luas.
“Empat perkara yang merupakan kebahagiaan, yaitu istri yang salihah, rumah yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang enak dinaiki. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan adalah tetangga yang jelek, istri yang buruk akhlaknya, rumah yang sempit, dan kendaraan yang tidak enak dinaiki,” (HR Ath-Thabrani dan Imam Ahmad).
Baca Juga: Amalkan 3 Sunnah Nabi Ini, Insyaallah Rumah Selalu Berkah
Sejumlah Ulama menafsirkan rumah yang luas tidak sebatas bentuk fisiknya saja, namun rumah yang bisa membuat penghuninya leluasa untuk mengamalkan nilai-nilai Islam. Tafsir lain menyebutkan rumah yang luas adalah rumah yang membuat nyaman penghuninya.
Konsep rumah islami setidaknya memenuhi nilai-nilai kebaikan, yakni tauhid (Ketuhanan), serta rumah yang bisa membuat penghuninya senantiasa mengingat Allah SWT, sesuai firman-Nya, “Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS Ali Imran : 191).
Rumah islami juga harus dijadikan sebagi tempat untuk mengamalkan nilai-nilai kebaikan seperti firman Allah SWT, “Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya. Sebenarnya tidak ada janji dari Allah, bukan juga karena mereka tidak tahu.” (QS Al Baqarah: 82).
Baca Juga: Ingin Rumah Penuh Berkah? Biasakan Salat Sunah Ini di Rumah
Implementasi konsep di atas adalah menyediakan ruang khusus beribadah (musala). Ruangan tersebut bisa digunakan untuk salat, membaca Al Quran, atau aktivitas ibadah lainnya. Ruang ibadah juga dapat digunakan sebagai tempat belajar bagi anggota keluarga, khususnya anak yang harus mendapatkan pendidikan agama sejak dini. Menyediakan ruangan khusus untuk ibadah di rumah, Anda berarti mewujudkan istilah “rumahku, surgaku.”
Istilah rumahku surgaku dapat diartikan sebagai anjuran keluarga Muslim menjadikan rumahnya sebagai miniatur surga, yang digambarkan dalam Al Quran sebagai tempat yang indah, tenang dan nyaman. Tidak ada suara yang terdengar di dalam rumah itu kecuali pujian kepada Allah SWT dan kebaikan.
Kunci mewujudkan “rumahku surgaku” terletak pada kemauan manusia untuk mengikuti semua aturan Allah SWT, terutama di dalam rumah. Keluarga yang dibina dengan tujuan taat kepada Allah SWT, mengisi kehidupan sehari-hari mereka dengan aktivitas ibadah. Lebih jauh lagi, tujuan utama dan akhir dari sebuah keluarga adalah kelak berkumpul di surganya Allah SWT.
Baca Juga: Tips Hadirkan Mushola Minimalis Nan Cantik di Rumah Berlahan Terbatas
Allah SWT berfirman, “Bila tergerak hatinya akan berbuat maksiat, maka ia ingat akan Tuhan yang mengetahui segala sesuatu baik yang kelihatan maupun yang tersembunyi. Karena itu ia meninggalkan perbuatan itu, takut akan azab dan hukuman yang akan diterimanya. Mereka berbuat baik dan mengajak manusia berbuat baik pula.” (QS Ar Rahman: 46 - 47).
Membangun rumah islami harus terhindar dari syirik (menyekutukan Allah SWT). Pemilihan lokasi dan tata letak ruangan atau perabotan tidak dikaitkan dengan kepercayaan lain misalnya sesuai feng shui. Seremoni/ ritual yang tidak diajarkan Islam seperti tolak bala dengan cara menanam kepala kambing atau kerbau juga wajib dihindari. Perabotan di dalam rumha pun juga harus sesuai, tidak ada gambar atau lukisan makhluk bernyawa (manusia dan hewan) serta dilarang untuk memajang patung.
Rasulullah menjelaskan, “Di mata Allah, orang yang menerima hukuman paling berat di hari kebangkitan adalah para juru gambar.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis lain yang menjadi dasar larangan memjang lukisan makhluk bernyawa dan patung adalah, “Janganlah engkau biarkan gambar makhluk bernyawa kecuali engkau rusak, dan jangan biarkan ada kuburan yang ditinggikan kecuali engkau ratakan,” (HR. Muslim).
Baca Juga: Arsitektur Masjid: Filosofi, Desain, dan Kemegahan Zaman
Aturan lain dalam Islam soal rumah adalah pemisahan kamar anak laki-laki dan perempuan setelah mereka memasuki akil balig. Allah SWT berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan perempuan) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh (dewasa) di antara kamu, meminta izin kepada kamu pada tiga kali (kesempatan) yaitu, sebelum salat Subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)-mu di tengah hari, dan setelah salat Isya.” (QS An Nur: 58).
Bentuk fisik rumah islami juga harus menyertakan akses masuk cahaya sebagai simbol keagamaan. Jendela dan ventilasi harus memadai. Rumah yang rutin tersinari cahaya matahari akan semakin terlihat hidup, serta membuat penghuninya menjadi lebih sehat. Dalam ajaran Islam, masuknya cahaya matahari ke dalam rumah agar umatnya bisa merasa nyaman dalam melakukan aktivitas sehari-hari.