Peluang dan Prospek Hunian Berkonsep TOD di Jakarta

Pembangunan hunian berbasis konsep TOD dapat menjadi sebuah jawaban terhadap rendahnya permintaan unit apartemen di Jakarta saat ini.

Stasiun MRT Jakarta (Foto: Colliers)
Stasiun MRT Jakarta (Foto: Colliers)

RealEstat.id (Jakarta) – Konsep Transit Oriented Development (TOD) telah diimplementasikan oleh beberapa area perkotaan di Indonesia, termasuk DKI Jakarta. Hal ini menjadi salah satu solusi untuk mengurangi permasalahan transportasi yang kerap dihadapi akibat dari penggunaan kendaraan pribadi yang sangat tinggi.

"Untuk mengurangi hal tersebut, TOD menyediakan fasilitas hunian, komersial, dan hiburan yang berdekatan dengan pusat transportasi, dengan harapan meningkatnya penggunaan transportasi umum,” jelas Monica Koesnovagril, Head of Advisory Services Colliers Indonesia.

Dalam Market Insights bertajuk 'Peluang Investasi Transit Oriented Development (TOD) di DKI Jakarta', Colliers Indonesia mengungkapkan apa saja sentimen yang dapat mempengaruhi hunian berkonsep TOD, serta prospek investasi TOD di DKI Jakarta.

Baca Juga: Pemerintah Susun Buku Pengembangan Hunian Berbasis Transit (TOD)

Sentimen yang Pengaruhi Investasi Hunian Berkonsep TOD di Jakarta

Monica Koesnovagril mengatakan, penjualan perumahan tumbuh secara stabil. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan terhadap rumah terus mengalami pertumbuhan.

Untuk dapat menarik minat investor terhadap TOD, beberapa isu berikut ini perlu dijadikan sebagai bahan pertimbangan:
1. Kemudahan terhadap perizinan dan pendampingan.
2. Peningkatan intensitas nilai bangunan atau nilai tanah.
3. Insentif berupa pengurangan nilai kewajiban daerah.
4. Kewajiban atau insentif bagi pengembang untuk mengembangkan perumahan bagi berbagai segmen pasar, tidak hanya bagi segmen pasar tertentu.

Baca Juga: 4 Manfaat Proyek TOD Menurut Kementerian PUPR

Daya Tarik dari Konsep High-Rise Residential

Perjalanan ke tempat kerja yang cukup memakan waktu membuat perumahan di pusat kota menjadi lebih menarik terutama bagi para pekerja muda (baik yang telah berkeluarga ataupun belum).

Namun tantangan yang mereka hadapi adalah tingginya harga rumah di pusat kota, yang disebabkan karena tingginya harga tanah. High-rise residential yang dekat dengan pusat transportasi massal (MRT, LRT, KRL, Commuter Line, kereta cepat) dapat menjadi sebuah solusi.

"Pembangunan properti berbasis konsep TOD dapat menjadi sebuah jawaban terhadap rendahnya permintaan unit apartemen saat ini," kata Monica.

Baca Juga: Mengapa Generasi Milenial Harus Tinggal di Hunian Vertikal?

Bedasarkan observasi yang dilakukan Colliers Indonesia, pekerja muda terutama bagi yang berada pada kisaran umur 30 - 35 tahun pada umumnya mencari rumah atau unit perumahan dengan harga berkisar antara Rp800 juta hingga Rp1,5 miliar.

Prospek Investasi TOD

Konsep hunian berkonsep TOD adalah sebuah pembangunan mixed-use, yang terdiri dari perkantoran, perumahan atau apartemen, ritel, hotel, dan sebagainya.

Namun, mempertimbangkan performa pasar properti saat ini, potensi terhadap permintaan, umumnya datang dari komponen perumahan yang difasilitasi oleh komponen ritel.

Selain itu, perusahaan swasta dapat terlibat di proyek TOD dengan memanfaatkan aset milik pemerintah atau pemerintah daerah.

Redaksi@realestat.id

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)