Naik 26% di 2021, Investasi Properti Asia Pasifik Kembali ke Level Sebelum Pandemi

Investasi properti komersial di Asia Pasifik mencapai USD177 miliar, didorong oleh aktivitas di kawasan Australia, China, dan Jepang.

Tokyo, Jepang (Foto: Dok. Pixabay)
Tokyo, Jepang (Foto: Dok. Pixabay)

RealEstat.id (Jakarta) – Investasi langsung di pasar properti komersial Asia Pasifik tercatat mencapai USD177 miliar di tahun 2021, dengan angka volume belanja modal yang kembali ke level sebelum pandemi di 2019.

Menurut data dan analisis yang dipublikasikan pada laporan JLL bertajuk Asia Pacific Capital Tracker 4Q21, volume investasi setahun penuh pada 2021 naik 26% secara tahunan. Hal ini didorong oleh lonjakan aktivitas di Australia, China, dan stabilitas pasar di Jepang.

Stuart Crow, CEO, Capital Markets, JLL Asia Pacific menjelaskan, pemulihan sektor properti di Asia Pasifik menguat pada tahun 2021, seiring bertambahnya arus modal dari investor yang menunjukkan kepercayaan jangka panjang melalui diversifikasi portofolio investasi di berbagai wilayah dan sektor.

Baca Juga: Pasar Properti Asia Pasifik Berakselerasi di Tengah Ketidakpastian Tahun 2022

"Meski para investor belum sepenuhnya kembali ke sektor properti Asia Pasifik, tetapi berdasarkan perbincangan kami dengan mereka, kami yakin ada keyakinan kuat untuk meningkatkan eksposur pada tahun 2022 dengan menargetkan transaksi yang lebih besar serta akuisisi platform,” terang Stuart Crow.

Berdasarkan riset JLL, Australia adalah negara yang paling banyak menarik investasi properti di kawasan Asia Pasifik, dengan peningkatan volume transaksi mencapai USD35 miliar pada tahun 2021, atau 170% lebih tinggi dari tahun sebelumnya.

Aktivitas tersebut didorong oleh kenaikan transaksi platform logistik sepanjang tahun, dengan rekor tertinggi tercatat sebesar USD9,3 miliar, termasuk pembelian portofolio Milestone senilai AUD3,8 miliar (USD2,7 miliar) oleh ESR dan GIC dari Blackstone.

Baca Juga: Ekonomi Asia Pasifik Pulih di 2022, Lampu Hijau Bagi Investor Properti

Di sisi lain, investasi perkantoran dan ritel juga mulai pulih. Hal ini terlihat dari transaksi besar-besaran Melbourne Quarter Tower oleh National Pension Service of Korea dan akuisisi 50% dari tiga aset ritel di Sydney oleh LINK REIT.

Sementara itu, transaksi di China meningkat 21% secara tahunan menjadi USD39 miliar pada 2021, yang didorong oleh aktivitas di sektor ritel, logistik, dan pusat data. Pencatatan 13 surat berharga investasi properti (REITs) mendapat sambutan baik dari investor dan menandai perkembangan baru di pasar properti dalam negeri China.

Tahun ini sektor real estat di Jepang mencatat investasi langsung sebesar USD41 miliar, angka tersebut turun 4% jika dibanding tahun sebelumnya, meski di tengah ramainya bisnis multi-keluarga. Di bisnis perkantoran, penjualan dan penyewaan kembali kantor pusat biro iklan Dentsu di Tokyo senilai USD2,8 miliar menjadi salah satu transaksi yang diperhitungkan.

Baca Juga: Prinsip Keberlanjutan Pengaruhi Fit Out Ruang Perkantoran di Asia Pasifik

Pada 2021, investasi logistik mencapai USD48 miliar, tumbuh 50% secara tahunan dan mencapai dua kali lipat sejak 2019. Minat investor terhadap transaksi besar yang bernilai lebih dari USD300 juta meningkat tajam pada 2021. Data JLL menunjukkan adanya peningkatan investasi sebesar empat kali lipat di sektor ini selama dua tahun terakhir.

JLL memperkirakan bahwa minat investor akan terus meningkat seiring pertumbuhan bisnis penyewaan di kawasan Asia Pasifik dan keinginan investor untuk mengatur ulang portofolio mereka, meskipun ada penurunan imbal hasil dari segmen logistik.

Pasar perkantoran terus menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah mencatatkan nilai investasi sebesar USD74 miliar pada 2021 – naik 17% dibanding tahun 2020. Ini menjadikan sektor tersebut sebagai kelas properti paling likuid di Asia Pasifik.

Baca Juga: Asia Pasifik Akan Jadi Kawasan Data Center Terbesar Dunia, Dekade Mendatang

JLL memprediksi minat di pasar perkantoran akan tumbuh 20-30% pada tahun ini seiring stabilnya tingkat penyewaan dan okupansi, serta para investor fokus pada faktor kualitas, kesehatan, dan keamanan dalam berinvestasi di bangunan Grade A.

Pulihnya tingkat belanja konsumen meningkatkan daya tarik aset ritel di kawasan tersebut pada 2021. Transaksi ritel naik 67% secara tahunan, dengan nilai transaksi mencapai USD36 miliar, hal ini turut dipengaruhi oleh tingkat belanja konsumen dan imbal hasil yang membangkitkan kepercayaan para investor.

Dibukanya kembali perjalanan antar negara secara bertahap dan harapan jangka panjang para investor terhadap sektor perhotelan mendorong peningkatan transaksi di sektor ini sebesar 39% secara tahunan menjadi USD8,5 miliar. Berdasarkan estimasi JLL, China, Jepang, Korea dan Australia berkontribusi 82% dari total volume transaksi di sektor ini.

Baca Juga: Optimisme Pasar Perkantoran Asia Pasifik Pasca-Pandemi

Sementara itu, Regina Lim, Head of Capital Markets Research JLL Asia Pacific memaparkan, investor menginginkan lebih banyak eksposur ke sektor properti Asia Pasifik untuk mendapatkan imbal hasil yang menarik. Mereka siap menaikkan kurva risiko untuk mendiversifikasi portofolio.

"Dengan berbagai kesempatan investasi dan meningkatnya permintaan, kami mengharapkan adanya momentum kenaikan pada 2022 dan kami tetap yakin bahwa volume investasi akan melampaui angka USD200 juta pada tahun ini,” pungkas Regina Lim.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Forest Dining & Media Room di Kondominium Nava Grove, Singapura (Foto: Istimewa)
Forest Dining & Media Room di Kondominium Nava Grove, Singapura (Foto: Istimewa)
Pasca akuisisi, The Grand Eastlakes akan di-rebranding menjadi One Global Centre. (Foto: Istimewa)
Pasca akuisisi, The Grand Eastlakes akan di-rebranding menjadi One Global Centre. (Foto: Istimewa)
Kingdom Center Tower sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia dan menjadi bangunan ikonik di Arab Saudi. (Sumber: Architec Magazine)
Kingdom Center Tower sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia dan menjadi bangunan ikonik di Arab Saudi. (Sumber: Architec Magazine)
The Grand yang akan berganti nama menjadi One Global Centre. (Foto: dok. One Global Capital)
The Grand yang akan berganti nama menjadi One Global Centre. (Foto: dok. One Global Capital)