Mengupas Inovasi Bahan Bangunan di Era Arsitektur Digital

Pengembangan bentuk bangunan di era arsitektur digital lebih organis, fleksibel, dan tanpa batas, sehingga diperlukan bahan bangunan yang tepat.

Microlibrary Semarang (Foto: dezeen.com)
Microlibrary Semarang (Foto: dezeen.com)

RealEstat.id (Jakarta) - Pemilihan material bahan bangunan menjadi hal yang penting dalam dunia arsitektur, tak terkecuali di era arsitektur digital seperti sekarang ini.

Di era digital, desain arsitektur berkembang seiring kemajuan teknologi yang ditandai dengan kehadiran beragam peranti lunak (software) khusus mendesain bangunan. Bentuk yang semakin dinamis dari hasil olah digital ini perlu diimbangi teknologi bahan bangunan yang adaptif terhadap tuntutan desain modern.

"Di Indonesia memiliki banyak bidang arsitektur tropis di antaranya menggunakan bahan bangunan alami dan modern dan kami terus mengikuti perkembangan desain dan teknologi," kata General Manager Marketing PT Kenari Djaja Prima, Eric Sjarifudin, Dalam sambutannya pada acara seminar virtual arsitektur tentang "Peran Bahan Bangunan Dalam Era Arsitektur Digital, Rabu (22/9/2021).

Baca Juga: Arsitektur Minangkabau: Kearifan Lokal dan Keharmonisan dengan Alam

Seminar daring yang dihadiri Direktur Utama sekaligus CEO PT Kenari Djaja Prima, Hendra B. Sjarifudin ini merupakan hasil kerjasama Kenari Djaja dan Majalah Asrinesia bersama Prodi Arsitektur Unika Soegijapranata dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jawa Tengah. Dipandu oleh kandidat doktor arsitektur Onie Dian Sanitha, webinar ini diikuti oleh lebih dari 500 peserta.

Kaprodi Arsitektur Unika Soegijapranata Semarang, LMF Purwanto mengatakan peran bahan bangunan di era digital, menarik dibahas untuk mendukung kelangsungan karya arsitektur di Indonesia.

"Pengembangan bentuk bangunan di era arsitektur digital ini lebih organis, fleksibel, dan tanpa batas. Kehadiran arsitektur digital untuk terwujud bangunan dengan bahan bangunan, baik yang baru seperti plastik atau polymer maupun bahan bangunan yang sudah ada seperti kayu atau bambu," kata LMF Purwanto.

seminar virtual arsitektur tentang Peran Bahan Bangunan Dalam Era Arsitektur Digital kenari djaja realestat.id dok
Seminar virtual "Peran Bahan Bangunan Dalam Era Arsitektur" Digital (Foto: Kenari Djaja)

Sementara itu, Ketua IAI Jawa Tengah, Sugiarto, dalam kata sambutannya menganjurkan para arsitek untuk piawai memanfaatkan teknologi digital dalam mengantisipasi penggunaan bahan bangunan bagi desain arsitektur modern.

"Bagi seorang arsitek, pengetahuan tentang bahan bangunan sangat penting karena memberikan pengalaman serta mempermudah arsitek dalam mendesain sebuah karya, terutama saat memilih spek untuk desain yang dibuatnya," papar Sugiarto.

Baca Juga: Arsitektur Masjid: Filosofi, Desain, dan Kemegahan Zaman

Pada pemaparannya, Christina Eviutami Mediatica, dosen dan peneliti dari Arsitektur Universitas Kristen Petra (UK Petra) Surabaya mengungkapkan bagaimana material bangunan turut berpengaruh pada sukses penciptaan sebuah karya arsitektur.

Melalui topik ‘Fleksibilitas Bahan Bangunan di era ‘Arsitektur Digital’ dijelaskan bahwa material struktur dan finishing bangunan dapat dibentuk sesuai tuntutan fungsi modern, sehingga memperkaya pengetahuan arsitek dalam berinovasi mengolah desainnya.

"Bahan bangunan sangat banyak jenisnya dan dapat digolongkan dalam berbagai klasifikasi. Pengklasifikasian ini cenderung konvensional dan ditujukan untuk memperoleh kinerja bangunan secara maksimal," tutur Christina Eviutami Mediatica.

Menurutnya, klasifikasi utama didasarkan pada tujuan penggunaan bahan bangunan, yakni sebagai struktur dan substruktur, building/exterior envelope, building service/utilities, dan interior system

Baca Juga: Arsitektur Resort & Leisure: Perkawinan Harmonis Desain dan Alam

10 Keunggulan Kayu Sebagai Bahan Bangunan
Pengajar Arsitektur Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta, James Erich Dominggus Rilatupa, menyampaikan topik ‘Ekspresi Bahan Bangunan Kayu Pada Karya Arsitektur’ yang mengulas karakter kayu dalam mempengaruhi suatu bangunan.

"Bahan kayu saat ini hanya dapat digunakan secara terbatas, karena semakin tergerus ketersediaannya sebagai bahan alami. Sehingga ada kekhawatiran suatu saat akan terjadi stagnasi pada rancangan bangunan berkarakter kayu yang berkesan tropis," kata James.

Terkait material kayu yang menjadi santapan rayap, dia mengatakan, kadar selulosa kayu yang mencapai 80% serta kadar air yang melebihi 12% menjadi penyebab kayu disukai rayap. Untuk terhindar dari hal tersebut, diperlukan cara pengolahan kayu yang lebih modern.

Baca Juga: Arsitektur Instalasi Bambu: Beragam Gaya, Ramah Lingkungan, dan Tahan Lama

Pada kesempatan ini, James menerangkan 10 keunggulan kayu sebagai bahan bangunan. Pertama, melindungi iklim. Bangunan kayu berfungsi sebagai perpanjangan kapasitas penyimpanan karbon di hutan.

"Setiap pohon yang ditebang akan menciptakan ruang untuk pohon baru yang pada gilirannya secara aktif menghilangkan CO2 dari udara," jelasnya. 

Keunggulan kedua, kayu dapat tumbuh kembali (regenerasi). Ketiga, kayu memiliki nilai ekonomi tinggi. Keempat, kayu bahan baku yang sangat "canggih" dan dapat membuka jalan bagi konstruksi baru. Kelima, bahan kayu memungkinkan terciptanya beragam desain baru.

"Kelebihan keenam, kayu cocok untuk prefabrikasi. Ketujuh, kayu ringan dan dapat menopang beratnya sendiri. Kedelapan, kayu terbakar dengan cara yang dapat diprediksi. Kesembilan, kayu enak saat disentuh dan menciptakan suasana hangat dan menyenangkan. Kesepuluh, kayu tidak menghasilkan limbah," urai James.

Redaksi@realestat.id