RealEstat.id (Bogor) - Pasar properti di Kawasan selatan Jakarta menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Data riset Rumah123.com menyebut, kenaikan harga rumah di Depok dan Bogor menunjukkan kenaikan tertinggi, yakni sebesar 6,4% dan 5,8%. Hal ini membuktikan, kedua lokasi tersebut berpotensi sebagai kawasan sunrise property.
I Wayan Madik Kesuma, Direktur Utama PT Kesuma Agung Selaras (KAS)—pengembang yang menggarap beberapa proyek di selatan Jakarta—mengatakan, kawasan ini berkembang pesat lantaran terbantu pembangunan infrastruktur yang terbilang masif.
"Hal ini tentu saja membuat minat calon konsumen tinggi sekali di selatan Jakarta," tutur I Wayan Madik Kesuma pada sesi Talk Show Prospek Pasar Properti 2023 dengan tema “Menelisik Potensi Pasar Perumahan di Selatan Jakarta” yang digelar di Marketing Gallery Graha Laras Sentul, Kamis (22/12/2022).
Baca Juga: Telaga Kahuripan Digadang Jadi CBD Baru di Koridor Selatan Jakarta
Menurutnya, pengembangan infrastruktur dan moda transportasi yang masif dalam beberapa tahun terakhir, sedikit banyak membuat akses kawasan selatan Jakarta kian terbuka dari berbagai kawasan sekitarnya.
“Dan tak bisa dipungkiri pilihan moda transportasi yang beragam seperti Commuter Line menjadi kelebihan tinggal di Bogor yang memiliki udara dan view yang segar, berbeda dengan kawasan di sekitar Jakarta," kata Wayan.
Dia mengaku, PT Kesuma Agung Selaras telah menanamkan investasi di selatan Jakarta sejak 2011 dengan membuka proyek pertama, yakni Graha Selaras Cibinong dengan luas 6 hektar. Dalam waktu sekitar lima tahun, perumahan yang merangkum 300-an unit tersebut sukses terserap pasar.
Baca Juga: Rilis Cluster Rivergate, Gardens at Candi Sawangan Tawarkan Smart Home Mulai Rp700 Jutaan
"Tahun 2018, kami membuka proyek kedua, Geriya Selaras Dramaga, dengan luas awal pengembangan 6 hektar. Sekarang lahan pengembangan mencapai 21,5 hektar di mana 7 hektar sudah ter-develop," ungkap Wayan.
Selanjutnya, di 2019 PT Kesuma Agung Selaras memulai proyek ketiga yang kelasnya lebih premium, yaitu Graha Laras Sentul. Di tahap awal lahan pengembangannya hanya 18 hektar, namun sekarang bertambah menjadi 23,5 hektar.
Graha Laras Sentul memiliki kelebihan dibanding perumahan di sekitarnya. Pertama, kawasan terkonsep matang, di mana semua detail dipikirkan pengembang, termasuk penempatan masjid yang akan segera di resmikan, lalu lintas penghuni, dan sarana olah raga.
"Selain itu, kami juga membangun jalan tembus sepanjang satu kilometer ke Jalan Raya Bogor melewati jembatan yang menelan biaya Rp5 miliar. Hal ini akan membuat Graha Laras Sentul semakin strategis dan membuat branding yang berbeda dengan perumahan di sekitarnya," jelas Wayan.
Lebih lanjut, Wayan menerangkan, sejak awal berkiprah, PT Kesuma Agung Selaras banyak dibantu Bank BTN yang mengucurkan kredit konstruksi (KYG) maupun KPR. KYG (Kredit Yasa Griya), imbuhnya, banyak digunakan untuk membangun rumah ready stock.
"Awalnya banyak yang meragukan strategi ini, karena berpotensi merugikan pengembang. Namun ternyata strategi ini terbukti berhasil di masa pandemi, di mana sebagian konsumen—terutama konsumen apartemen—beralih ke perumahan di kawasan pinggir Jakarta," jelasnya.
Baca Juga: Metland Cileungsi Rilis Dua Tipe Rumah Baru: New Piccola dan New Midia
Bak blessing in disguise, lokasi proyek yang berada di luar pusat kota pun membuat pekerjaan pembangunan rumah berjalan seperti biasa di masa pandemi. Di sisi lain, insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) juga sangat membantu untuk gimmick penjualan.
"Dengan support dari pihak perbankan, penjualan kami justru melompat di saat pandemi. Di 2020, penjualan kami sebesar Rp120 miliar, sedangkan di 2021 penjualan naik dua kali lipat menjadi Rp240 miliar. Hal ini membuat kami masuk Top 20 developer nasional Bank BTN," ungkapnya.
Memasuki 2022, penjualan PT Kesuma Agung Selaras mencapai Rp190 miliar - Rp200 miliar. Hal ini tak lepas dari isu resesi ekonomi yang diembuskan media, maupun para influencer. Memasuki tahun politik, Wayan menargetkan di 2023 pihaknya bisa mencapai angka penjualan tahun ini.
Sementara itu, Iriska Dewayani, Senior Vice President (SVP) Non-Subsidize Mortgage and Personal Lending PT Bank Tabungan Negara Tbk (Bank BTN) yang juga tampil sebagai narasumber talk show mengatakan, kawasan Selatan Jakarta memang berbeda dan menjadi salah satu favorit bagi Bank BTN.
“Kita akan terus garap pasar perumahan di kawasan Bogor Raya yang potensinya masih besar. Selain itu kawasan ini memiliki aksesibilitas yang bagus dan punya potensi berkembang ke depannya,” kata Iriska Dewayani.
Terkait PT Kesuma Agung Selaras, menurutnya, merupakan salah satu pengembang terbaik di kawasan selatan Jakarta yang memasarkan rumah Rp750 juta ke atas. Bagi Bank BTN, PT Kesuma Agung Selaras termasuk pengembang Top 20 dengan jumlah realisasi minimal Rp100 miliar per tahun.
Baca Juga: Tepat Waktu, The Sanctuary Collection Lakukan Serah Terima Unit Tanglin Parc
PT Kesuma Agung Selaras, imbuhnya, juga masuk dalam kategori Gold, yang mendapat beragam kemudahan dari Bank BTN. Sebut saja suku bunga fixed 2,47% setahun, KPR Ekspres yang bisa selesai tiga hari, hingga KPR dengan tenor panjang hingga 30 tahun. Fasilitas ini, pada akhirnya akan menguntungkan konsumen yang membeli rumah di proyek PT Kesuma Agung Selaras.
Lebih lanjut, Iriska mengatakan, segmentasi Bank BTN sangat beragam secara ticket size, namun yang terbanyak di bawah Rp500 juta, di mana ada sekitar 5000 pengembang yang telah bekerja sama.
Menurutnya, saat ini mayoritas pembeli rumah merupakan generasi milenial berusia 21 - 40 tahun yang mencari tipe 36 ke atas dengan harga Rp1 miliaran. Kebanyakan dari mereka memilih angsuran (KPR) dengan cicilan yang terjangkau dan tenor panjang. Konsumen terbanyak berusia 30 ke bawah (70%) yakni first home buyer.
Baca Juga: Kian Agresif, Millennium City Gandeng 4 Bank Nasional dan 500 Agen Properti
Menyoal resesi ekonomi di 2023, Iriska mengatakan hal tersebut tidak akan banyak berpengaruh pada sektor properti di Tanah Air. Pasalnya, dia menilai ketahanan ekonomi nasional cukup baik, sehingga bisa mengakselerasi sektor properti.
"Seperti di saat masa pandemi, jika ingin ekonomi cepat pulih, maka sektor perumahan harus didorong. Dengan demikian, ekosistem di sekitarnya akan ikut membaik," tuturnya.
Sementara terkait tahun politik, Iriska menjelaskan, sektor perumahan biasanya akan sedikit melandai, karena banyak konsumen dan pelaku pasar yang melakukan wait and see. Tetapi situasi ini tidak akan lama, setelah itu pasar perumahan akan kembali membaik.