Kembangkan The Pavilions di Bali, OXO Group Indonesia Gandeng Studio Precht dari Austria

Sebelum menggandeng Studio Precht, OXO Group Indonesia pernah bermitra dengan nama-nama besar, seperti Alexis Dornier, Caceres + Tous, dan Word of Mouth.

Johannes Weissenbaeck, Pendiri dan CEO OXO Group Indonesia (kiri) dan Chris Precht, pemilik Studio Precht. (Foto: Istimewa)
Johannes Weissenbaeck, Pendiri dan CEO OXO Group Indonesia (kiri) dan Chris Precht, pemilik Studio Precht. (Foto: Istimewa)

RealEstat.id (Jakarta) – Sukses dengan proyek OXO The Residences yang terjual habis hanya dalam hitungan jam, pengembang properti OXO Group Indonesia segera merilis produk terbaru, yakni OXO The Pavilions, di pertengahan 2025.

Johannes Weissenbaeck, Founder dan CEO OXO Group Indonesia mengungkapkan, dalam mengembangkan OXO The Pavilions, pihaknya berkolaborasi dengan Chris Precht dari Studio Precht yang bermarkas di Austria.

“Ketika kami mulai mendefinisikan babak berikutnya dari visi OXO untuk menciptakan hunian di Bali, pemilihan arsitek menjadi hal yang terpenting,” tutur Johannes Weissenbaeck.  

Bagi Jo—sapaan akrabnya—mitra arsitek yang ideal bagi OXO tidak hanya mampu memahami seluk-beluk iklim tropis Bali dan kekayaan budayanya, tetapi juga yang memiliki filosofi yang sama dengan OXO tentang kolaborasi: bahwa arsitektur bukan disiplin ilmu yang terisolasi, tetapi proses yang terintegrasi dan berpikiran maju.

Baca Juga: OXO Group Indonesia Perkenalkan Konsep Wellness Living di Proyek Terbaru

Setelah mencari sosok arsitek secara ekstensif ke Jerman, Brasil, Thailand, Jepang, Australia, dan Bali sendiri, ternyata Johannes justru menemukannya di sebuah desa kecil dekat Salzburg, Austria—hanya sekitar 20 atau 30 kilometer dari tempat dia dibesarkan.

“Jadi, dua warga Austria tidak bertemu di kampung halaman mereka di pegunungan Alpen, namun di kawasan tropis Indonesia. Sebuah gubahan takdir yang puitis,” ujarnya.

Bagi Johannes Weissenbaeck, Chris Precht bukan hanya seorang arsitek. Dia juga seorang pemikir yang luar biasa cepat.

Chris dan timnya di Studio Precht, terlihat menonjol, karena mereka mewujudkan semangat kolaborasi ini.

"Mereka tidak hanya mendesain bangunan. Mereka juga memikirkan pengalaman, alam, iklim, budaya, dan gaya hidup yang ingin kami ciptakan di proyek teranyar OXO," paparnya.

Lebih lanjut, Johannes mengatakan bahwa dunia sedang berubah. Generasi desainer baru, termasuk Precht, beroperasi secara berbeda dibandingkan arsitektur tradisional.

Baca Juga: Sold Out dalam Sehari! OXO The Residences Cetak Sejarah Properti di Bali

“Mereka merangkul teknologi, berinteraksi lebih cepat, dan lebih mengutamakan sinergi daripada hierarki. Mereka adalah ahli strategi dan insinyur sekaligus visioner,” ungkapnya.

Bermarkas di kawasan pegunungan Austria, Studio Precht adalah biro arsitektur yang dipimpin oleh Fei dan Chris Precht.

Mereka mengerjakan berbagai macam proyek mulai dari gedung tinggi hingga bangunan bambu berkonsep ekologis, serta desain interior, desain produk, dan visual identity.

Dalam empat tahun terakhir, Studio Precht telah mendesain lebih dari 130 proyek, di mana 40 di antaranya telah dibangun. Saat ini, mereka sedang mengerjakan beragam proyek di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Timur Tengah, serta Asia.

“Kami percaya pada arsitektur hijau, yakni bangunan yang menggunakan material alami dengan jejak karbon rendah. Bangunan vital dan sehat yang lebih dari sekadar real estat mahal,” ungkap Chris Precht. 

Baca Juga: Sukses Pasarkan Properti di Bali, Investera Ungkap Keuntungan Gunakan Jasa Master Agent

Dia mengaku percaya pada arsitektur otentik. Jika melihat London, Beijing, atau Rio—di mana 99% dari semua bangunan baru tampak sama—namun, menurutnya, bangunan yang baik harus mewakili ekspresi dari tempat tertentu dalam waktu tertentu pula. 

“Kami percaya pada arsitektur yang fleksibel, yakni bangunan yang mampu beradaptasi dengan keadaan tertentu dan bertransformasi sesuai kebutuhan dan tuntutan yang berbeda," kata Chris.

Seiring dunia semakin terhubung, imbuhnya, generasi muda menjadi semakin fleksibel, sehingga arsitektur harus menawarkan solusi agar tetap relevan di masa depan yang terus berubah.

Chris Pretch menjelaskan, industri konstruksi menggunakan lebih dari 50% energi global dan menghasilkan 40% karbon dioksida (CO2).

“Kami bekerja di industri yang paling banyak menghasilkan polusi. Jadi, tugas kami sebagai generasi arsitek baru adalah menemukan solusi bagi populasi yang terus bertambah dan merancang masa depan yang kita ingin jalani,” jelasnya.

Baca Juga: Membaik Sejak Pandemi, Sektor Hospitality di Bali Bakal Didominasi Kelas Atas

Kolaborasi dengan Arsitek Ternama

OXO Group Indonesia merupakan satu dari sekian pengembang yang gemar berkolaborasi dengan arsitek-arsitek ternama dan visioner.

Sebelum menggandeng Studio Precht, OXO Group Indonesia tercatat pernah bermitra dengan nama-nama besar, seperti Alexis Dornier, Caceres + Tous, dan Word of Mouth dalam menghasilkan proyek-proyek hunian ikonis.

Menurut Johannes Weissenbaeck, sebenarnya Bali bukanlah tempat yang mudah untuk mengembangkan proyek properti.

Pasalnya, iklim tropis Pulau Dewata menuntut pemilihanan material yang cerdas, sementara dari sisi budaya juga membutuhkan kepekaan.

“Ditambah dengan faktor kecepatan pembangunan, berarti arsitek yang berkolaborasi dengan kami harus tangkas dan cermat,” katanya.

Keahlian Precht dalam material berkelanjutan—terutama kayu laminasi silang (cross-laminated timber atau CLT)—selaras dengan komitmen OXO terhadap pembangunan berkualitas tinggi dan berdampak rendah bagi lingkungan.

Baca Juga: Resmi Diperkenalkan, OXO The Residences Digadang Jadi Standar Baru Properti Bali

"Standar kami tinggi. Kami menginginkan rekanan yang tidak hanya mampu menghadirkan bentuk arsitektur, tetapi juga ketelitian teknik yang dibutuhkan untuk proyek-proyek kompleks dalam lingkungan yang menantang. Dan yang terpenting, Studio Precht juga memahami perlunya efisiensi," kata Weissenbaeck menjelaskan.

Dia mengatakan, firma arsitektur tradisional sering kali bekerja lambat dan terikat oleh alur kerja yang sudah ketinggalan zaman.

Sebaliknya, studio yang digawangi anak muda telah mampu memanfaatkan AI (artificial intelligence), alat desain parametrik, dan proses yang efisien untuk memberikan hasil dengan kecepatan yang dibutuhkan oleh pengembangan kontemporer.

Johannes mengatakan, kecepatan untuk memasarkan produk merupakan faktor yang sangat penting bagi, dan Chris Precht dan timnya bekerja dengan cara yang selaras dengan itu—irama yang berbeda dan lebih dinamis.

"Filosofinya tentang desain dan peran arsitektur dalam menciptakan gaya hidup, mencerminkan filosofi kami. Dia juga menantang norma dengan cara yang sama, seperti yang kami lakukan di OXO," terangnya.

Baca Juga: Tren Investasi Properti di Bali Bergeser, OXO Group Indonesia Tangkap Peluang

Mengedepankan Gaya Hidup Berkelanjutan

Saat ini, OXO Group Indonesia telah mengembangkan dan memiliki lebih dari 30 properti di Bali senilai Rp700 miliar, yang terdiri dari hunian pribadi, vila, townhouse, studio co-working, resor, dan kapal pesiar sepanjang 20 meter di Taman Nasional Komodo.

“Hal yang perlu dipahami bersama adalah, saat ini Pulau Dewata sedang mengalami perubahan lanskap industri properti, dan tren wellness living telah menciptakan ceruk pasar baru di Industri properti Indonesia. Dan kekuatan utama OXO Group Indonesia adalah kami bisa mengikuti tren pasar baru tersebut,” kata Johannes.

Menurutnya, OXO Group Indonesia adalah perusahaan pengembang yang selalu mengedepankan gaya hidup berkelanjutan.

Semua properti yang dibangun oleh OXO Group dilengkapi dengan panel tenaga surya, area resapan air hujan, water treatment, penyaring air osmosis, hingga bahan baku hasil daur ulang atau dapat didaur ulang.

“Kami bahkan telah menerapkan konsep  Zero Waste  dalam setiap proyek properti OXO Group, dan kami telah melakukan semua hal tersebut sejak awal berdiri,” pungkasnya.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Lev Kroll, CEO Nuanu (kiri) dan Reyni Wullur, Head of Corporate Communications Nuanu Real Estate saat Press Conference, Selasa, 18 Maret 2025. (Foto: Istimewa)
Lev Kroll, CEO Nuanu (kiri) dan Reyni Wullur, Head of Corporate Communications Nuanu Real Estate saat Press Conference, Selasa, 18 Maret 2025. (Foto: Istimewa)
Jajaran Direksi Sinar Mas Land dan Vasanta Group dalam acara seremoni kesepakatan kerja sama pembentukan perusahaan gabungan yakni PT Sinergi Sinar Vasanta. (Foto: Istimewa)
Jajaran Direksi Sinar Mas Land dan Vasanta Group dalam acara seremoni kesepakatan kerja sama pembentukan perusahaan gabungan yakni PT Sinergi Sinar Vasanta. (Foto: Istimewa)
Rumah Tipe 9x12 di Klaster Ivora, Summarecon Bandung (Foto: Istimewa)
Rumah Tipe 9x12 di Klaster Ivora, Summarecon Bandung (Foto: Istimewa)
Jajaran Komisaris dan Direksi Triniti Land. Dari kiri ke kanan: Septian Starlin, Ishak Chandra, Bong Chandra, Danny Sutradewa, Matius Jusuf, dan Johanes L. Andayaprana. (Foto: Istimewa)
Jajaran Komisaris dan Direksi Triniti Land. Dari kiri ke kanan: Septian Starlin, Ishak Chandra, Bong Chandra, Danny Sutradewa, Matius Jusuf, dan Johanes L. Andayaprana. (Foto: Istimewa)