Ibu Kota Pindah ke IKN, Ini yang Akan Terjadi Pada Bisnis Hotel di Jakarta

Tingkat hunian hotel di Jakarta pada kuartal berjalan tercatat sebesar 52,6%, atau mengalami penurunan sebesar 20,4 poin persentase secara kuartalan.

Foto: istimewa
Foto: istimewa

RealEstat.id (Jakarta) – Setelah nihil pasokan di akhir 2023 lalu, pada kuartal I 2024 pasar hotel Jakarta kembali kedatangan pasokan hotel baru.

Penambahan pasokan diterima dari dua hotel baru di daerah Jakarta Pusat, yaitu The Ibis Jakarta Raden Saleh sebanyak 105 kamar dan Ashley Hotel Tugu Tani sebanyak 80 kamar.

Konsultan real estat Leads Property mencatat, dengan penambahan dari dua hotel ini, maka total pasokan hotel Bintang 3 ke atas di Jakarta tercatat sebanyak 56.180 kamar.

"Dengan pasokan baru ini, maka distribusi pasokan hotel di Jakarta tetap terkonsentrasi di wilayah Jakarta Pusat dan CBD Jakarta, dengan total sebesar 58% dari total pasokan," jelas Hendra Hartono, CEO dan Co-Founder Leads Property.

Baca Juga: Bagaimana Proyeksi Industri Perhotelan Indonesia di Tahun 2024? Simak Riset Colliers Berikut Ini

Di tahun 2024, Leads Property diprediksi akan ada beberapa penambahan hotel baru yang akan beroperasi, antara lain Pan Pacific Jakarta, 25Hours the Oddbird Jakarta, dan Park Royal Hotel Jakarta.

Selama bulan pertama kuartal I tahun 2024, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia tercatat sebanyak 927.744 pengunjung, naik 16,1% secara tahunan.

"Hal ini terus membuktikan bahwa pasar pariwisata berada pada jalur pemulihan," kata Hendra Hartono, menerangkan.

Wisatawan asal China Daratan masih menjadi warga negara asing terbanyak yang berkunjung ke Indonesia pada awal tahun ini, tercatat 81.691 pengunjung masuk ke Indonesia.

Baca Juga: Tahun Politik 2024, Tingkat Kekosongan Kamar Hotel Membaik di Level 34%

Sementara warga negara lain yang dekat dengan Indonesia seperti Malaysia dan Singapura juga tercatat yang mendominasi.

"Hal ini menunjukkan sentimen positif terhadap perkembangan jumlah wisatawan dan industri hotel di Jakarta," jelasnya.

Tingkat hunian hotel di Jakarta pada kuartal berjalan tercatat sebesar 52,6%, mengalami penurunan sebesar 20,4 poin persentase secara kuartalan.

Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan tingkat okupansi yang tercatat pada kuartal pertama tahun 2023, dengan penurunan sebesar 5,5 poin persentase secara tahunan.

Baca Juga: Didukung Aktivitas MICE, Okupansi Perhotelan Jakarta dan Bali Meningkat

Seperti yang diperkirakan, sektor perhotelan akan mengalami perlambatan pada awal tahun ini, dengan periode yang lebih tenang untuk permintaan domestik yang disebabkan oleh berkurangnya aktivitas MICE dan staycation terkait adanya pemilihan umum.

"Dengan adanya periode puasa sebelum Idul Fitri yang juga dimulai pada periode yang sama, hal ini menyebabkan tingkat okupansi yang jauh lebih rendah di kuartal berjalan," urai Hendra Hartono.

Sementara itu, angka Average Daily Rate (ADR) mengalami penurunan sebesar 3,7% dibandingkan kuartal sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan permintaan pada kuartal I tahun 2024.

Setelah kenaikan tersebut, ADR keseluruhan tercatat sebesar Rp1.494.645. Angka ini masih sedikit lebih tinggi secara tahunan.

Baca Juga: Kondisi Membaik, Tarif Harian Rata-rata (ADR) Hotel di Jakarta Kembali Normal

"Sebagai catatan, peningkatan pada biaya operasional hotel juga memegang peranan dalam peningkatan ADR," terangnya.

Seluruh segmen mengalami penurunan, dengan kelas Bintang 3 mengalami penurunan paling besar, yaitu sebesar 17,4% secara kuartalan.

Hasilnya, Tarif Average Daily Rate (ADR) hotel Bintang 3 tercatat sebesar Rp448.598 per kamar per malam.

Sedangkan hotel Bintang 4 dan Bintang 5 mengalami penurunan sebesar 8,8% dan 2,7% secara kuartalan, masing-masing tercatat sebesar Rp653.782 dan Rp2.389.724.

Baca Juga: Aplikasi Manajemen Hotel SiteMinder Resmi Hadir di Indonesia

"Kami memperkirakan akan terjadi sedikit peningkatan pada tingkat hunian dan tarif harian seiring juga dengan pemulihan pasar hotel. Acara-acara pemerintah dan perusahaan diharapkan menjadi pendorong utama kinerja sektor perhotelan di periode-periode mendatang," katanya. 

Lebih lanjut Hendra memperkirakan, perpindahan ibu kota negara ke IKN Nusantara akan memberikan tekanan pada tingkat hunian hotel di Jakarta, lantaran bakal terjadi pengurangan volume kegiatan meeting.

Secara historikal, imbuhnya, permintaan terhadap ruang meeting dan kamar hotel, juga banyak yang berasal dari lembaga-lembaga pemerintah atau government-based demand, yakni berkisar 30% - 40%.

"Oleh karena itu, dengan berpindahnya pusat pemerintahan ke IKN, akan berpengaruh pada bisnis perhotelan di Jakarta," pungkasnya.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)