26 Tahun Crown Group: Berawal dari Mimpi, Berlanjut dengan Ekspansi

Perjalanan Crown Group menjadi 'one of Australia’s largest private developers' tidaklah mudah. Diperlukan persistensi, konsistensi, dan daya tahan untuk mengatasi semua hambatan.

Iwan Sunito, Komisaris dan CEO Crown Group.
Iwan Sunito, Komisaris dan CEO Crown Group.

RealEstat.id (Jakarta) – Kekuatan mimpi telah mendorong Crown Group ada di posisi sekarang, selepas perjalanan panjang 26 tahun. Digawangi duet pengusaha asal Indonesia, Iwan Sunito dan Paul Sathio, Crown Group didapuk sebagai salah satu pengembang swasta terbesar di Australia dengan nilai pengembangan proyek sebesar Rp50 triliun.

Bahkan, Australia Financial Review (AFR)—surat kabar bisnis populer yang bermarkas di Sydney, New South Wales—memuji kiprah Crown Group dengan bernyataan berbunyi: “Crown Group is set to become one of Australia’s largest private developers.

Baca Juga: Mastery by Crown Group, Hunian Bergaya Jepang Pertama di Australia, Rampung di 2024

CEO dan Chairman Crown Group, Iwan Sunito menuturkan, mimpi-mimpi besar memang telah mengantar mereka ke posisi yang tak pernah diduga pada rentang 26 tahun terakhir. Sebagai contoh, pada 2015 Iwan pernah dinobatkan menjadi Urban Taskforce’s Property Person of The Year. Saat itu dia ditahbiskan menjadi pemenang termuda, dan satu-satunya kelahiran Indonesia yang berhasil memenangi gelar tersebut di Negeri Kanguru.

It’s beyond my wildest dream!” ungkap pengusaha kelahiran Surabaya tersebut.

Bukan tanpa maksud Iwan mengatakan hal tersebut. Pasalnya, Crown Group memang tumbuh dari dasar. Bahkan nilai proyek awalnya di tahun 1996 hanya sebesar Rp280 miliar. Iwan mengaku sungguh tak terpikir dan terbayang Crown akan bisa bertumbuh secara eksponensial jika membandingkan capaian sekarang dengan kondisi dua dekade sebelumnya.

Menengok kembali ke belakang, Iwan mengungkap pada akhirnya dia menyadari bahwa meskipun dirinya tidak pernah memimpikan berada di posisi saat ini, namun adalah mimpi yang mendorongnya terus berkarya lebih baik dari waktu ke waktu, yang pada gilirannya mendorong Crown Group melesat tanpa batas (without borders).

Baca Juga: Crown Group Selesaikan Pembangunan Apartemen The Grand Residences Tahap I

Bicara tentang mimpi, Iwan mengakui hal tersebut berjalan secara evolutif. Saat menghabiskan masa kecilnya di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah, dia sama sekali belum memiliki mimpi apa-apa. Bahkan mengerti apa itu mimpi pun tidak. Begitu pun ketika masa remajanya dilakoni di Surabaya.

“Hanya satu yang saya ketahui, saya suka menggambar. Dan kecintaan saya akan mengambarlah yang menuntun saya menemukan mimpi. Mimpi yang sesuai dengan passion saya. Mimpi untuk membuat bangunan yang lebih baik, lebih cantik, bahkan menjadi tengara baru di area sekitarnya,” urainya.

Perjalanan Crown Group hingga menapak ke posisi sekarang, sebagai “one of Australia’s largest private developers” tentu tidaklah mudah. Dibutuhkan persistensi, konsistensi, dan perseverance (daya tahan) untuk mengatasi hambatan yang ada. Namun itu semua (persistensi dan lain-lain) muncul karena Crown Group sendiri punya mimpi untuk membuat hal-hal besar dan hebat.

“Jadi, setelah 26 tahun berkarya dan melihat perkembangan Crown Group, pada akhirnya, saya meyakini betul kekuatan mimpi. Saya belajar dari orang-orang hebat tentang arti mimpi. Jika dulu our founding fathers, Soekarno, Hatta, Soepomo, Tan Malaka, Mohammad Yamin, Ki Hadjar Dewantara, Sutan Sjahrir tidak bermimpi untuk kemerdekaan Indonesia, mungkin kita tidak pernah bisa merdeka hingga detik ini,” paparnya.

Baca Juga: Catatan Iwan Sunito: Pelajaran untuk Bangkit dari Keterpurukan

Hal yang sama, imbuh Iwan, didapatkannya ketika berkaca dari para pebisnis besar. Apabila Harley & Davidson, Guglielmo Marconi, atau Henry Ford tidak mengejar mimpi mereka, kita tidak akan pernah mengenal motor, radio dan mobil.

Lantas, apa sebenarnya mimpi Iwan Sunito untuk Crown Group?

“Pada hal yang paling dasar, saya selalu bermimpi untuk membuat karya kami berikutnya adalah the next masterpiece. Kemudian, saya juga bermimpi bahwa Crown Group selalu naik level dari waktu ke waktu,” kata Iwan menjelaskan.

Tentu saja tak pernah ada mimpi yang berjalan mulus. Begitu pun Crown Group. Hantaman krisis Asia 1998, resesi properti negara bagian New South Wales (2004), dan Global Financial Crisis (2008), merupakan ombak besar yang siap menggulung Crown pada saat itu.

Baca Juga: Crown Group Perkenalkan Griya Tawang di Dua Proyek di Sydney

“Saat ini saya bisa tersenyum setiap teringat hantaman krisis tersebut, meskipun pada saat terjadi, yah, panas dingin juga rasanya. Namun pada akhirnya, kami mampu bertahan, dan adalah kekuatan mimpi yang membuat kami bertahan,” ungkap Iwan sembari tertawa.

Berangkat dari apa yang dialaminya serta berkaca dari perjalanan orang-orang besar, Iwan meyakini tak ada mimpi hebat tanpa kerikil. Akan selalu ada hambatan. Tetapi, percayalah bahwa mimpi tersebut yang akan membuat kita tetap berjalan maju ke depan.

"Mimpi kita yang akan membuat kita tetap fokus. Mimpi kita pulalah yang membuat semua yang kita kerjakan menjadi berarti. Please remember, nothing great comes easy. Only your dream will keep you going till you reach you goal,” tuturnya.

Dengan keberhasilan yang sudah dicapai Crown Group, Iwan mengaku belum berhenti bermimpi besar. Mimpi dia berikutnya adalah mengembangkan jaringan hotel SKYE Suites yang didirikan pada tahun 2017, dengan menambah tujuh lokasi baru.

Baca Juga: 25 Tahun Berkarya, Crown Group Buka Rahasia Kesuksesan

"Saat ini SKYE Suites berlokasi di Parramata, CBD Sydney, dan Green Square. Dalam kurun waktu lima tahun ke depan, kami berharap SKYE Suites akan berada di 10 lokasi. Bukan saja kota-kota besar di Australia, tidak menutup kemungkinan SKYE Suites akan hadir di kota-kota besar di Indonesia,” katanya antusias.

Mimpi besar lainnya adalah dalam waktu dekat meluncurkan platform baru, OneResidence and Resorts. Brand ini akan mengkhususkan diri pada pengembangan resor dan residensial di lokasi yang sama.

“Saya tidak pernah bermimpi menjadi yang salah satu yang terbesar. Saya hanya ingin menjadi yang terbaik dari apa yang saya bisa lakukan. Apakah mungkin kita mengejar mimpi kita? Passion kita? Anything is possible! Apakah mudah? Tidak ada yang mudah. Namun saya percaya bahwa usaha tidak akan pernah membohongi hasil. Dan terakhir, satu hal yang perlu diyakini bersama, tidak semua terlahir dengan privilege, namun semua orang berhak untuk memiliki dan menjalani mimpi,” tutup Iwan.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Perumahan Royal Tajur, Bogor. (Foto: Istimewa)
Perumahan Royal Tajur, Bogor. (Foto: Istimewa)
Indradjati Sidi, Komisaris Thamrin Nine (kiri) dan Iwan Wijaya, Direktur Operasional Thamrin Nine di sela ajang FIABCI Indonesia - REI Excellence Award 2024. (Foto: Istimewa)
Indradjati Sidi, Komisaris Thamrin Nine (kiri) dan Iwan Wijaya, Direktur Operasional Thamrin Nine di sela ajang FIABCI Indonesia - REI Excellence Award 2024. (Foto: Istimewa)
Dari kiri ke kanan: Henry Napitupulu, Direktur Planning & Design Paramount Land; Muhammad Nawawi, Presiden Direktur Paramount Land; Santi Meilawati, Direktur Paramount Land; dan Chrissandy Dave Winata, Direktur Sales & Marketing Paramount Land berpose di ajang PropertyGuru Asia Property Awards 2024. (Foto: Istimewa)
Dari kiri ke kanan: Henry Napitupulu, Direktur Planning & Design Paramount Land; Muhammad Nawawi, Presiden Direktur Paramount Land; Santi Meilawati, Direktur Paramount Land; dan Chrissandy Dave Winata, Direktur Sales & Marketing Paramount Land berpose di ajang PropertyGuru Asia Property Awards 2024. (Foto: Istimewa)