RealEstat.id (Jakarta) – Ekonom dari ANZ, Felicity Emmet dan Adelaide Timbrell, memperkirakan terjadinya lonjakan harga di pasar properti Negeri Kanguru tahun ini. Kedua ekonom bank terkemuka di Australia ini memperkirakan, harga hunian akan tumbuh rata-rata sebesar 17% secara nasional pada akhir tahun akibat rendahnya suku bunga perbankan dan menguatnya permintaan.
Mereka mencatat, kombinasi dari permintaan yang kuat dan pasokan yang rendah mendorong harga properti naik dengan tajam. Pembiayaan perumahan juga telah meningkat 76% sejak titik terendah di bulan Mei 2020. Sementara, investor telah kembali ke pasar, Auction Clearance Rates mendekati 80%, dan rumah tinggal diperkirakan mengalami kenaikan harga signifikan.
Baca Juga: Crown Group: Pemilik Apartemen di Australia Tetap Pegang Sertifikat Fisik
Emmett dan Timbrell juga mengungkapkan kota termahal di Australia, Sydney, siap untuk tumbuh sebesar 19%, sebuah langkah yang akan mendorong harga hunian rata-rata menjadi AUD1,3 juta. Bahkan, ANZ melihat harga hunian melonjak hampir dua digit di masing-masing kota secara bersamaan.
Perth, yang selalu lesu selama bertahun-tahun, diperkirakan akan menyamai pertumbuhan Sydney, yakni sebesar 19% pada 2021. Ini akan diikuti oleh Hobart dengan kenaikan harga hingga 18%.
Sedangkan, Melbourne, Brisbane, Canberra, dan Darwin semuanya diperkirakan tumbuh 16%, sementara Adelaide diperkirakan akan menempati peringkat kota paling rendah dengan 13%. Lonjakan harga seperti ini terakhir kali terjadi pada akhir tahun 1980-an, tepat sebelum Australia memasuki resesi besar terakhirnya.
Sementara menurut penelitian yang menggunakan analisis serupa dengan pemodelan skenario Reserve Bank of Australia (RBA), harga rumah akan naik 25% antara saat ini hingga akhir 2023.
Baca Juga: Tyas Sudaryomo: Crown Group Indonesia Bidik Tiga Segmen Pembeli Properti
Menyikapi kondisi ini, Sales & Marketing Director Crown Group Indonesia, Tyas Sudaryomo mengungkapkan, kepercayaan pasar menguat pasca pandemi Covid-19 selama tahun 2020 yang melanda Australia dan Dunia. Keyakinan pasar kembali menguat setelah melihat keberhasilan Australia dalam mengatasi pandemi Covid-19 yang menjadikan Australia menjadi salah satu negara terbaik dalam menangani pandemi ini.
“Ditambah dengan beberapa kebijakan dari pemerintah Australia salah satunya melalui RBA yang Kembali memotong tingkat suku bunga perbankan sehingga menciptakan rekor suku bunga terendah dalam sejarah guna mendorong proses perbaikan ekonomi Australia. Sehingga banyak yang percaya bahwa proses perbaikan ekonomi dapat berjalan lebih cepat dari perkiraan awal,” tutur Tyas Sudaryomo.
Wanita yang mendapatkan gelar sarjananya dari University of Sydney ini menambahkan, dua hal itulah yang awalnya mendorong tingkat keyakinan di pasar sehingga banyak dari para investor yang telah kembali. Ditambah tingkat permintaan yang kembali tinggi pasca pandemi setelah melandai selama tahun 2020.
Baca Juga: Crown Group: Terkait Kredit Properti, Perbankan Indonesia Bisa Tiru Australia
Lebih lanjut dia menerangkan, pasar properti Australia sangat diminati oleh investor di Kawasan Asia Pasifik, karena negara ini dinilai memiliki fundamental ekonomi yang sangat kuat serta stabilitas politik yang cukup stabil di dunia.
Di sisi lain, Reserve Bank of Australia memproyeksikan pertumbuhan PDB sekitar 5% selama tahun 2021, sementara Deloitte Access Economics memproyeksikan pertumbuhan PDB tahun 2021 sebesar 4,4% berdasarkan asumsi bahwa pembatasan domestik secara bertahap berkurang saat vaksin diluncurkan, dan perbatasan internasional dibuka kembali secara bertahap.
“Saya kira wajar apabila proses perbaikan ekonomi diyakini bisa lebih cepat dari perkiraan, dan saya pikir, ini adalah waktu yang tepat bagi para investor luar negeri termasuk dari Indonesia untuk kembali masuk. Mengingat fenomena krisis tidak selalu membawa keburukan, namun juga peluang untuk bergerak lebih maju dan bertumbuh lebih tinggi,” pungkas Tyas.