Tarif Sewa Ritel di Jakarta Berpotensi Naik, Peritel Disarankan Lakukan Hal Ini

Pemilik pusat perbelanjaan akan melakukan penyesuaian tarif sewa ritel di Jakarta secara minimal, terutama pada mal dengan performa bagus.

ILustrasi tarif sewa ritel di Jakarta. (Sumber: freepik)
ILustrasi tarif sewa ritel di Jakarta. (Sumber: freepik)

RealEstat.id (Jakarta) - Pertumbuhan kinerja ritel yang kuat di Jakarta dinilai akan mendorong optimisme para pemilik mal atau landlord untuk menaikan tarif sewa.

Head of Research Colliers Indonesia, Ferry Salanto menyebutkan para pemilik pusat perbelanjaan akan melakukan penyesuaian biaya sewa secara minimal, terutama pada mal dengan performa bagus.

Hal ini dilakukan guna menjaga tingkat kompetitif, serta meningkatkan penyewa di pasar yang terus berkembang di tahun-tahun mendatang.

"Meskipun alasan kenaikan tarif sewa bervariasi antara pemilik mal, tetapi salah satu pendorong utamanya adalah kebutuhan modal," kata Ferry Salanto seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (17/10/2024).

Baca Juga: 6 Mal Baru Ramaikan Pasar Ritel di Jakarta Hingga 2025

Dana sewa yang menjadi modal tersebut akan digunakan oleh pemilik mal untuk untuk melakukan perbaikan dan renovasi.

Meski demikian, Ferry Salanto menyarankan agar pemilik pusat perbelanjaan juga harus menyeimbangkan antara profitabilitas dengan tingkat kepuasan penyewa.

"Pemilik harus berhati-hati dalam menentukan tarif sewa, agar penyewa utama tidak pergi dan mal tetap kompetitif di tengah persaingan yang keras.” ujar dia.

Baca Juga: Ruang Ritel Jakarta: Okupansi Tinggi, Namun Oversupply Mulai Mengintai

Mengutip laman Kompas.com, besaran biaya sewa pusat perbelanjaan di Jakarta berkisar antara Rp400.000 hingga Rp1,4 juta per m2 per bulannya.

Sementara harga sewa ruang ritel di Depok, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Debotabek) dibanderol mulai dari Rp400.000 hingga Rp800.000 per m2 per bulan.

Perlu Analisa Pola Konsumen

Dengan potensi penyesuaian tarif sewa ritel di Jakarta, menurut Ferry riteler juga harus beradaptasi dengan melakukan sejumlah strategi.

"Pemegang merek diharapkan lebih terlibat dalam perencanaan yang teliti, membuat proyeksi penjualan dan pendapatan untuk setiap outlet-nya," kata dia.

Guna mencapai hal tersebut diperlukan analisa pola dari perilaku konsumen dan menyelaraskannya dengan upaya pemasaran yang tepat.

Baca Juga: Brand-brand Internasional Baru Jadi Motor Sektor Ritel di Jakarta

Diharapkan langkah itu dapat mempertahankan operasional mereka saat ini sambil menjaga posisi, agar tetap bisa terus bertahan di masa depan.

"Para retailer juga diharapkan memiliki pola pikir selangkah lebih maju kedepan," ujar Ferry.

"Hal ini tentu menjadi penting untuk mengatasi kompleksitas di dalam dunia ritel dan menggapai sukses jangka panjang," tandasnya.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Dalam laporan bertajuk Global Investor Outlook memprediksi pasar properti Asia Pasifik  berkembang dengan pesat. (Sumber: Colliers)
Dalam laporan bertajuk Global Investor Outlook memprediksi pasar properti Asia Pasifik berkembang dengan pesat. (Sumber: Colliers)
Ilustrasi masa depan real estat di Asia Pasifik. (Sumber: Asia Today)
Ilustrasi masa depan real estat di Asia Pasifik. (Sumber: Asia Today)
Alvin Andronicus, CMO Elevee Condominium (paling kiri) mengatakan, developer masih tetap harus bekerja keras untuk memasarkan proyeknya di 2025. (Foto: Istimewa)
Alvin Andronicus, CMO Elevee Condominium (paling kiri) mengatakan, developer masih tetap harus bekerja keras untuk memasarkan proyeknya di 2025. (Foto: Istimewa)
Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)