RealEstat.id (Jakarta) - Salah satu faktor utama yang membuat harga properti melambung adalah inflasi. Dalam bisnis properti, inflasi yang terus terjadi seiap tahun, berpengaruh pada kenaikan harga material bangunan yang membuat biaya konstruksi membengkak. Di sisi lain, inflasi juga berpengaruh pada suku bunga KPR (kredit pemilikan rumah).
Pemerhati properti, Indra Widjaja Antono menjelaskan, sebelum inflasi semakin tinggi dan mengerek naik harga tanah dan bahan material, masyarakat—termasuk kalangan milenial—harus dimotivasi untuk segera memiliki properti. Pasalnya, jika tidak dari sekarang, mereka akan sulit memiliki rumah.
Baca Juga: Synthesis Huis Dukung Tumbuh Kembang Anak Lewat Hunian Sehat di Lingkungan Asri
"Perlu dicatat, harga properti tidak pernah turun dan mempunyai rumah harus menjadi prioritas. Saya tegaskan, sekaranglah saat yang tepat untuk membeli rumah,” ucap Indra Widjaja Antono dalam forum diskusi bersama media dengan tema 'Inflasi di Depan Mata, Saatnya Beli Properti' yang digelar Synthesis Huis, Rabu (31/8/2022).
Menurut Indra, sebagai instrumen investasi, properti lebih menguntungkan dari pada emas. Memiliki properti juga mendatangkan pride atau kebanggaan bagi pemiliknya, selain itu, properti merupakan satu dari sedikit investasi yang paling aman.
Lebih lanjut dia menjelaskan, bisnis properti sebelum dan setelah pandemi sangat berbeda, karena kebutuhan konsumen akan sebuah hunian mengalami pergeseran, terutama dipengaruhi oleh faktor kesehatan. Untuk itu, pengembang yang ingin produk propertinya sukses di pasaran, harus jeli mengetahui kebutuhan dan kecenderungan pasar memilih hunian.
Baca Juga: Maksimalkan Potensi Jakarta Timur, Synthesis Huis Hadir Sebagai Proyek Hunian Ikonik
"Oleh karena itu, dibutuhkan riset pasar, melakukan pendekatan, merincikan kebiasaan atau perilaku keseharian dalam beraktivitas dan menganalisa lingkungan yang mendalam, termasuk berinovasi dari sisi digital. Hasil tersebut akan berpengaruh pada pengembangan produk," papar Indra.
Agar dapat mengakomodasi kebutuhan konsumen, imbuhnya, pengembang dituntut untuk berinovasi, karena saat ini konsumen properti lebih selektif. Ini menjadi tantangan yang harus diperhatikan secara matang oleh para developer saat menawarkan produk propertinya. Mencermatinya tidak hanya dari keunggulan lokasi saja, tapi juga dari berbagai sisi lain.
"Perlu dipahami, setiap momen adalah peluang, termasuk di masa krisis akibat pandemi. Untuk itu, diperlukan kepiawaian pengembang membaca peluang tersebut. Pengembang harus mengubah paradigma hambatan menjadi peluang," katanya.
Baca Juga: Kebut Pemasaran Tahap I, Synthesis Huis Gandeng Tiga Agen Properti Besar
Terkait Synthesis Huis, Indra memapaparkan, kawasan hunian seluas 5 hektar ini telah melakukan berbagai inovasi yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen. Hadirnya Synthesis Huis di bilangan Cijantung sangat tepat, karena selain strategis, wilayah Jakarta Timur juga memiliki potensi investasi yang cukup tinggi, hanya saja memang belum terdongkrak secara merata.
Tidak hanya itu, desain yang ditawarkan Synthesis Huis pun menarik untuk dijadikan hunian pilihan. Sementara harga yang ditawarkan pun masih cukup terjangkau, bahkan bagi kantong generasi milenial.
“Hype wilayah Jakarta Timur itu perlu ada pengembang yang melakukan dan menginformasikan secara masif, ini merupakan tantangan yang harus dilakukan dan dipertimbangkan developer,” ujarnya.
Baca Juga: Synthesis Huis Kembali Rilis Rumah Tipe 3 Lantai: Mattlig
Senada dengan Indra, Managing Director Synthesis Huis, Aldo Daniel menyebut, PT Synthesis Karya Pratama selaku pengembang Synthesis Huis berusaha terus memunculkan inovasi baru yang sesuai dengan perubahan pasar dan preferensi konsumen properti.
Dalam dua tahun terakhir, terang Aldo Daniel, Synthesis Huis berusaha melakukan beragam cara, memaksimalkan rancangan desain, menata lingkungan hunian senyaman mungkin, termasuk menuangkan konsep secara keseluruhan.
“Hunian yang kami tawarkan tidak hanya membidik keluarga muda, tetapi juga menjadi pilihan bagi generasi milenial. Bahkan kami sengaja mengadopsi gaya arsitektur Skandinavia untuk menciptakan kesan hunian kekinian yang mengutamakan fungsi ruang sesuai kebutuhan aktivitas saat ini,” jelas Aldo Daniel.
Baca Juga: Groundbreaking Digelar, Penjualan Tahap 1 Synthesis Huis Ditargetkan Rp500 Miliar
Lebih lanjut Aldo mengatakan, tinggal di Synthesis Huis itu serba praktis seperti. Lokasinya strategis dan aksesnya pun mudah dijangkau. Bahkan, dekat ke mana-mana. Untuk bisa sampai ke pintu tol Pasar Rebo hanya dibutuhkan waktu 5 menit, begitu pula untuk bisa ke stasiun LRT hanya 10 menit. Synthesis Huis hanya selangkah dari pusat perbelanjaan Cijantung, rumah sakit, fasilitas pendidikan dan kawasan perkantoran.
Kawasan hunian ini berorientasi pada transportasi publik atau Transit Oriented Development (TOD). Nantinya, moda busway TransJakarta bisa langsung diakses penghuni, karena haltenya ada di dalam area Kawasan Synthesis Huis.
"Sementara bagi yang ingin beraktivitas menggunakan kendaraan pribadi, pintu tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) hanya berjarak satu kilometer dari kawasan. Jalan tol ini terkoneksi ke delapan ruas tol di Jakarta, sehingga memudahkan penghuni dalam melakukan perjalanan menuju CBD TB. Simatupang, pusat kota, luar kota, maupun ke bandara Halim Perdanakusuma dan Soekarno-Hatta,” urainya.
Baca Juga: Gelar Soft Launching, Synthesis Huis Perkenalkan Show Unit Tipe Passa
Hal yang tak kalah menarik, kata Aldo, lokasi Synthesis Huis dekat dengan hutan kota Cijantung dan memiliki lingkungan hunian yang asri. Balutan nuansa alami sebagai perumahan eksklusif seperti ini rasanya sulit ditemukan di Jakarta.
"Buat saya, Synthesis Huis merupakan hidden gems home dengan beragam keunggulan yang dimiliki dan diharapkan menjadi kawasan hunian yang mampu mengakomodir semua kebutuhan keluarga. Saya optimistis, konsep bangunan dengan tata letak yang kami tawarkan akan menjadi tren di 2023 karena sudah menyesuaikan gaya hidup saat ini,” pungkas Aldo.