Sektor Perumahan: Kunci Sukses Atasi Resesi Ekonomi

Dengan multiplier effect yang dimiliki, sektor perumahan dinilai mampu menjadi kunci bagi Indonesia untuk dapat keluar dari resesi ekonomi.

Foto: Pixabay.com
Foto: Pixabay.com

RealEstat.id (Jakarta) - Resesi ekonomi sudah tidak dapat terelakkan lagi. Pasalnya, ekonomi nasional minus dalam dua kuartal berturut-turut. Tidak hanya itu, Indonesia juga memasuki babak baru ekonomi dengan pertumbuhan nol atau minus di tahun 2020 ini, sementara di 2021 belum jelas seperti apa skenarionya.

Melemahnya ekonomi nasional menjadi minus dan kondisi resesi ini membuat hampir semua sektor mandek. Mesin-mesin produksi melambat atau berhenti yang berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) dan peningkatan pengangguran.

“Pertumbuhan ekonomi minus ini menimbulkan masalah besar bagi masyarakat, dunia usaha dan tentu bagi negara, apalagi bersamaan kejadian dengan bencana Pandemi Covid-19. Dua kejadian besar sekaligus yaitu Pandemi dan Resesi ini membuat kita semua seolah-olah berada dalam situasi 'going nowhere'  bila tidak diatasi secara serius dan bersama-sama melibatkan seluruh elemen masyarakat,” ungkap Lukman Purnomosidi, Praktisi Pengembang Properti Nasional.

Baca Juga: Gerakkan Ekonomi Nasional, Sektor Properti Perlu Insentif di Masa Pandemi

Menurut Ketua Kehormatan Real Estat Indonesia (REI) ini, sekarang bangsa Indonesia tergagap menghadapi resesi karena kita selama 15 tahun terakhir selalu berada dalam pertumbuhan ekonomi di atas 5%.

“Oleh karenanya, semua elemen masyarakat perlu diajak partisipasinya untuk mencari potensi dan peluang-peluang guna mencari cara keluar dari jurang resesi yang kita hadapi saat ini,” ujar Lukman.

Solusinya menurut Lukman, semua pihak harus mampu mencari bagaimana caranya agar mesin-mesin ekonomi yang mandek tersebut kembali berputar seperti semula. Salah satunya bisa dimulai dari sektor perumahan.

Baca Juga: Multiplier Effect Sektor Perumahan Diyakini Bantu Pemulihan Ekonomi Nasional

"Saya pikir sektor perumahan merupakan sektor strategis yang bisa menjadi 'pengungkit' berputar kembalinya ekonomi yang sedang resesi,” terangnya.

Lebih lanjut, Lukman mengatakan, sektor perumahan sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan memiliki multiplier effect ekonomi sangat luas karena bisa menghidupkan 175 sektor industri lain yang mempekerjakan tidak kurang dari 30 juta tenaga.

“Faktor lainnya, sektor perumahan ini mudah di-start, dan penyebarannya langsung cepat bisa meluas ke 500 kabupaten/kota. Hebatnya lagi, sektor perumahan ini memiliki 90% adalah lokal konten,” katanya.

Pembangunan Rumah Subsidi dan Formula 1:2:3
“Dengan sudah tersedianya 'mesin produksi' berupa 5000-an pengembang perumahan aktif anggota REI dan juga asosiasi lain, adanya kebutuhan masif hunian perkotaan dari elemen masyarakat anggota ASN, anggota TNI/Polri dan pekerja swasta, maka gerakan masif menghidupkan 'mesin produksi' ini adalah opsi strategi 'quick win' yang perlu dipertimbangkan Pemerintah,” usul Ketua DPP REI Periode 2004 - 2007 ini.

Lebih lanjut ia menjelaskan, dengan Formula 1:2:3 maka setiap pengembang membangun 1.000.000 rumah sederhana (asumsi harga rumah FLPP Rp150 juta - Rp200 juta), maka akan tumbuh rumah menengah (asumsi harga Rp200 jutaan) juga rumah menengah atas (Rp1 miliar - Rp3 miliar) serta fasilitas-fasilitas komersial dan pendukung lainnya.

Baca Juga: Hapernas 2020: Sektor Perumahan Dukung Pemulihan Ekonomi Nasional

Trigger factor dari konsep pembangunan ini dapat dimulai dengan Gerakan Masif Pembangunan Perumahan Subsidi bagi ASN, TNI/POLRI dan pegawai swasta. Dalam suasana Pandemi Covid-19 ini layak kiranya didahulukan bagi pegawai-pegawai sektor medis, para guru, dan kelompok-kelompok lain yang memang layak diprioritaskan. Ketika program ini menggelinding, maka mesin-mesin produksi sektor perumahan ini akan berputar secara sistematis 'menyembuhkan' resesi ekonomi,” tutur Lukman

Lebih rinci dia menjelaskan, angka-angka langsungnya akan cukup besar, katakanlah dengan Formula 1:2:3 tersebut akan terbangun 1.000.000 Rumah Sederhana plus 666.000 Rumah Menengah dan 333.000 Rumah Menengah Atas dengan nilai tidak kurang dari Rp1.200 triliun. Ini adalah jumlah yang sangat berarti untuk membangkitkan kembali ekonomi dari cengkeraman krisis saat ini.

Baca Juga: 5 Anyaman Pemulihan Ekonomi Nasional-Perumahan Berkeadilan Sosial

Sebenar dampak ekonominya masih lebih luas dari Rp1.200 triliun karena kita belum memperhitungkan multiplier effect-nya. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa multiplier effect dari Sektor Perumahan adalah 3,0 - 3,5 kali. Artinya bila membangun Perumahan Senilai Rp1.200 triliun maka secara keseluruhan bangkitan ekonomi adalah tidak kurang dari Rp3.600 triliun. Dengan demikian maka bila program ini diluncurkan, maka implikasinya akan sangat luas dimana mesin-mesin ekonomi sektor perumahan dan industri bahan-bahan pendukungnya akan melaju pesat kembali.

“Tentu saja implikasi tenaga kerja yang dibutuhkan adalah linier dengan angka-angka tersebut. Sekadar catatan bersama bahwa rata-rata tenaga kerja yang terlibat untuk membangun sebuah Rumah Sederhana sekitar 10 orang tukang terdiri dari tujuh tenaga kerja langsung dan tiga tenaga kerja tidak langsung,” imbuhnya.

Mesin Penggempur Resesi Ekonomi
Lukman memberi contoh, di Amerika Serikat (AS), indikator utama ekonomi adalah industri mobil dan industri perumahan.

“Saya rasa ekonom kita pun punya indikator ekonomi yang mirip juga. Kalau hal ini dicermati, di Indonesia rasanya juga memang mirip-mirip, artinya secara sederhana kita bisa sepakat mengatakan bahwa sektor otomotif dan sektor perumahan adalah sektor potensial untuk jadi 'mesin penggempur' resesi ekonomi yang kita hadapi ini,” jelas Lukman.

Baca Juga: PSBB, Resesi Ekonomi, dan Seleksi Alam Pengembang Properti

Berbeda dengan otomotif yang mesin produksinya berupa pabrik-pabrik atau belanja infrastruktur via APBN, sektor perumahan ini merupakan kombinasi antara memenuhi kebutuhan pokok papan sekaligus juga menggerakkan ekonomi.

"Ya, kalau pada saat resesi ekonomi ini Pemerintah sedang mempertimbangkan sektor otomotif mau 'di-engkol' menjadi pendorong ekonomi melalui 'Pembebasan PPN', tentu ada baiknya Pemerintah mempertimbangkan sektor perumahan untuk 'di-engkol' juga untuk mengeluarkan kita dari jurang krisis ekonomi. Tentu cara meng-engkol sektor perumahan tidak sama persis dengan sektor otomotif, namun kalau memang 'diniati' banyak yang faham cara-cara meng-engkolnya," pungkasnya.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)