RealEstat.id (Jakarta) - Saat matahari terbenam di Irak, mayoritas Warga merasakan cuaca panas. Tetapi Suku Kurdi yang tinggal di rumah tradisional, tidak. Tempat tinggal mereka yang terbuat dari bebatuan kuno dikenal bisa menyerap cuaca panas dan mengubahnya menjadi sejuk.
Sejak 2.700 tahun lalu, Suku Kurdi yang berasal dan tinggal di Wilayah Kurdistan (sekarang bernama Akre) menjaga tradisi leluhur dengan memanfaatkan bebatuan yang ada di sekitar tempat tinggal mereka sebagai material utama rumah. Kekuatannya pun tak perlu diragukan.
“Rumah batu jauh lebih tahan terhadap kenaikan suhu dan juga melestarikan karakter unik kota”, kata Wali Kota Balad, Reda Zubair, seperti dikutip dari laman japantimes.co.jp.
Baca Juga: Affirmation Tower: 'Gedung Terbalik' di Cakrawala Kota New York
Banyak gang sempit di Akre yang hanya dapat dilalui oleh keledai di dalam wilayah pusat kota bersejarah yang didominasi warna kuning pucat dan coklat dari batu yang digali secara manual oleh Warga Kurdi.
Irak yang kaya minyak menjadi negara kelima paling rentan terdampak perubahan iklim versi PBB. Saat musim kemarau, wilayah Kurdistan (Kota Akre) selalu mengalami kelangkaan air seperti kebanyakan wilayah lainnya di Irak. Pemerintah Irak pun tak berbuat banyak untuk mengatasi tantangan tersebut.
Sekitar 100.000 Warga Akre (termasuk Suku Kurdi) punya cara tradisional yang membantu mereka bertahan hidup. Warga bahkan berjanji dan melakukan langkah-langkah konkret untuk merevitalisasi kota tua Akre, sejak memperoleh otonomi secara de facto dari Irak pada tahun 1991.
Baca Juga: 1000 Trees: Pusat Perbelanjaan Bak Gunung Ditumbuhi Pepohonan
Saat memasuki kota, sebuah bangunan yang mengesankan menyambut Warga dan wisatawan. Bangunan yang didirikan pada tahun 1853 itu adalah bekas barak militer sisa dari Kekaisaran Ottoman yang pernah berkuasa di Akre. Saat ini bekas barak itu dalam proses renovasi yang memanfaatkan batu kapur dari pegunungan di sekitar Akre karena mudah digunakan dan cukup banyak tersedia.
Keunikan tempat tinggal Suku Kurdi tampak di sebuah rumah milik Warga Kota Akre bernama Bewar Majeed. Di depan pintu rumahnya, anak-anak kucing sedang bermain di bawah sinar matahari, saat suhu mencapai 40 derajat Celcius. Tetapi di dalam rumah, suasananya sejuk karena dindingnya terbuat dari batu kapur.
"Saya tidak butuh pendingin ruangan (AC). Saya punya pendingin udara kecil, yang cukup untuk saya, dan lebih murah,” lanjut Majeed menerangkan.
Baca Juga: Ternyata, Dua Properti Termahal di Dunia Ada di Makkah, Kota Kelahiran Nabi Muhammad
Pemerintah Kota Akre mempromosikan pemanfaatan batu kapur dibandingkan beton untuk material utama rumah dan bangunan lainnya. Mereka bahkan setelah tahun 2011, menggunakan dana publik untuk merenovasi 25 rumah tua dan sebuah masjid dengan material batu kapur. Namun, pada tahun 2014, pendanaan dihentikan karena krisis keuangan.
Sekarang, warga kota tua diizinkan merenovasi bangunan mereka secara madniri dan swadaya dengan syarat menggunakan batu kapur, bukan beton. Setidaknya jika memakai beton, harus ditutup batu kapur.
Keunikan bangunan di Akre juga menjadi komoditas pariwisata kota yang berjarak 500 kilometer dari Ibu kota Baghdad itu. Data otorita setempat menunjukkan, sekitar 1,7 juta wisatawan berkunjung datang ke Wilayah Kurdistan (termasuk Kota Akre) selama kuartal pertama tahun 2022. Mayoritas adalah wisatawan lokal Irak.
Baca Juga: Wah, Rumah-rumah Cantik di Italia Ini Dijual Hanya 1 Euro!
Mereka berkunjung dengan alasan ingin melihat langsung sekaligus merasakan “kesejukan” cuaca di wilayah Pegunungan Akre. Situasi keamanan di Wilayah Kurdistan dan sekitarnya yang belakangan relatif stabil juga menjadi alasan lain wisatwan untuk berkunjung.
Jumlah wisatawan diprediksi bisa semakin banyak jika Kurdistan sudah benar-benar aman dari ancaman kekerasan karena pertempuran yang sampai sekarang masih sesekali terjadi, khusunya di wilayah yang berbatasan langsung dengan Turki.
Secara umum, Warga Akre menghindari politik yang berpotensi menimbulkan konflik dengan warga lain. Mereka berharap suasana sejuk seperti saat berada di dalam rumah, dan bisa menyambut para wisatawan yang ingin mengetahui sejarah kota kuno Akre. Semuanya akan disambut Warga, bukan hanya Warga Jerman dan Perancis yang menjadi wisatawan asing paling banyak datang ke Akre. Anda tertarik?