Ramadan dan Lebaran, Momentum Kebangkitan Sektor Ritel?

Ramadan dan Lebaran dianggap sebagai momentum untuk meningkatkan kinerja ritel, namun berapa lama momentum tersebut dapat bertahan?

Mal Ciputra Cibubur (Foto: RealEstat.id)
Mal Ciputra Cibubur (Foto: RealEstat.id)

RealEstat.id (Jakarta) - Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri selalu menjadi momen yang baik bagi sektor properti ritel. Pasalnya, jumlah pengunjung yang mendatangi pusat perbelanjaan biasanya meningkat cukup signifikan. Lantas, bagaimana kebijakan pelarangan mudik Lebaran membantu pasar ritel di Jakarta?

Colliers Indonesia memperkirakan, pada kondisi saat ini, dengan adanya tambahan larangan mudik Lebaran, masyarakat tidak memiliki banyak pilihan untuk berwisata atau berekreasi. Hal ini membuat pusat perbelanjaan kemungkinan akan mengalami peningkatan jumlah pengunjung.

Baca Juga: 4 Skenario Properti Ritel di Era "New Normal"

Ferry Salanto, Senior Associate Director Colliers Indonesia mengatakan, pusat perbelanjaan kemungkinan akan mengalami peningkatan traffic dan kinerja. Selain itu, selama periode ini, retailer dan operator pusat perbelanjaan biasanya menghadirkan program diskon untuk memastikan pengunjung mendatangi pusat perbelanjaan atau ruang ritel mereka.

"Menurut Ketua APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia), Alphonzus Widjaja, bisnis ritel diperkirakan dapat meningkat hingga 40%. Artinya peningkatan tersebut mungkin terjadi dan ini merupakan momentum yang baik bagi pasar ritel," jelas Ferry Salanto.

Momentum Pemulihan Pasar Ritel?
Menurut Ferry, kinerja penjualan ritel biasanya mencapai puncaknya selama bulan Ramadan dan Lebaran. Jadi, para peritel akan mendapat keuntungan dari musim Ramadan dan Idul Fitri ini. Bahkan dalam kondisi saat ini, kinerja ritel diproyeksikan meningkat meski tidak sebesar sebelum pandemi.

"Momentum tersebut perlu dijaga, agar pasca Ramadan dan Idul Fitri para retailer tetap memiliki kinerja penjualan yang stabil," imbuhnya.

Baca Juga: Saran Konsultan Real Estat Agar Ritel Mampu Bertahan Saat Pandemi

Colliers Indonesia memperkirakan setelah Ramadan dan Lebaran, penjualan ritel akan menurun, seperti yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, tetapi retailer harus mengembangkan strategi untuk memastikan penjualan tidak turun ke angka terendah seperti yang dialami ketika awal pandemi.

"Ada beberapa faktor tambahan yang dapat membantu sektor ritel untuk pulih lebih cepat. Meningkatnya jumlah orang yang divaksinasi, serta operator pusat perbelanjaan dan retailer yang tetap dengan patuh memberlakukan protokol kesehatan, seharusnya meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk mengunjungi pusat perbelanjaan. Hal tersebut akan berdampak positif terhadap kinerja ritel dan bagi pusat perbelanjaan," urai Ferry.

Lebih lanjut, dia menerangkan, setelah Ramadan dan Idul Fitri, para peritel bisa menganalisa kinerja mereka. Jika dalam beberapa bulan setelah Ramadan dan Idul Fitri angka penjualan dianggap tetap stabil, insentif atau diskon yang diberikan oleh pengembang kepada retailer dapat ditinjau kembali, sehingga sewa-menyewa dapat kembali normal.

Baca Juga: Strategi Penjualan Omni Channel Perlu Dimanfaatkan di Sektor Properti Ritel

Namun, bagi retailer di segmen tertentu yang terus berjuang untuk meningkatkan penjualan, pengembang dapat tetap fleksibel dalam hal sewa-menyewa dan service charge yang dibayarkan.

Selain itu, bagi retailer yang baru akan beroperasi, saat-saat seperti Ramadan dan sebelum Idul Fitri ini menawarkan peluang yang lebih besar untuk menghasilkan penjualan yang lebih baik.

"Kita semua tahu bahwa intensitas berbelanja meningkat selama bulan suci ini. Hal ini juga merupakan peluang yang baik untuk terus menawarkan diskon dan menyusun strategi penjualan lainnya yang dianggap efektif dalam menarik pengunjung ke pusat perbelanjaan," tutup Ferry.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)