Pria Kamboja Pajang Ranjau Darat di Halaman Rumah Sebagai Hiasan

Ranjau-ranjau darat tersebut ditinggalkan lebih dari tiga dekade sejak perang saudara berakhir pada 1990-an dan sebagian besar masih aktif dan berbahaya.

Ranjau Darat. (Foto: Wikipedia)
Ranjau Darat. (Foto: Wikipedia)

RealEstat.id (Phnom Penh) - Pihak otoritas di barat laut Kamboja menegur keras seorang pria karena memasang ranjau darat sebagai dekorasi halaman rumahnya. Pasalnya, sebagian dari ranjau darat berusia puluha tahun tersebut masih aktif dan bisa meledak kapan saja.

Sekitar 30 ranjau darat yang belum meledak digantung di pohon asam dan tersebar di sekitar halaman lelaki itu, kata Khen Srieng, seorang pejabat dari Pusat Aksi Pertambangan Kamboja atau Cambodian Mines Action Center (CMAC), badan pemerintah yang mengawasi pembersihan ranjau, seperti dinukil dari Associated Press, Jumat (12/6/2020).

Baca Juga: Wow, Kylie Jenner Beli Rumah Seharga Rp542 Miliar!

Khen Srieng, yang mengunjungi rumah pria tersebut pada hari Rabu guna mengumpulkan amunisi untuk dihancurkan, mengatakan ranjau-ranjau tersebut ditinggalkan lebih dari tiga dekade sejak perang saudara berakhir pada 1990-an dan bahwa sebagian besar ranjau masih aktif dan berbahaya.

Dia mengatakan, pria pemilik ranjau itu dulunya adalah seorang pengepul sampah dan telah mengumpulkan alat-alat dari sawah dan hutan di dekat rumahnya untuk dijual sebagai barang bekas. Pria yang namanya tidak disebutkan itu mengatakan kepada Khen Srieng, bahwa setelah pemerintah melarang penjualan dan pembelian ranjau darat dan persenjataan lainnya yang tidak meledak, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan ranjau-ranjau miliknya.

Baca Juga: 2021, Kemasan Produk Konsumen Signify Bebas Plastik

Pelanggar larangan jarang yang pernah dituntut, karena mereka umumnya adalah penduduk desa miskin yang mencari sedikit penghasilan tambahan dari menjual barang-barang bekas. Dalam hal ini, CMAC memberi kuliah pada pria itu karena melanggar hukum.

Kepala CMAC, Heng Ratana, yang di halaman Facebook-nya menggambarkan situasi itu sebagai "hal yang sulit dipercaya". Dia mengatakan terkadang laki-laki itu dibayar sebagai pembersih ranjau tanpa lisensi untuk membersihkan ranjau di ladang orang lain lalu menyimpan ranjau-ranjau tersebut.

Baca Juga: Akuisisi Lahan Rampung, Crown Group Bangun SkyTrees, Proyek Pertama di Amerika Serikat

Rumah pria itu berada di provinsi Banteay Meanchey dekat perbatasan Kamboja-Thailand, di mana terjadi pertempuran pada 1980-an dan 1990-an antara pasukan pemerintah Kamboja dan pejuang komunis Khmer Merah.

Diperkirakan, sekitar 4 juta hingga 6 juta ranjau darat yang belum meledak dan alat-alat persenjataan lain masih bertebaran di Kamboja.

Pada Januari lalu CMAC dan Victim Assistance Authority merilis laporan tahun lalu ada 12 korban tewas dan 65 korban luka karena ranjau darat dan bahan peledak lainnya. Laporan itu menyebutkan dari tahun 1979 hingga 2019 benda-benda itu telah menewaskan 19.780 orang dan melukai 45.047 lainnya.

Berita Terkait

Pasca akuisisi, The Grand Eastlakes akan di-rebranding menjadi One Global Centre. (Foto: Istimewa)
Pasca akuisisi, The Grand Eastlakes akan di-rebranding menjadi One Global Centre. (Foto: Istimewa)
Kingdom Center Tower sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia dan menjadi bangunan ikonik di Arab Saudi. (Sumber: Architec Magazine)
Kingdom Center Tower sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia dan menjadi bangunan ikonik di Arab Saudi. (Sumber: Architec Magazine)
The Grand yang akan berganti nama menjadi One Global Centre. (Foto: dok. One Global Capital)
The Grand yang akan berganti nama menjadi One Global Centre. (Foto: dok. One Global Capital)
Dari kiri ke kanan: Greg Crone, Iwan Sunito, dan Kengo Kuma. (Foto: Istimewa)
Dari kiri ke kanan: Greg Crone, Iwan Sunito, dan Kengo Kuma. (Foto: Istimewa)