Perkantoran Jakarta: Tingkat Kekosongan Tinggi, Fenomena 'Fight to Quality' Terjadi

Beberapa faktor yang menahan laju sektor perkantoran Jakarta, antara lain ekonomi yang belum pulih, perlambatan transaksi, dan persiapan menuju tahun politik.

Kawasan Perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: realestat.id)
Kawasan Perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) – Di Semester I 2023, performa pasar properti masih berada dalam fase pemulihan pasca-pandemi. Beberapa kota di Asia Pasifik seperti Kuala Lumpur, Shenzen, dan Jakarta masuk ke dalam daftar kota dengan tingkat kekosongan ruang perkantoran yang cukup signifikan.

Menukil laporan riset yang dirilis Knight Frank, rerata ruang perkantoran yang kosong di area Central Business District (CBD) Jakarta sendiri tercatat lebih tinggi dibandingkan rerata ruang perkantoran kosong yang ada di kawasan Asia Pasifik yang mencapai 14%. 

Menanggapi performa sektor perkantoran Jakarta saat ini, Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia mengatakan, di tengah stok yang berlimpah dan terus bertambah, ke depannya sektor perkantoran masih harus melewati beberapa tantangan.

Baca Juga: Kinerja Perkantoran Grade A di CBD Jakarta Makin Menjanjikan

"Beberapa faktor yang menahan pulihnya sektor secara optimal di antaranya adalah belum pulihnya ekonomi, adanya perlambatan transaksi di subsektor perkantoran, dan persiapan menuju tahun politik. Hal tersebut kemudian menyebabkan subsektor ini terpaksa harus terus melanjutkan strategi bertahan di awal tahun," tuturnya.

Laporan terbaru Jakarta Property Highlight yang dirilis oleh Knight Frank Indonesia mencatat, pada semester pertama tahun 2023 pasokan ruang kantor di CBD Jakarta bertambah menjadi 7.285.585 m2 seiring dengan masuknya dua gedung perkantoran baru di awal tahun.

Laporan juga mencatat bahwa seiring dengan bertambahnya angka pasokan, tingkat huni terkoreksi menjadi sekitar 73,61%. Sementara itu, untuk rerata harga sewa gedung perkantoran di area CBD Jakarta tercatat masih stagnan.

Baca Juga: Kinerja Gedung Perkantoran Kelas Atas di CBD Jakarta Mulai Pulih

"Namun, kecenderungan peningkatan harga sewa sebesar 3% juga tercatat terjadi pada gedung-gedung perkantoran dengan grade tertinggi," jelas Syarifah Syaukat, lebih lanjut.

Sementara itu, Andi Rina Martianti, Associate Director Occupier Strategy and Solutions Knight Frank Indonesia, menambahkan, meskipun sektor perkantoran saat ini masih belum sepenuhnya pulih, namun optimisme masih cukup tinggi.

Menurutnya, optimisme ini terlihat dari beberapa gedung perkantoran dengan grade tertinggi yang dapat menawarkan ruang perkantoran dengan kondisi dan syarat sewa yang menarik dan lebih fleksibel dari sebelumnya.

Baca Juga: 2023, Penyewa Ruang Perkantoran CBD Jakarta Pasang 'Mode Waspada', Ada Apa?

Hal ini dilakukan demi meningkatkan kembali minat occupier, sehingga flight to quality tidak dapat dibendung. Potential occupier datang dari beberapa sektor seperti sektor energi, IT, Mining, Agrobusiness, Retail, Logistic, Oil & Gas, chemical  dan Trading.’’

Willson Kalip, Country Head Knight Frank Indonesia menambahkan, Hybrid scheme masih mewarnai operasional perkantoran saat ini, namun stok yang berlimpah di tengah kondisi perekonomian yang masih challenging menjadikan sektor perkantoran masih harus memperpanjang daya resiliesinya saat ini.

"Namun, di tengah kondisi ini 15% tambahan stok green building hadir di CBD pada awal tahun ini, memberi harapan optimisme yang berkelanjutan," pungkas Willson Kalip.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)