Pengembang Rumah Subsidi: Disibukkan Administrasi, Miskin Inovasi

Aturan yang makin ketat dari pemerintah, membuat para pengembang rumah subsidi lebih disibukkan dengan aturan administrasi, sehingga lupa untuk berkreasi.

Rumah subsidi (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Rumah subsidi (Foto: Dok. Kementerian PUPR)

RealEstat.id (Jakarta) – Perubahan pasar properti yang bergerak cepat, diikuti oleh pergeseran perilaku dan gaya hidup konsumen yang makin dinamis, membuat pengembang—termasuk pengembang rumah subsidi—harus terus melakukan inovasi, bahkan di saat pandemi seperti saat ini.

“Perkembangan produk dan tipe rumah saat ini sangat cepat, khususnya dari desain, konsep, dan pola layout ruang. Dalam hitungan bulan sudah muncul lagi beberapa produk baru dengan desain yang lebih baru. Hal ini dapat membuat produk lama menjadi terlihat ketinggalan zaman. Para pengembang harus dapat semakin jeli ke depan membaca pasar,” jelas Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch (IPW).

Baca Juga: Relaksasi PPN Efektif, Penjualan Rumah Ready Stock Naik 323,5%

Ali Tranghanda menyebut proyek-proyek hunian yang menyasar kaum milenial dengan menawarkan sederet inovasi dan kreativitas, umumnya didominasi para pengembang besar. Lantas, bagaimana dengan pengembang di segmen menengah? Faktanya, banyak pengembang menengah terlena dengan pasar saat ini dengan masih menggunakan model-model lama tanpa inovasi.

Kurangnya update lapangan, imbuhnya, membuat produk properti yang diluncurkan menjadi biasa saja, bahkan cenderung ketinggalan zaman. Pola pikir konsumen pun akan semakin berubah dengan banyaknya produk-produk baru di pasaran, yang membuat produk lama semakin ditinggalkan.

Baca Juga: Relaksasi PPN Berpotensi Hambat Penjualan Rumah Inden, Kok Bisa?

"Yang paling terlihat tanpa adanya inovasi adalah produk rumah subsidi/FLPP saat ini. Dengan aturan yang ketat dari pemerintah membuat para pengembang rumah subsidi lebih disibukkan dengan aturan administrasi sehingga lupa untuk berkreasi. Padahal, pasar segmen masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang sangat besar, tidak dapat diabaikan begitu saja terkait desain, karena menjadi kebanggaan pembelinya," papar Ali.

Bentuk modular rumah dari satu proyek subsidi/FLPP ke proyek lainnya, relatif tidak berbeda jauh. Tidak ada perubahan desain yang nyata. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah memang margin yang terlalu kecil membuat para pengembang rumah subsidi/FLPP tidak bisa berkreasi?

Sepertinya bukan itu masalah utamanya. Banyak pengembang rumah subsidi yang terlena terlalu asyik jualan, namun lupa dihadapkan dengan persaingan yang akan semakin ketat ke depan untuk merebut hati konsumennya.

Baca Juga: Pasar Properti 2021 Masih Tidak Stabil dan Penuh Tantangan

Fakta ini membuat para pengembang harus lebih tanggap dengan perubahan perilaku konsumen ke depan yang semakin kritis dan standar produk yang semakin tinggi. Jangan sampai para pengembang, baik pengembang besar, menengah, sampai pengembang rumah subsidi/FLPP terlena tanpa inovasi dan kreativitas yang semakin menantang ke depan.

“Para pengembang jangan terlena dengan produk saat ini, karena bila tidak dapat mengimbangi perkembangan pasar, mereka akan ditinggalkan pasar,” pungkas Ali.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Ilustrasi rumah layak huni untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi rumah layak huni untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR. (Sumber: BP Tapera)
Kawasan kumuh (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Kawasan kumuh (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)