RealEstat.id (Jakarta) – Sinyal positif perbaikan sektor properti di Tanah Air terus terlihat, salah satunya adalah dari tren pasar rumah bekas (second). Mengawali tahun Macan Air ini, kenaikan harga pasaran untuk tipe secondary listing rumah tapak secara bulanan (MoM) terbilang cukup tipis di angka 0,1%.
Sementara itu, pasokan rumah second terlihat merangkak 4,6% selama periode tahun 2021. Demikian informasi yang dinukil dari "Flash Report - Pasar Harga Rumah Seken" yang dirilis 99 Group.
Baca Juga: Rumah Seken di Dua Kawasan Ini Paling Banyak Dicari di 2021
Pergeseran rentang waktu secara tahunan atau year-on-year juga memperlihatkan kenaikan harga rumah seken sebesar 3,5% dibanding Januari tahun 2021 lalu.
Sama seperti edisi sebelumnya sampel kota besar yang dijadikan referensi di Flash Report kali ini tersebar di Jawa, Sumatera, Bali, hingga Sulawesi. Dari 13 kota yang diamati, 12 di antaranya mengalami peningkatan harga year-on-year, dengan Kota Medan memimpin sebagai daerah dengan kenaikan harga rumah tertinggi yakni 15,6%.
“Naiknya harga di Kota Medan yang cukup signifikan pada Januari 2022 ini, beserta area lainnya yang kami pantau, berhasil menunjukkan fase pemulihan dan kebangkita industri properti yang sedang berlangsung,” terang Wasudewan, Deputy CEO 99 Group.
Baca Juga: Pasar Rumah Sekunder: Pasokan Bertambah, Harga Melandai
Di Jabodetabek secara month-on-month, Jakarta, Depok, dan Bogor masing-masing mengalami kenaikan harga sebesar 0,4%, 0,6%, dan 0,7%. Sementara itu, dua daerah favorit para pencari properti, Tangerang, dan Bekasi, justru mengalami penurunan harga masing-masing sebesar -0,3% dan -0,2%.
Untuk kota-kota besar lainnya di Pulau Jawa, secara bulanan (month-on-month/MoM), harga rumah bekas di Bandung dan Surabaya bertumbuh masing-masing sebesar 0,2% dan 0,1%. Sementara harga di Semarang, Yogyakarta, dan Surakarta turun masing-masing -0,4%, -1,8%, dan -0,5%.
Menurut Indeks Suplai Rumah Seken di Rumah123.com—bagian dari 99 Group—volume suplai rumah second tercatat meningkat 4,6% di Januari 2022 dari Desember 2021. Namun jika dilihat dari perbandingan antara tahun ke tahun, volume suplai 16,3% lebih tinggi dibandingkan dengan Januari 2021.