Pasokan Perumahan Tapak Naik 2,6% di 2024: Survei Cushman & Wakefield

Meski insentif pajak hanya untuk rumah ready stock, pengembang diperkirakan tetap aktif meluncurkan produk baru karena adanya permintaan yang berkelanjutan.

Pembangunan rumah tapak di Bekasi (Foto: realestat.id)
Pembangunan rumah tapak di Bekasi (Foto: realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) – Pasokan kumulatif perumahan tapak sampai pada akhir 2023 tetap relatif stabil. Pada akhir November 2023, pemerintah memberikan insentif untuk pembelian rumah baru dengan harga di bawah Rp5 miliar dan membebaskan PPN 100% (untuk rumah dengan nilai jual objek pajak maksimal Rp2 miliar), yang berlaku hingga Juni 2024.

Sementara itu, di periode Juli hingga Desember 2024, pemerintah akan memberikan diskon PPN sebesar 50%.

Kendati insentif pajak ini hanya untuk rumah jadi (ready stock), pengembang perumahan tapak diperkirakan akan tetap aktif meluncurkan produk baru karena adanya permintaan yang berkelanjutan.

Baca Juga: Prospek Rumah Tapak di Jabodetabek Tahun 2023, Bekasi Kuasai Pasokan

"Pasokan kumulatif perumahan tapak diperkirakan akan meningkat secara stabil sekitar 2,6% secara tahunan (YoY) pada 2024," tutur Arief Rahardjo, Director of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia.

Permintaan kumulatif diproyeksikan meningkat sekitar 2,8% (YoY) pada tahun 2024. Insentif PPN DTP (Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah) diperkirakan akan menjadi pendorong utama terhadap permintaan kumulatif perumahan tapak di sepanjang tahun 2024.

Selain itu, kebijakan baru terkait kemudahan WNA dalam membeli properti di Indonesia dengan paspor juga diprediksi dapat menjadi pendorong permintaan di tahun 2024, walaupun tidak signifikan.

Baca Juga: Ekonomi Global Mengkhawatirkan, Pasar Perumahan Tapak Tetap Stabil di 2023

"Walaupun tahun politik sering diniilai sebagai sentimen negatif bagi bisnis properti, pengembang menilai Pemilu 2024 dapat menjadi peluang, sebab daya beli disebut akan meningkat," tutur Arief Rahardjo.

Pada November 2023, Bank Indonesia memutuskan untuk menahan level suku bunga acuan di 6% untuk mengendalikan inflasi di tahun 2024 yang dinilai cukup wajar dan tidak terlalu mempengaruhi KPR.

Kendati demikian, pengembang juga perlu menyiasati dengan memberi promosi menarik seperti penerapan suku bunga KPR self subsidi dan keringanan down payment.

Baca Juga: Pantauan Pasar Properti Jakarta dan Sekitarnya Sepanjang 2022

Dengan adanya inflasi yang mempengaruhi biaya bahan bangunan, serta perkembangan infrastruktur di Jabodetabek seperti MRT, LRT, dan akses jalan tol yang akan menyebabkan kenaikan harga tanah, harga jual rumah secara keseluruhan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2024.

"Apabila ekonomi makro membaik sebagaimana diharapkan dan sentimen politik tetap positif, harga perumahan tapak diperkirakan akan meningkat, terutama apabila Pemilu 2024 diselesaikan dengan baik dan mulus," pungkas Arief Rahardjo.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)