RealEstat.id (Jakarta) – Pada Semester II tahun 2024, pasokan perumahan baru di Jabodetabek dan Karawang mengalami peningkatan signifikan dibanding paruh pertama, di mana suplai mencapai 8.782 unit.
Riset terbaru Cushman & Wakefield Indonesia menyebut, pada paruh kedua 2024, kawasan Tangerang tetap menjadi kontributor dominan perumahan tapak dengan mencatatkan 66% dari total pasokan baru.
Dominasi ini didorong oleh pengenalan kawasan kota baru seperti Summarecon Tangerang, serta peluncuran tahap ketiga Park Serpong yang menampilkan sejumlah besar unit lebih kecil dengan harga terjangkau.
"Kawasan Bekasi menyusul dengan kontribusi yang lebih moderat, yakni sebesar 16%, setara dengan kawasan Bogor-Depok yang juga mencatatkan 16%," tutur Arief Rahardjo, Director of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia.
Baca Juga: Segmen Atas Mendominasi, Perumahan Jabodetabek-Karawang Banyak Diminati End-User
Sementara itu, Jakarta mencatatkan kontribusi terkecil, hanya sebesar 1%. Kemungkinan besar lantaran terbatasnya pasokan lahan dibanding dengan Tangerang dan daerah lainnya.
Berbeda dengan semester sebelumnya, di mana perumahan segmen atas mendominasi pasokan baru, pada Semester II 2024, pasokan baru didominasi oleh segmen rumah menengah bawah, dengan harga Rp700 juta - Rp1 miliar, yakni sebanyak 32,5%.
"Pasokan terbanyak kedua berasal dari segmen bawah, yakni rumah dengan harga di bawah Rp700 juta yang berkontribusi sebesar 24,2% dari total pasokan baru," jelas Aief Rahardjo.
Pengembang tampaknya optimistis terhadap segmen-segmen ini, didukung oleh berbagai insentif dan kebijakan pemerintah yang mendorong pembelian rumah baru.
Baca Juga: Nilai Kawasan Pengembangan Rumah Tapak di Jabodetabek Bisa Cepat Naik, Ini Syaratnya!
Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, hingga Desember 2024, harga tanah rata-rata di kawasan Jabodetabek tercatat sekitar Rp12.652.597 per meter persegi mencatatkan kenaikan sebesar 1,72% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Kenaikan ini didorong oleh perbaikan infrastruktur yang signifikan, yang meningkatkan aksesibilitas ke berbagai pengembangan kota baru yang dipantau selama periode ini.
Pada September 2024, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan menjadi 6,00%, yang diharapkan berdampak pada tingkat suku bunga KPR yang ditawarkan oleh bank.
Menurut Arief, langkah ini merupakan salah satu faktor yang mendorong optimisme pengembang dalam merilis pasokan perumahan baru, mengingat KPR tetap menjadi metode pembayaran yang paling disukai, yang mencakup 74% dari transaksi.
"Pembayaran angsuran tunai menyumbang 16%, sementara pembayaran penuh secara tunai mencapai 10%," ungkapnya lebih lanjut.
Baca Juga: Dipimpin Tangerang dan Bekasi, Pasar Perumahan Tapak di Jabodetabek Terus Bertumbuh
Pasokan Bertambah, Permintaan Meningkat
Pada Semester II tahun 2024, permintaan perumahan tetap kuat, dengan total unit yang terserap pada semester ini meningkat sebesar 105,8% dibandingkan semester sebelumnya, sejalan dengan peningkatan pasokan.
Data Cushman & Wakefield Indonesia menyebut, segmen menengah tetap menjadi yang paling diminati, menyumbang 27,5% dari total permintaan kumulatif.
"Segmen menengah atas mengikuti dengan kontribusi sebesar 25,2%, yang mencerminkan fokus sebelumnya pada pasokan di segmen yang lebih tinggi," terang Arief Rahardjo.
Dari permintaan ini, sekitar 80% pembeli adalah end-user, termasuk pemilik rumah pertama kali dan keluarga yang membutuhkan rumah lebih besar untuk keluarga yang berkembang. Sisanya, 20%, merupakan investor yang membeli rumah untuk disewakan.
Baca Juga: Tren Penjualan Rumah Segmen Menengah Dipengaruhi Generasi Sandwich
Tercatat, rata-rata tingkat penyerapan bulanan per perumahan mencapai 26,4 unit, atau menunjukkan penurunan sebesar 13,1% secara tahunan (YoY), namun mengalami peningkatan sebesar 93,9% secara semesteran (HoH).
"Hal ini memperlihatkan bahwa permintaan pasar perumahan tapak sejalan dengan pasokan, terutama mengingat pasokan yang relatif rendah pada semester sebelumnya karena pengembang lebih fokus menjual produk yang tidak dikenakan PPN," katanya.
Nilai penyerapan rata-rata bulanan per perumahan di rentang Semester II 2024 tercatat sebesar Rp37,8 miliar, atau mengalami penurunan 39% dibanding tahun sebelumnya, mencerminkan minat yang semakin meningkat terhadap produk segmen bawah.
"Tangerang memimpin dengan tingkat penyerapan rata-rata tertinggi per perumahan, dengan rata- rata 37 unit per bulan, diikuti oleh Bekasi dengan 28 unit per bulan," ungkap Arief.
Baca Juga: Pasar Perumahan Segmen Menengah Bawah Tetap Prospektif di 2025, Ini Penyebabnya!
Pasokan Perumahan Relatif Stabil
Cushman & Wakefield Indonesia memprediksi, pasokan perumahan tapak pada tahun 2025 relatif tetap stabil, salah satunya yang didorong oleh keputusan pemerintah untuk tidak menerapkan kenaikan PPN sebesar 12%.
Sementara, pengembang diperkirakan akan lebih fokus pada produk yang menyasar segmen menengah dan menengah bawah, karena segmen-segmen ini diperkirakan akan tetap menjanjikan, didorong oleh dukungan pemerintah, meningkatnya daya beli, dan permintaan yang terus tumbuh untuk rumah pertama.
Dari Januari hingga Juni 2025, pemerintah meneruskan pemberian subsidi PPN penuh sebesar 100% untuk rumah yang dihargai di bawah Rp5 miliar, yang akan dikurangi menjadi 50% pada paruh kedua tahun tersebut.
Selain itu, beberapa program lainnya juga telah diluncurkan, khususnya untuk rumah tangga berpenghasilan rendah (MBR).
Inisiatif-inisiatif ini diharapkan dapat semakin mendorong permintaan perumahan, yang mencerminkan komitmen kuat pemerintah Indonesia untuk mendukung sektor properti.
"Dukungan ini diperkirakan akan berdampak positif pada industri terkait dan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan," kata Arief Rahardjo.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News