Ritel Jakarta: Tingkat Okupansi 90,58%, Namun Permintaan Masih Lemah

Data Leads Property menyebut, hingga Kuartal II 2024, total pasokan ruang ritel di Jakarta sebesar 3,47 juta meter persegi.

Foto: Dok. Freepik.com
Foto: Dok. Freepik.com

RealEstat.id (Jakarta) – Pasar ritel Jakarta belum mendapat pasokan baru di rentang Kuartal II 2024. Kendati demikian, ada suplai baru yang dibuka pada Juli 2024, yakni Agora, Retail Podium pada kompleks Thamrin Nine.

Berdasarkan data yang dihimpun Leads Property, hingga Kuartal II 2024, total pasokan ruang ritel di Jakarta sebesar 3,47 juta meter persegi (dalam hitungan Net Leasable Area/NLA), di mana total pasokan baru di paruh pertama 2024 sebesar 178.000 meter persegi.

Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Services Leads Property mengatakan, penyerapan yang tercatat pada Kuartal II 2024 mencapai 2.483 meter persegi NLA.

Baca Juga: Jakarta Punya Lima Mal Baru dalam 12 Bulan ke Depan

"Ukuran ini menunjukkan pergerakan permintaan yang lambat di sektor ritel Jakarta, dengan angka yang tercatat menurun sejak kuartal empat 2023," tuturnya, menambahkan.

Menurut Martin Samuel Hutapea, hal ini mengindikasikan bahwa kebanyakan pemain ritel di Jakarta masih berhati-hati dalam menjalankan bisnisnya.

"Meski demikian, merek-merek baru dari grup-grup lokal dan multinasional kerap bermunculan, kebanyakan dalam Kategori F&B, yang mana masih menjadi penentu permintaan utama," ungkapnya.

Lebih lanjut Martin menerangkan, di rentang Kuartal II 2024, pasar ritel Jakarta mencatatkan tingkat okupansi sekitar 90,58%, atau relatif tidak berubah sejak kuartal sebelumnya.

Baca Juga: Ruang Ritel Jakarta: Okupansi Tinggi, Namun Oversupply Mulai Mengintai

Mal dan pusat perbelanjaan yang berumur lebih tua dan menurun performanya, cenderung mengalami penurunan tingkat hunian sekitar 50% hingga 70%.

"Sementara mal dan pusat perbelanjaan yang lebih baru dan memiliki performa baik, biasanya mampu mempertahankan tingkat hunian 90% hingga 100%," katanya.

Martin mengatakan, sejak terjadinya penyesuaian harga di Kuartal I 2024, pihaknya belum melihat adanya perubahan signifikan pada rata-rata harga sewa dasar ruang ritel di Jakarta.

"Kebanyakan mal dan pusat perbelanjaan di Jakarta saat ini mengadakan penyesuaian harga dasar rental dengan masih terbuka pada ruang negosiasi," jelasnya.

Baca Juga: Brand-brand Internasional Baru Jadi Motor Sektor Ritel di Jakarta

Saat ini, kendati situasi sosial dan politik cenderung terlihat membaik, namun ketidakpastian peraturan perpajakan dan perdagangan, terutama pada bea cukai, menimbulkan masalah baru bagi tenant-tenant ritel, khususnya pada kategori F&B yang membutuhkan aktivitas impor untuk mendatangkan bahan baku dari luar negeri.

Menurut Martin, tenant-tenant ini harus menyesuaikan strategi operasional mereka untuk mendukung keberlangsungan bisnis.

Dia mengatakan, saat ini konsep lifestyle and entertainment masih menjadi pilihan utama bagi pengunjung mal dan pusat perbelanjaan.

"Mal-mal cenderung memanfaatkan area yang belum tersewa sebagai pop-up event, mulai bari bazaar makanan, hingga pameran," pungkas Martin.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News