Pasar Perumahan Segmen Menengah Bawah Tetap Prospektif di 2025, Ini Penyebabnya!

Pasokan perumahan menengah-bawah dan menengah pada 2025 akan tetap relatif stabil, meskipun terdapat tantangan dari sisi ekonomi dan kebijakan fiskal.

Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)

RealEstat.id (Jakarta) - Segmen pasar perumahan kelas menengah-bawah di kawasan Jabodetabek diprediksi tetap prospektif di tahun 2025 mendatang.

Dalam laporan terbaru yang dirilis Cushman & Wakefield, Rabu (18/12/2024) menyebutkan bahwa program subsidi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) jadi faktor pendorong di segmen tersebut.

Pemerintah tetap memberikan insentif dan program subsidi untuk membantu kepemilikan rumah, khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Belum lama ini pemerintah juga telah mengumumkan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk sektor properti diperpanjang hingga tahun 2025.

Baca Juga: Pasokan Perumahan Tapak Naik 2,6% di 2024: Survei Cushman & Wakefield

"Faktor utama yang mendukung termasuk pula meningkatnya daya beli kelas menengah serta kebutuhan hunian pertama," ujar Director of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia, Arief Rahardjo.

Konsultan properti itu juga memproyeksikan sejumlah developer akan lebih berfokus pada pengembangan produk rumah tapak untuk segmen menengah dan menengah ke bawah.

Proyeksi Harga Naik

Sebagai informasi, rumah kelas menengah-bawah memiliki harga berkisar Rp600 jutaan. Sedangkan hunian segmen menengah memiliki harga Rp1 miliar-an.

Cushman & Wakefield Indonesia memproyeksikan akan ada kenaikan harga pada rumah di segmen menengah-bawah dan menengah di wilayah Jabodetabek.

"Kenaikan harga properti residensial pada 2025 diperkirakan akan berkisar antara 5%-7%," terang Arief Rahardjo.

Baca Juga: Turunkan Harga Rumah MBR, Kementerian PKP Bahas Penghapusan BPHTB

Menurut dia, naiknya harga rumah tapak tersebut dipengaruhi oleh kenaikan PPN sebesar 12%.

Selain itu, peningkatan biaya bahan bangunan akibat inflasi dan penyesuaian harga tanah juga turut membuat harga naik.

Dalam laporan itu disebutkan harga tanah di tahun 2025 akan terdongkrak naik sebesar 3 % - 4% atau menjadi Rp13.200.000 per meter persegi.

Baca Juga: Cushman & Wakefield Perkenalkan Tim Layanan Konsultasi Unggulan: Advisory+

"Perkembangan infrastruktur berperan dalam mendorong kenaikan harga (perumahan kelas menengah-bawah),"ujar Arief.

Adapun proyeksi pasokan perumahan tapak pada 2025 akan tetap relatif stabil, meskipun terdapat tantangan dari sisi ekonomi dan kebijakan fiskal.

Selama tahun 2024 pasokan rumah tapak secara kumulatif tercatat telah mencapai 442.509 unit.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Puncak HUT KPR BTN ke-48 di Mall Kota Kasablanka, Ahad, 15 Desember 2024. (Foto: Kementerian PKP)
Puncak HUT KPR BTN ke-48 di Mall Kota Kasablanka, Ahad, 15 Desember 2024. (Foto: Kementerian PKP)
Perumahan MBR. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Perumahan MBR. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
MBR Sektor Informal (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
MBR Sektor Informal (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, saat meninjau perumahan subsidi Mulia Gading Kencana (MGK) di Serang, Banten, Kamis, 12 Desember 2024 (Foto: Dok. Kementerian PKP)
Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, saat meninjau perumahan subsidi Mulia Gading Kencana (MGK) di Serang, Banten, Kamis, 12 Desember 2024 (Foto: Dok. Kementerian PKP)