Pasar Perumahan: Banyak Pengembang Terancam Kolaps!

Pandemi COVID-19 merupakan faktor yang tidak bisa dikendalikan terkait pasar perumahan nasional yang secara psikologis terganggu.

Perumahan menengah-bawah (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Perumahan menengah-bawah (Foto: Dok. Kementerian PUPR)

RealEstat.id (Jakarta) – Pelemahan signifikan diperkirakan terjadi di pasar perumahan nasional diperkirakan pada kuartal kedua 2020. Hingga akhir kuartal pertama 2020 lalu, bahkan sebagian besar pengembang banyak mengeluhkan merosotnya penjualan mereka.

Berdasarkan catatan Indonesia Property Watch (IPW), kendati tren penjualan relatif belum terlalu terlihat penurunannya di kuartal I-2020, namun di kuartal kedua ini penjualan rumah diperkirakan akan semakin sulit. Meski demikian, IPW belum dapat memperkirakan tingkat penurunannya secara pasti.

Baca Juga: Wabah COVID-19 Hantam Pasar Perumahan Sekunder

Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch mengatakan, di tengah kondisi pandemi COVID-19 seperti ini, terdapat faktor yang tidak bisa dikendalikan terkait pasar properti nasional yang secara psikologis terganggu, dimana konsumen menahan diri untuk membeli properti.

"Konsumen baik end-user maupun investor yang tidak fokus untuk membeli rumah atau properti. Mereka lebih mementingkan bagaimana bertahan ditengah wabah COVID-19," katanya.

Baca Juga: Wabah Covid-19, Pelayanan Pertanahan ATR/BPN Gunakan Jalur Elektronik

Di sisi lain, Imbuh Ali Tranghanda, kondisi keuangan perusahaan menjadi fokus bagi pengembang, karena kemungkinan anjloknya omset perusahaan membuat beban pengembang menjadi sangat tinggi.

Sementara itu, harapan dari pencairan akad kredit banyak yang tertunda karena mulai banyak bank yang menangguhkan akad KPR-nya. Hal ini tentu berdampak pada penerimaan perusahaan. Hal ini belum termasuk masalah pelayanan BPN dan notaris yang terkendala karena situasi saat ini.

Bertahan Hanya Tiga Bulan
Ali memperkirakan daya tahan cashflow pengembang berkisar 1 - 3 bulan di skala menengah. Tapi untuk pengembang kecil bisa lebih pendek lagi. Hal ini harus diantisipasi dengan strategi bertahan yang menjadi salah satu cara akan industri ini tidak kolaps.

“Kerjasama dengan pihak perbankan harus segera dilakukan, terkait penundaan atau pengurangan bunga jangan menunggu terlalu lama, karena bila berkepanjangan maka dampaknya baru terasa di kuartal kedua,” tutur Ali.

Baca Juga: Strategi Pemasaran Properti di Tengah Pandemi Virus Corona

Lebih lanjut Ali menerangkan, pemberian kemudahan atau stimulus properti harus pula melihat urgensinya. “Sekarang ini yang dibutuhkan bukan insentif membeli rumah tapi bagaimana konsumen bisa lancar pembayaran yang sudah berjalan dan tidak macet sehingga tidak membuat NPL (non-performing loan) bank semakin tinggi,” ujarnya.

Sementara itu bagi pengembang, Ali mengatakan angsuran kredit konstruksi bagi pengembang juga harus diringankan karena akan berdampak pada turunnya omset penjualan.

“Bahkan pengembang juga bisa-bisa nggak ada omset penjualan. Kalau bertambah lama akan banyak yang kolaps,” pungkas Ali.

Berita Terkait

Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)