Optimisme Para Pemimpin Perusahaan Properti Asia Pasifik di Masa Pandemi

Pasca-pandemi, sebagian pemimpin perusahaan properti di Asia Pasifik yakin volume portofolio mereka akan tetap sama dalam jangka menengah hingga panjang.

Foto: Diolah dari Pixabay.com
Foto: Diolah dari Pixabay.com

RealEstat.id (Jakarta) – Di tengah dampak pandemi yang melanda dunia, para pemimpin Corporate Real Estate (CRE) di Asia Pasifik optimistis mengenai bisnis dan rencana pemulihan mereka. Setidaknya sembilan dari sepuluh responden percaya bahwa upaya-upaya untuk mengurangi dampak COVID-19 akan berhasil dan yakin pada kemampuan sumber daya mereka dalam mengatasi krisis saat ini.

Mayoritas dari mereka juga mengharapkan angka aset properti yang di pertahankan akan tetap sama atau bahkan bertambah. Menurut konsultan properti asal Chicago, Amerika Serikat, JLL, para pemimpin CRE sedang bergerak maju dengan percaya diri dalam menata ulang kantor baru yang modern dengan memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan karyawan, serta memanfaatkan teknologi dalam rencana investasi mereka.

Baca Juga: Pandemi COVID-19 Hantam Investasi Properti Asia Pasifik di Semester I 2020

Dalam laporan berjudul "Optimisme dalam Menghadapi Krisis", para pemimpin CRE sangat yakin akan prospek bisnis mereka di masa depan. Hampir 80% percaya bahwa mereka memiliki mitra layanan perusahaan properti yang tepat untuk memberi masukan mengenai langkah-langkah ke depan dan 70% yakin akan kemampuan pemerintah mengatasi risiko di masa yang akan datang. Para pemimpin CRE ini memperlihatkan tingkat kepuasan yang tinggi terhadap efektivitas perencanaan kelangsungan bisnis mereka dan 88% menilai rencana mereka berjalan efektif, bahkan sangat efektif.

Meskipun sebagian besar (76%) pemimpin CRE di Asia Pasifik memprediksi dampak yang hanya bersifat moderat atau rasionalisasi yang wajar (ekspansi atau penurunan) terhadap portofolio properti mereka akibat COVID-19, namun tidak semua memiliki pandangan yang sama. Mereka yang berada di Australia dan Hong Kong lebih fokus pada rasionalisasi yang stabil sedangkan para pemimpin di India mengantisipasi rasionalisasi yang berlangsung masif dan cepat.

Di luar perbedaan tersebut, setengah dari semua pemimpin CRE yakin volume portofolio mereka akan tetap sama dalam jangka menengah hingga panjang. Dua pertiga pemimpin CRE (63%) juga mengharapkan total lokasi yang mereka miliki tidak akan berubah.

Baca Juga: Survei: Transparansi Pasar Properti Indonesia Naik Kelas!

“Saat sektor korporasi bersiap untuk normalisasi di tengah pandemi, kepercayaan diri yang tinggi dari para pemimpin CRE menunjukkan peluang besar seraya kita mendefinisikan ulang perkantoran di masa depan. Ini memperjelas bahwa dimasa depan kita harus mempertimbangkan realitas baru serta evolusi kantor sebagai tempat bekerja. Kami melihat bahwa para pemimpin CRE akan mulai mempertimbangkan hal ini dalam pengambilan keputusan mereka," kata Anthony Couse, CEO JLL Asia Pasifik.

Sementara itu, James Taylor, Head of Research JLL Indonesia menambahkan, kantor akan tetap ada meskipun kondisi pandemi telah mempercepat perubahan, yang sudah terjadi bahkan sebelum adanya COVID-19, pada perkantoran.

"Kami cenderung melihat fokus yang lebih besar pada kesehatan dan kesejahteraan, dan akan lebih banyak investasi dalam teknologi, bersamaan dengan bertambahnya ruang kolaboratif serta lingkungan kerja yang fleksibel pada perkantoran di Jakarta,” kata James Taylor.

Empat Implikasi Properti Komersial
Saat memasuki era pasca-pandemi, JLL melihat empat implikasi bagi properti komersial seraya para pemimpin CRE mengupayakan keberhasilan di masa yang penuh perubahan ini.

Pertama, prioritas kesehatan dan kesejahteraan akan mengubah aneka ragam portofolio properti untuk mengakomodasi tenaga kerja yang lebih fleksibel. Hampir dua pertiga (58%) pemimpin CRE mengutamakan kesehatan dan kesejahteraan karyawan sebagai prioritas investasi utama. Untuk mendukung tujuan menjaga jarak aman di kantor dan memberikan dukungan fleksibel kepada tim yang bekerja jarak jauh, permintaan akan ruang atau aset berkualitas lebih tinggi dapat meningkat, dan pada aneka ragam portofolio mungkin akan terlihat adanya penambahan untuk kantor sedang/kecil atau ruang kerja fleksibel/bersama.

Kedua, kombinasi beberapa strategi CRE akan diperlukan untuk mengurangi kepadatan area kantor. Guna memenuhi permintaan akan syarat-syarat kesehatan dan kesejahteraan yang lebih baik, tipe kantor baru ini akan memiliki jumlah kursi yang lebih sedikit per 100 karyawan, desain ulang dan perombakan denah sesuai dengan aturan pembatasan jarak fisik, pembagian tim, pengaturan kerja shift, dan perluasan kebijakan untuk bekerja jarak jauh.

Baca Juga: JLL: Tips Membuka Kembali Ruang Perkantoran di Era ‘New Normal’

Ketiga, teknologi akan berperan sangat penting dalam keberhasilan cara kerja yang baru.  Karyawan merasa lebih produktif saat mereka siap dengan teknologi. Mereka yang dibekali peralatan berteknologi canggih juga akan merasa lebih produktif. Cara yang memungkinkan kerja jarak jauh dan kolaborasi dikantor dinilai oleh para pemimpin CRE menjadi investasi yang utama untuk memiliki teknologi yang canggih dengan nilai lebih dari dua kali lipat teknologi lainnya. Investasi dalam teknologi harus terus disikapi dengan serius oleh para pemimpin CRE untuk kantor di masa depan.

Keempat, adopsi sistem bekerja jarak jauh secara lebih luas akan mempengaruhi investasi CRE di masa mendatang. Pekerja menikmati fleksibilitas dan kendali dengan bekerja jarak jauh dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka.  Pengusaha telah menyadari bahwa banyak pekerjaan yang bisa dilakukan dengan jarak jauh. Para pemimpin CRE perlu mempertimbangkan investasi pada teknologi yang mengoptimalkan produktivitas serta kolaborasi antar pekerja yang berada di kantor dan yang bekerja dari jauh.

Baca Juga: Pasar Properti di Masa Pandemi, Sektor Logistik Paling Perkasa

“COVID-19 seketika mengubah tempat kerja serta cara bekerja para pemilik perusahaan dan karyawan. Para pemimpin CRE telah mengadopsi berbagai strategi untuk menghadapi tantangan ini. Masa depan kantor Asia Pasifik terlihat cerah dan para pemimpin CRE nampaknya akan lebih fokus pada aspek keamanan dan keberlanjutan pada perkantoran baru yang modern bagi seluruh pengguna kantor," kata Roddy Allan, Chief Research Officer JLL Asia Pasifik.

JLL melakukan survei pada 200 pimpinan perusahaan properti di Asia Pasifik, termasuk Australia, Cina, Hong Kong, India, Jepang, Korea, Malaysia, Taiwan, Thailand, Singapura, dan Selandia Baru. Responden diwawancarai oleh JLL pada bulan Juni 2020. Pemimpin CRE adalah para eksekutif yang melakukan pengawasan strategis serta bertanggung jawab terhadap jumlah portofolio dan manajemen properti untuk perusahaan mereka masing-masing.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Forest Dining & Media Room di Kondominium Nava Grove, Singapura (Foto: Istimewa)
Forest Dining & Media Room di Kondominium Nava Grove, Singapura (Foto: Istimewa)
Pasca akuisisi, The Grand Eastlakes akan di-rebranding menjadi One Global Centre. (Foto: Istimewa)
Pasca akuisisi, The Grand Eastlakes akan di-rebranding menjadi One Global Centre. (Foto: Istimewa)
Kingdom Center Tower sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia dan menjadi bangunan ikonik di Arab Saudi. (Sumber: Architec Magazine)
Kingdom Center Tower sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia dan menjadi bangunan ikonik di Arab Saudi. (Sumber: Architec Magazine)
The Grand yang akan berganti nama menjadi One Global Centre. (Foto: dok. One Global Capital)
The Grand yang akan berganti nama menjadi One Global Centre. (Foto: dok. One Global Capital)