RealEstat.id (Jakarta) – Hanya satu proyek perkantoran di CBD Jakarta yang rampung di Kuartal IV 2023, yaitu Luminary Tower (dengan luas 56.500 m2). Proyek yang berlokasi di Jalan MH Thamrin ini, menambah total stok ruang di pasar perkantoran CBD Jakarta menjadi sekitar 7,4 juta m2 pada akhir Desember 2023.
Konsultan Cushman & Wakefield Indonesia memprediksi tidak ada proyek baru yang masuk ke pasar perkantoran CBD Jakarta pada tahun 2024, karena proyek-proyek yang saat ini dalam tahap pengembangan, masih ditunda.
Kendati aktivitas transaksi melambat dibandingkan kuartal sebelumnya, namun penyerapan bersih positif sebesar 66.300 m2 tercatat pada pasar perkantoran CBD Jakarta selama Kuartal IV 2023, sehingga total serapan selama tahun 2023 mencapai 236.900 m2.
Baca Juga: Proyek-proyek Mangkrak, Tak Ada Pasokan Perkantoran Baru di CBD Jakarta Tahun Ini
Peningkatan bersih tahunan ini menunjukkan tanda pemulihan pasar pascapandemi yang berkelanjutan. Sebagian besar pertumbuhan bersih terjadi di kantor Grade A, sementara kantor Grade C masih mengalami penurunan tingkat penyerapan sepanjang tahun 2023.
"Hingga akhir Desember 2023, tingkat hunian rata-rata pasar kantor CBD meningkat sebesar 1,7% secara tahunan (YoY) menjadi 73,0%," jelas Arief Rahardjo, Director of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia.
Di sisi lain, meskipun tren tingkat penyerapan positif dan peningkatan okupansi secara keseluruhan terus berlanjut, harga sewa tetap relatif stabil akibat persaingan tinggi yang terus berlangsung di 'pasar berkembang'.
Hingga akhir Desember 2023, tarif sewa dasar dalam Rupiah mencapai Rp160.100 per meter persegi per bulan, menunjukkan sedikit kenaikan sebesar 0,2% (YoY). Dalam mata uang Dolar AS, tarif sewa dasar juga mengalami kenaikan sedikit sebesar 0,9% (YoY).
Baca Juga: Pasar Perkantoran Jakarta Masih Dihantui Oversupply
"Sementara itu, service charge mengalami kenaikan yang lebih tinggi sebesar 1,3% (YoY), mencapai Rp92.600 per meter persegi per bulan," tutur Arief Rahardjo.
Ekonomi Indonesia yang kuat dengan asumsi pemilihan umum yang sukses pada tahun 2024, diperkirakan akan menjaga permintaan dalam wilayah positif.
Kehadiran pasokan baru yang minim di tahun 2024 diharapkan akan sedikit meningkatkan tingkat hunian. Tarif sewa kotor diperkirakan akan sedikit meningkat, terutama sebagai hasil dari peningkatan komponen service charge.
"Meskipun tingkat okupansi terus membaik, para pemilik properti akan tetap sangat berhati-hati dalam menaikkan tarif sewa dasar mereka," jelas Arief.
Baca Juga: Peluang Pasar Perkantoran di Sepanjang Jalur LRT Jabodebek: Riset Colliers Indonesia
Perkantoran Non-CBD Jakarta
Seperti di kawasan CBD Jakarta, pasokan ruang perkantoran di kawasan Non-CBD pun hanya bertambah satu proyek, selama semester kedua 2023, yaitu Jakarta International Tower (21.000 m2).
Berlokasi di Jalan Letjen S Parman, Jakarta Barat, Jakarta International Tower menambah total stok perkantoran Non-CBD Jakarta mencapai sekitar 4,9 juta m2 pada akhir Desember 2023.
Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, proyek kantor baru lain, yaitu Menara Jakarta Fortune Tower di Kemayoran dengan total area sekitar 82.000 m2, diharapkan akan masuk ke pasar pada tahun 2024.
Baca Juga: Tahun 2026 Bakal Jadi Titik Balik Bisnis Gedung Perkantoran Jakarta
Lebih lanjut, Arief Rahardjo menerangkan, meski aktivitas transaksi lebih lambat dibandingkan dengan semester sebelumnya, namun penyerapan bersih positif sebesar 10.700 m2 tetap terlihat pada pasar perkantoran Non-CBD Jakarta secara keseluruhan selama Semester II 2023, sehingga total serapan sepanjang tahun mencapai 41.600 m2.
"Meningkatnya penyerapan bersih tahunan ini menunjukkan tanda keberlanjutan pemulihan pasar kantor Non-CBD Jakarta di era pascapandemi," terangnya.
Sebagian besar pertumbuhan bersih terjadi di area Jakarta Selatan, diikuti oleh Jakarta Timur dan Jakarta Pusat. Hingga akhir Desember 2023, tingkat hunian rata-rata meningkat sebesar 0,7% (YoY) menjadi 80,2%.
Baca Juga: Perkantoran Jakarta: Tingkat Kekosongan Tinggi, Fenomena 'Fight to Quality' Terjadi
Menurut riset Cushman & Wakefield, hingga akhir Desember 2023, rata-rata harga sewa kotor Non-CBD Jakarta mencapai Rp201.400 per meter persegi per bulan atau mengalami kenaikan sebesar 5,1% (YoY).
Dalam mata uang Dolar AS, sebesar USD13,07 per meter persegi per bulan, atau mencerminkan kenaikan sebesar 5,9% (YoY).
Menurut Arief, dengan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan positif sekitar 5% pada tahun 2024, diperkirakan permintaan akan terus tumbuh, terutama berasal dari relokasi dan/atau ekspansi perusahaan pemilik.
"Tingkat hunian pada tahun mendatang diperkirakan akan mengalami penurunan karena permintaan bersih diharapkan mencapai tingkat yang lebih tinggi daripada pasokan baru. Tarif sewa kotor diperkirakan akan meningkat, terutama disebabkan oleh peningkatan komponen biaya layanan," pungkasnya.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News