RealEstat.id (Jakarta) - "Di masa lalu, pemimpin adalah bos. Namun kini, pemimpin harus menjadi partner bagi mereka yang dipimpin. Pemimpin tak lagi bisa memimpin hanya berdasarkan kekuasaan struktural belaka." (Erich Fromm).
Permasalahan di dalam organisasi tidak melulu terletak pada karyawan. Namun dapat terjadi pada para pemimpin pada tingkatan menengah organisasi.
Pemimpin puncak jika tidak terjun langsung dan mencari masukan dari karyawan akan terjebak oleh laporan manis para manajer. Sedangkan manajer mempunyai peran cukup besar dalam menentukan keberhasilan organisasi.
Baca Juga: Business Model Canvas: Kiat Sukses Perusahaan Start-up
Lemahnya pemimpin puncak dapat ditutupi oleh para manajer yang kuat, karena mereka memegang kendali karyawan secara langsung pada setiap departemen.
Tidak beraninya karyawan untuk memberikan masukan langsung ke pemimpin puncak menjadi penghambat tersingkapnya kelemahan manajer, sementara manajer cenderung tertutup dan otoriter.
Perilaku Pemimpin di Mata Karyawan
Sebuah studi human resources yang dilakukan oleh lembaga pelatihan Dale Carnegie Indonesia bertajuk "Global Leadership Study" menemukan lebih dari 30% karyawan berniat mencari pekerjaan baru dalam waktu dekat.
Salah satu alasan utama adalah perilaku pemimpin belum sesuai dengan harapan karyawan. Para karyawan merasa tidak nyaman bekerja dan sulit untuk tetap bertahan.
Namun kepemimpinan yang baik akan menyebabkan kepuasan kerja dan karyawan tetap bertahan. Hal ini dialami oleh 28% karyawan yang mengaku tetap bertahan dalam perusahaan untuk jangka waktu yang panjang.
Baca Juga: Empat Pilar Strategi Co-creation untuk Kesuksesan Bisnis
Temuan lainnya adalah sebesar 85% karyawan mengaku pujian dan apresiasi pemimpin atas pekerjaan menjadi bagian penting. Sayang dalam praktiknya hanya 36% pemimpin yang melakukannya.
Selain itu karyawan menginginkan atasan mengenakan perspektif orang lain agar lebih objektif, menjadi pendengar yang baik atas masukan karyawan dan bersedia mengaku jika bersalah.
Sementara itu survei dari JobStreet.com mencatat 53% karyawan mengaku memiliki manajer bergaya militer, paternalis (tidak memberi kesempatan bawahan mengembangkan kreativitas) dan manajer yang acuh tak acuh.
"Pilar kepemimpinan itu ada lima: perkataan yang benar, menyimpan rahasia, menepati janji, senantiasa memberi nasehat dan menunaikan amanah." (Imam Syafi'i)
Pengertian Kepemimpinan
Menurut Sutarto (1998) Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan pakar kepemimpinan John C. Maxwell mengajarkan bahwa pemimpin harus dapat memengaruhi orang-orang di sekitar, tidak saja bawahan, namun juga rekan satu tingkatan dan atasan, baik langsung maupun tidak langsung. Maxwell menyebutnya sebagai pemimpin 360 derajat.
Baca Juga: Marketing 4.0 dengan Pendekatan 5A, Apakah Efektif?
Poin penting dalam kepemimpinan adalah memengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan. Tentunya tujuan yang ditentukan untuk kepentingan bersama.
"Dari semua hal yang telah ku lakukan, yang paling penting adalah mengoordinasikan mereka yang bekerja denganku dan mengarahkan upaya mereka pada tujuan tertentu." (Walt Disney)
6 Perilaku Pemimpin yang Disukai Karyawan
Berikut ini adalah 6 perilaku pemimpin yang disukai karyawan berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Dale Carnegie Indonesia dan JobStreeet.com.
1. Democratic Leadership
Pemimpin bergaya demokratis memberikan kesempatan bagi karyawan turut aktif dalam memberikan ide untuk kemajuan organisasi, membahasnya dan turut dalam pengambilan keputusan.
Di sini kekuasaan seorang pemimpin tidak mutlak. Baik pemimpin dan karyawan terlibat dalam tanggung jawab dan pengawasan. Yang diperlukan adalah komunikasi yang intens dan memberikan kebebasan karyawan untuk berpendapat.
Baca Juga: Begini 5 Cara Mempertahankan Sales Team Tetap "On Fire"
2. Give Appreciation
Karyawan yang tidak diberikan perhatian dan apresiasi oleh pemimpin akan mengakibatkan karyawan kontra produktif. Perhatian perlu diberikan kepada karyawan yang berkinerja rata-rata agar dapat meningkatkan produktivitas.
Sedangkan apresiasi disediakan untuk karyawan yang berkinerja di atas rata-rata. Karyawan seperti ini rentan untuk berpindah kerja manakala atasan tidak menyediakan apresiasi.
3. Have Integrity
Keteladanan menjadi sesuatu yang penting dalam organisasi. Jika pemimpin tidak memiliki integritas, maka mudah diprediksi bagaimana integritas karyawan yang dipimpinnya.
Integritas juga menyangkut kesatuan, kewibawaan, keutuhan moral, kejujuran dan etika. Pemimpin yang tidak memiliki integritas akan merusak reputasi dan kelangsungan organisasi.
Baca Juga: Midas Touch: Jadi Pengusaha Properti Sukses dengan Metafora 5 Jari
4. Have Expertise
Pemimpin yang tidak ahli tidak akan terjadi transfer pengetahuan dari pemimpin kepada karyawan. Pemimpin layaknya sumber air yang tidak pernah kering, mengaliri pengetahuan kepada bawahan.
Adanya keahlian pemimpin juga akan memunculkan kepercayaan dari karyawan. Tanpa kepercayaan dari karyawan mustahil pemimpin dapat memengaruhi dan menggerakkan karyawan.
5. Provide Coaching
Pembinaan kepada karyawan layaknya orang tua yang mendidik anak-anaknya menuju kedewasaan. Pembinaan menjadi semangat pemimpin untuk mencetak pemimpin-pemimpin baru.
Pembinaan tidak terbatas pada pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan dengan pekerjaan. Namun juga sikap, karakter dan perilaku karyawan menuju kedewasaan.
Baca Juga: 5 Jurus Sakti Salesman Properti Luluhkan Hati Konsumen
6. Able to Organize
Pemimpin sebaiknya memiliki kemampuan mengorganisasi yaitu mengatur dan mengelola sumber daya dan melakukan skala prioritas kegiatan-kegiatan organisasi.
Pemimpin hendaknya menguasai dan menerapkan prinsip-prinsip manajemen organisasi meliputi Planning, Organizing, Actuating dan Controlling (POAC). Melakukan perbaikan organisasi secara terus menerus dan berkelanjutan.
Penutup
Sudah waktunya pemimpin bukan menjadi majikan yang asal perintah. Namun sebaiknya menempatkan karyawan sebagai mitra yang setara untuk mewujudkan kemajuan organisasi.
Perilaku pemimpin pada tingkatan disukai oleh karyawan merupakan proses panjang yang harus diperjuangkan. Pemimpin harus bersedia belajar tentang apa pun juga, jangan sampai kemampuannya kalah dibandingkan karyawan. (KB)
Kris Banarto, MM, CPM adalah praktisi bisnis properti, pemerhati etika bisnis dan blogger yang saat ini menjabat sebagai General Manager Sales & Marketing Gapuraprima Group. Artikel ini adalah pendapat pribadi penulis.