RealEstat.id (Jakarta) - Pasokan kumulatif ruang ritel di Jakarta hingga akhir tahun 2021 mencapai 4,9 juta meter persegi, menyusul pasokan baru dari AEON Mall Tanjung Barat yang dibuka November lalu. Jadwal penyelesaian beberapa pusat perbelanjaan bergeser lantaran pandemi yang belum berakhir, demikian laporan hasil riset Colliers Indonesia di Kuartal IV 2021.
"Tambahan pasok pusat perbelanjaan baru di Jakarta relatif terbatas hingga 2025. Sedangkan di Bodetabek, tambahan pasok mall baru hingga 2025 diproyeksikan mencapai 350.000 meter persegi," jelas Ferry Salanto, Senior Associate Director Research Colliers Indonesia.
Baca Juga: Sektor Ritel Jakarta Diprediksi Normal di 2023, Apa Indikatornya?
Di 2021, tingkat hunian ruang ritel masih didominasi sektor kuliner atau F&B yang masih menjadi kontributor utama untuk menjaga tingkat hunian di pusat perbelanjaan. Para penyewa besar seperti fast fashion tetap ekspansif dan mengisi ruang-ruang kosong menggantikan department store yang tumbang akibat pandemi.
"Tingkat hunian ruang ritel di Jakarta dan Bodetabek masing-masing tercatat sekitar 70%, sedangkan jumlah pengunjung harian ke mal turun 40% selama pandemi dibanding sebelum pandemi di tahun 2019," kata Ferry Salanto.
Kendati demikian, Colliers Indonesia memproyeksikan jumlah pasokan di Jakarta yang saat ini terbatas, akan mulai mendongkrak kembali tingkat hunian (okupansi). Colliers juga mencatat, penyewa-penyewa seperti pasar swalayan dengan konsep yang lebih fresh serta gaya hidup seperti perlengkapan alat-alat rumah tangga, kesehatan dan kosmetik akan terus ekspansif.
Baca Juga: Ritel Bodetabek: Pasokan dan Harga Sewa Stagnan
Menurut Colliers Indonesia, tarif sewa rerata ruang ritel di Jakarta sepanjang 2021 berada di angka Rp566.095. Sedangkan di luar Jakarta (Bodetabek), tarif sewa rerata tercatat di angka Rp384.121.
Diprediksi, tarif sewa rerata ruang ritel di Jakarta tahun 2022 ini akan sedikit naik menjadi Rp574.586 per meter persegi per bulan. Sementara, di Bodetabek pun cukup stabil menjadi Rp387.963 per meter persegi per bulan.
"Adanya tambahan pasok baru ruang ritel di Jakarta akan mempengaruhi rerata harga sewa, meski tidak terlalu signifikan. Meski demikian, pengembang atau pengelola pusat perbelanjaan masih akan wait and see untuk kondisi tahun depan, namun mereka optimistis lantaran kunjungan ke mal yang terus membaik," kata Ferry.
Baca Juga: Inovasi Pengembangan Jadi Kunci Industri Ritel Bisa Bertahan Hidup
Colliers Indonesia merekomendasi para pengembang dan pemilik properti untuk tetap akomodatif dan fleksibel. Pemberian insentif terus dilakukan, misalnya DP ringan, fleksibilitas dalam klausul pemberhentian sewa, pemberian fasilitas seperti AC/Genset (bagi ruang stand alone), dan lain-lain.
"Para landlord juga harus terus bersiap dengan pengajuan skema revenue- sharing atau bagi hasil, dan terus mengakomodasi konsep ruang terbuka yang sedang tinggi permintaanya di Indonesia," terang Ferry.
Sementara, untuk penyewa, ada kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dengan mengambil ruang dengan tarif sewa yang kompetitif. Saat pandemi lebih terkontrol, mulai pertimbangkan kembali membuka gerai di area perkantoran, karena banyak unit yang strategis.
"Selain itu, para penyewa ruang ritel juga harus terus mengembangkan strategi omni-channel untuk terus melayani pembeli secara online dan offline," pungkas Ferry Salanto.