RealEstat.id (Bekasi) - Pandemi bak blessing in disguise—bahkan sebuah anomali—bagi Grand Wisata Bekasi. Betapa tidak, di saat banyak pengembang properti "babak belur" dan sulit memasarkan produknya, Proyek besutan Sinar Mas Land ini melenggang dan kerap memasang signage bertuliskan "Sold Out" di banyak produk yang dipasarkan.
Handoyo Lim, Marketing & Promotion Department Head Grand Wisata menjelaskan, kesuksesan penjualan hunian di Grand Wisata Bekasi tak lepas dari cara mereka menawarkan solusi bagi para konsumen.
"Banyak developer memiliki mindset bahwa pandemi membuat banyak orang terpuruk. Tetapi kami justru melihat banyak juga orang yang menahan uang untuk mendapatkan produk properti yang sesuai dengan masa pandemi, sehingga kami tidak menonjolkan harga tetapi value," tutur Handoyo Lim kepada awak media, Kamis (2/6/2022).
Baca Juga: Grand Wisata Bekasi Luncurkan Cluster Lake Garden di Kawasan Z Living
Menurutnya, calon konsumen yang mempunyai uang pasti akan mencari rumah yang menawarkan keamanan dan kenyamanan. Untuk itu, Grand Wisata Bekasi menawarkan hunian dengan konsep low density di kawasan yang bersih dan asri, serta dikelola secara modern.
Hal lain yang ditawarkan produk rumah di Grand Wisata Bekasi adalah ruangan tambahan yang dapat dipakai untuk work from home (WFH) atau study from home (SFH) tentu saja dengan jaringan internet yang mumpuni.
"Dengan demikian, jika konsumen punya uang dan butuh, tentu akan membeli. Jadi kami memenuhi kebutuhan market yang sebenarnya sudah ada," terang Handoyo.
Baca Juga: Grand Wisata Bekasi Rilis Z Living, Cicilan Rp233 Ribu Per Hari
Selain itu, tuturnya, selama pandemi rumah harus dapat memenuhi semua kebutuhan, mulai makan, minum, istirahat, hingga hiburan. Untuk itu, rumah tipe besar di Grand Wisata Bekasi menawarkan fasilitas kolam renang pribadi, sementara rumah yang lebih kecil dibuat dengan fasilitas sky garden di lantai tiga.
"Pandemi mengubah mindset bahwa rumah harus sehat, dengan jendela besar, ventilasi yang bagus, serta pencahayaan memadai. Saat ini, work from home dan study from home juga masih menjadi tren. Hal ini terus kami pelajari dan kami aplikasikan di rumah yang kami bangun," kata Handoyo.
Di sisi lain, pandemi juga membuat pola berpikir konsumen terhadap hunian berubah. Jika dahulu—saat milenial jadi tren di 2018 dan 2019 silam—rumah hanya jadi secondary need, namun saat pandemi, rumah menjadi kebutuhan yang sangat mendasar.
"Strategi kami tidak sekadar membuat orang tinggal di rumah, tetapi menjadikan 'rumahku istanaku'. Kami membuat orang berpikir bahwa membeli rumah harus sekarang. Jika tidak, harganya akan melambung naik," terangnya.
Handoyo memberi contoh, lima hingga 10 tahun ke belakang, harga tanah di Grand Wisata Bekasi mungkin hanya berkisar Rp2 juta - Rp3 jutaan, namun sekarang sudah Rp9 jutaan per meter persegi.
"Saat ini, Mal Living World, LRT, JORR 2 belum rampung, sehingga masih banyak potensi yang membuat harga properti di Grand Wisata Bekasi naik. Jadi, kalau mau beli, ya harus saat ini," ujarnya.
Baca Juga: Mulai Dibangun, Living World Grand Wisata Bekasi Beroperasi di 2024
Kelebihan lain Grand Wisata Bekasi yang membuat capital gain di kawasan ini terus melambung adalah fasilitas lengkap, mulai kuliner, pendidikan, hingga kesehatan, di samping infrastruktur yang menunjang aktivitas para penghuni, baik ke Jakarta dan Bekasi, maupun ke kawasan Cikarang dan Karawang.
"Konektivitas itu penting. Itulah mengapa penjualan Grand Wisata Bekasi tetap baik di masa pandemi. Jika kita lihat, Grand Wisata berada di tengah-tengah antara pusat pemerintahan dan pusat bisnis Jakarta dengan kawasan industri terbesar di Indonesia—semuanya terkoneksi lewat jalan arteri dan jalan tol. Dan untuk memasarkan produk Grand Wisata, kami hanya perlu mencari orang yang tinggal di seputaran Jabodetabek dan bekerja di Cikarang, Karawang, atau Jakarta yang hanya berjarak 21 kilometer," urai Handoyo.
Baca Juga: Tak Hanya Hunian, Grand Wisata Bekasi Fokus Bangun Infrastruktur dan Fasilitas
Handoyo melihat, mulai terjadi transisi market properti di bekasi. Jika dahulu pasar rumah di Bekasi mayoritas kelas menengah dan menengah ke bawah, saat ini terjadi transisi ke menengah atas.
Hal ini terlihat dari penjualan rumah di Grand Wisata, di mana penjualan rumah tipe besar seharga Rp2 miliaran (4 kamar hingga 5 + 1 kamar), ternyata lebih laris dibanding rumah tipe kecil seharga Rp1,6 miliaran yang menyasar milenial dan keluarga muda.
Selain itu, terang Handoyo, pembeli rumah di Bekasi pun mulai menyebar. Jika dulu pembeli dari Bekasi 60%, sekarang hanya 40%. Akan tetapi 40% ini bukan berarti pasar mengecil, karena dulu target Grand Wisata hanya 300 unit, sekarang 800 unit setahun. Jadi secara persentase mengecil, namun pasarnya membesar.
Baca Juga: Grand Wisata Diklaim Sebagai "The Next New City" di Timur Jakarta
Menyoal desain rumah yang dikembangkan, Handoyo menyebut Grand Wisata tidak hanya menyodorkan satu style saja. Gaya desain rumah setiap tahun diubah dengan melihat tren di lapangan, namun tetap dengan benang merah gaya arsitektur modern.
Akan tetapi dia mengatakan bahwa desain rumah sekadar kosmetik, karena siapa pun bisa meniru gaya tersebut. Hal yang dilihat terlebih dahulu adalah kebutuhan dasar konsumen, karena Grand Wisata Bekasi tidak sekadar menjual rumah, tetapi memenuhi kebutuhan dasar pembeli.
Dulu rumah dengan lebar 6 hingga 7 meter, cuma punya carport satu, tapi sekarang dengan lebar 5 meter bisa punya dua carport. Dulu rumah kecil paling hanya punya dua kamar tidur. Saat ini rumah di Z Living Grand Wisata, dengan lebar 5,5 meter, tetapi kamar tidur minimal tiga buah.
"Bahkan di rumah dengan lebar 7 meter, kamar tidur 4 plus 1 dan rumah lebar 8 meter bisa ada 5 plus 1 kamar tidur. Kamar tidurnya pun tidak sempit, minimal 3 kali 3,5 meter supaya ideal. Hal seperti inilah yang kami terapkan di rumah yang dibangun di Grand Wisata," pungkas Handoyo.