RealEstat.id (Jakarta) – Kejeniusan Salvador Dali dalam menghasilkan karya-karyanya, tidak terlepas dari pengaruh dua wilayah pesisir Spanyol, yaitu Kota Figueres (140 km dari Barcelona) dan desa Cadaques (36 km dari Figueres dan persis berada di tepi pantai).
Plus Karakter asli Dali sebagai orang pesisir tulen: pandai memahami lingkungan (bisnis), musim (kesenangan), dan "mengenali" pasar (kebutuhan konsumen), yang menjadikannya sebagai pelukis ternama dengan gelimang harta.
Dali juga dikenal sebagai pribadi yang keras dan terbuka! Pokoknya "the real pesisir asli!"
Baca Juga: Peduli Lingkungan, Perusahaan Wajib Terapkan Sistem 'Zero Waste to Landfill'
Wilayah pesisir Spanyol yang indah dan asri pada masa lalu, benar-benar telah menjadi inspirasi dan membentuk Dali dalam melahirkan karya-karyanya.
Tetapi Pernahkah Anda membayangkan Salvador Dali hidup di masa kini dan tinggal di pesisir Pantai Utara Jawa (Pantura)?
Masihkah Dali tetap menjadi pelukis ternama, sementara kesehariannya yang lihatnya adalah wilayah pesisir Pantura yang telah rusak dan perlahan tenggelam?
Ya, akan semakin tenggelamnya pesisir Utara Pulau Jawa adalah bahaya yang semakin nyata.
Baca Juga: Pengaruh Energi Lingkungan Pada Feng Shui Rumah, Jangan Diabaikan!
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebut, kawasan Asia Tenggara akan mengalami dampak yang cukup parah.
Kerentanan kawasan ini terhadap kenaikan permukaan air laut diprediksi lebih cepat terjadi dibandingkan daerah lain yang diperparah oleh pergeseran tektonik dan efek surutnya air tanah.
Hal ini didasarkan hilangnya wilayah pesisir dan kemunduran garis pantai di Asia Tenggara yang telah diamati pada rentang 1984 - 2015.
Proyeksi menunjukkan permukaan laut regional rata-rata terus meningkat. Ini membuat kejadian banjir lebih sering di derah pantai.
Baca Juga: Gedung Ramah Lingkungan Jadi Incaran Perusahaan di Asia Pasifik
Kondisi diperparah dengan Tingkat Total Ekstrem Air (Extreme Total Water Level/ETWL) lebih tinggi di daerah dataran rendah dan erosi pantai mulai terjadi di sepanjang pantai berpasir.
Hasil pemantauan citra satelit menunjukkan, permukaan tanah di Jakarta turun antara 0,1 - 8 cm per tahun, Cirebon antara 0,3 - 4 cm per tahun, Pekalongan antara 2,1 - 11 cm per tahun, Semarang antara 0,9 – 6 cm per tahun, sementara Surabaya antara 0,3 – 4,3 cm per tahun.
Fenomena turunnya permukaan tanah di pesisir Utara Pulau Jawa lebih mengkhawatirkan dibandingkan dengan selatan Jawa yang struktur geologinya cenderung berbukit.
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menegaskan Cirebon, Pekalongan, Semarang, dan Surabaya adalah kota-kota pesisir utara Jawa yang paling rawan terhadap penurunan tanah ekstrem hingga tahun 2050.
Artikel ditulis oleh: Iman Sulaeman
Penulis adalah penggemar aktivitas alam bebas dan penyuka gowes.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News