RealEstat.id (Jakarta) – Sektor apartemen menengah-bawah dengan harga jual di bawah Rp15 juta per meter persegi mengalami pertumbuhan signifikan dalam satu dekade terakhir, dengan lonjakan pengembangan hingga enam kali lipat.
Kendati demikian, sejak 2018, pertumbuhannya mulai terhambat oleh ketidakpastian ekonomi, keterbatasan lahan, serta pendekatan konservatif pengembang.
Riset terbaru Cushman & Wakefield Indonesia menyebut, meski pasokan masih terbatas, permintaan hunian kembali pulih dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga: Pasar Apartemen Jakarta Masih Stagnan, Gen Z dan Milenial Jadi Incaran
"Hal ini tercermin dari peningkatan tingkat hunian apartemen menengah-bawah pada unit subsidi yang mencapai 77% dan non-subsidi sebesar 62,4%," terang Arief Rahardjo, Director of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia.
Apartemen menengah-bawah (biasa disebut Rusunami) adalah jenis hunian vertikal yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan menengah hingga rendah dengan penghasilan maksimal Rp7.000.000 per bulan (Indonesia) dan Rp14.800.000 per bulan (Jakarta).
Di Jakarta, harga per m2 untuk Rusunami berkisar antara Rp10.965.878 hingga Rp 11.785.805, tergantung pada lokasi, sesuai dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta.
Apartemen menengah-bawah di Jabodetabek tersebar di seluruh Jakarta (48%) dan wilayah penyangga Bodetabek (52%), di mana Tangerang menjadi pemasok utama (31%).
Baca Juga: Rupiah Melemah Bikin Pasar Apartemen Jakarta Pasrah?
Arief Rahardjo mengatakan, pengembangan apartemen menengah-bawah juga mengikuti perkembangan infrastruktur transportasi, seperti stasiun KRL, LRT, dan akses tol, yang makin meningkatkan daya tarik kawasan.
Riset Cushman & Wakefield Indonesia menunjukkan, secara keseluruhan tingkat penjualan apartemen menengah-bawah sangat baik, yakni di atas 90%.
Depok memiliki tingkat penjualan paling tinggi (98%) yang disebabkan banyaknya kampus dan universitas di area tersebut serta rencana Pembangunan LRT.
Sementara itu, penjualan apartemen menengah-bawah di Jakarta dan Bekasi masing-masing mencapai 96%, sedangkan di Bogor dan Tangerang menyentuh angka 91%.
Baca Juga: Apartemen Jabodetabek: Pasar yang Lemah Ubah Perilaku Konsumen
Di sisi lain, tingkat hunian (okupansi) apartemen menengah-bawah di Jakarta masih yang tertinggi, yakni 76%.
Hal ini disebabkan karena lokasi hunian berdekatan dengan pusat perkantoran dan area komersial.
Tingkat okupansi apartemen menengah-bawah di Depok mencapai 62%, sedangkan di Tangerang dan Bogor masing-masing sebesar 60%.
Apartemen menengah-bawah di Bekasi memiliki tingkat hunian terendah, yakni hanya 54%.
Hal ini ditengarai lantaran hunian vertikal di kawasan ini bersaing dengan rumah tapak.
Baca Juga: Insentif PPN DTP Jadi Preferensi Konsumen Apartemen Jabodetabek, Tapi Tak Signifikan
Program 3 Juta Rumah
Di sisi lain, Program 3 Juta Rumah yang mencakup pembangunan satu juta hunian vertikal di perkotaan per tahun, dinilai memberikan dampak positif yang signifikan terhadap pasar apartemen dengan harga terjangkau.
Pemanfaatan lahan pemerintah dalam program ini membantu menekan biaya pembangunan, sehingga harga apartemen menjadi lebih terjangkau bagi masyarakat.
Selain itu, lokasi yang dipilih untuk pengembangan apartemen di perkotaan mendukung kemudahan mobilitas, mengurangi pergerakan kendaraan pribadi, dan mendorong penggunaan transportasi publik, yang pada gilirannya dapat mengurangi kemacetan dan polusi udara.
Program ini juga berperan dalam mendorong perkembangan pusat komersial baru, sekaligus meningkatkan kenyamanan hidup bagi pekerja usia produktif yang semakin membutuhkan hunian yang terjangkau dan strategis di pusat kegiatan ekonomi.
Baca Juga: Apartemen Jabodetabek: Penjualan Melemah, Pasar Sewa Justru Menarik
Untuk menyukseskan program satu juta unit hunian vertikal pertahun, diperlukan cara khusus.
Berikut Key Success Penjualan Apartemen Menengah-Bawah di Jabodetabek menurut Cushman & Wakefield Indonesia:
1. Dukungan Pemerintah yang Jelas dan Terarah
• Adanya aturan dan batasan yang jelas bagi konsumen maupun pengembang.
2. Lokasi Strategis
• Dekat transportasi umum (KRL, MRT, LRT, bus).
• Akses mudah ke pusat kerja, sekolah, dan area komersial kebutuhan dasar.
3. Harga & Skema Pembayaran
• Harga sesuai daya beli pasar.
• DP rendah & cicilan terjangkau.
• Manfaatkan subsidi pemerintah (FLPP).
Baca Juga: Tiga Kawasan ini Rajai Pasokan Apartemen Jabodetabek di 2024
4. Fasilitas Pendukung
• Fasilitas dasar: keamanan 24 jam, parkir, taman bermain.
5. Pemasaran yang Tepat Sasaran
• Media sosial dan platform properti online.
• Pameran properti dan promosi komunitas.
6. Kemitraan dan Kolaborasi
• Bank: Skema KPR subsidi.
• Perusahaan: Program khusus karyawan.
7. Legalitas
• Perizinan dan legalitas proyek yang jelas dan transparan.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News