Apartemen Jakarta Kuartal I 2024: Konsumen Ragu, Developer Stagnan

Aksi wait-and-see para calon konsumen, membuat permintaan apartemen di Jakarta secara keseluruhan di Kuartal I 2024 hanya mengalami kenaikan tipis sebesar 0,1%.

Apartemen The Belton Residence di kawasan Synthesis Huis, Jakarta Timur (Foto: Dok. Synthesis Karya Pratama)
Apartemen The Belton Residence di kawasan Synthesis Huis, Jakarta Timur (Foto: Dok. Synthesis Karya Pratama)

RealEstat.id (Jakarta) – Momentum Pemilu di Kuartal I 2024 tidak mengurungkan pengembang untuk meluncurkan apartemen baru di Jakarta. Pasokan apartemen baru datang di Jakarta Timur dengan dipasarkannya hunian di The Belton Residence.

Masuknya 192 unit apartemen yang dikembangkan oleh Synthesis Development tersebut, menambah pasokan kumulatif di Kuartal I 2024 menjadi 259.364 unit.

Konsultan real estat Leads Property menyebut, mayoritas developer masih ragu untuk meluncurkan proyek apartemen baru ke pasar karena rendahnya permintaan di sektor ini.

Hendra Hartono, CEO dan Co-Founder Leads Property mengatakan, dibandingkan kuartal sebelumnya, pasokan kumulatif apartemen di Jakarta mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,07% di mana hal ini tidak terlalu signifikan.

Baca Juga: Pamerkan Show Unit The Belton Residence, Synthesis Targetkan Serah Terima di Akhir 2025

"Berkat peluncuran baru tersebut, pasokan kumulatif di Jakarta Timur mengalami peningkatan sebesar 0,1 poin persentase, dan memberikan kontribusi pasokan sebesar 12,9%," jelas Hendra Hartono.

Kendati Pemerintah tengan menerapkan insentif PPN, imbuhnya, namun ternyata konsumen apartemen juga terpengaruh pelaksanaan pesta demokrasi di Kuartal I 2024, mengingat ketidakpastian kondisi pasca Pemilu.

Aksi wait and see para calon konsumen tersebut, membuat permintaan apartemen di Jakarta secara keseluruhan di Kuartal I 2024 hanya mengalami kenaikan tipis sebesar 0,1% dengan total 214.477 unit.

"Akibat sentimen kehati-hatian tersebut, permintaan apartemen secara kuartalan pada periode ini hanya sebesar 106 unit, sehingga tingkat penyerapannya lebih rendah dibandingkan kuartal yang sama tahun lalu," tutur Hendra.

Baca Juga: Topping Off Digelar, The Veranda Resort Residence Lakukan Serah Terima Mulai Januari 2025

Menurutnya, pada kuartal awal 2024 ini, mayoritas pembeli apartemen adalah pengguna akhir yang lebih memilih untuk tinggal di Jakarta, namun tidak dapat membeli rumah di Jakarta.

Leads Property mencatat, tingkat penjualan apartemen tetap stabil di angka 82,7% karena peluncuran baru pada Kuartal I 2024 di tengah perlambatan permintaan.

Sektor ini telah mengalami kondisi pasar yang stabil dalam jangka waktu lama. Bahkan setelah pemerintah menawarkan insentif PPN, namun belum mampu meningkatkan minat pembeli. Sebaliknya, insentif PPN lebih banyak dinikmati oleh sektor perumahan tapak.

Selain bersaing dengan rumah tapak, pasar kondominium primer juga bersaing dengan pasar sekunder sehingga menawarkan harga yang lebih kompetitif. Meskipun demikian, developer tampaknya terus berupaya untuk menaikkan harga jualnya dengan menawarkan gimmick.

Baca Juga: Apartemen Jabodetabek: Penjualan Melemah, Pasar Sewa Justru Menarik

Terkait harga jual, terdapat sedikit penyesuaian di subpasar CBD dan prime Jakarta, masing-masing mencapai Rp56,6 juta dan Rp47,2 juta per meter persegi, atau terbilang cukup stabil.

Beberapa developer masih melanjutkan pembangunan yang sedang berlangsung untuk menunjukkan komitmen mereka. Namun, beberapa proyek memutuskan untuk menaikkan harganya setelah mengalami stagnasi.

Developer di segmen ini akan menghadapi fase stagnasi, karena pasar menandakan permintaan yang lambat meskipun dengan adanya insentif PPN.

"Perlambatan ini lebih lanjut diperkirakan akan membayangi pasar ini, karena pemerintah berencana menaikkan PPN menjadi 12% di tahun depan," kata Hendra, menambahkan.

Baca Juga: Kebut Pembangunan Asthana Kemang, SKB Tunjuk CSCEC Sebagai Kontraktor Utama

Kondisi ini diprediksi akan membuat para investor semakin ragu mengambil keputusan terkait pembelian unit apartemen. Pada akhirnya, pasar apartemen bergantung pada konsumen pengguna akhir (end user).

"Hal ini tentu cukup menantang, karena sebagian besar apartemen di Jakarta diperuntukkan bagi investor, di mana ditandai dengan dominasi pasokan tipe studio dan 1 bedroom," jelasnya.

Di sisi lain,nilai tukar Rupiah terus menunjukkan tren pelemahan, menjadi sekitar Rp15.658/USD pada akhir kuartal pertama 2024. Hal ini akan berdampak pada biaya konstruksi, terutama untuk proyek hunian vertikal baru, sehingga mendorong pengembang untuk menjual dengan harga lebih tinggi.

"Kondisi ini ditandai dengan terbatasnya jumlah peluncuran baru. Oleh karena itu, pasar juga harus mengantisipasi tekanan pada tingkat penjualan," pungkas Hendra Hartono.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)