Apartemen Jabodetabek: Penjualan Melemah, Pasar Sewa Justru Menarik

Berbeda dengan angka penjualan, penyewaan apartemen di Jabodetabek masih cukup aktif, seperti terlihat dari tren kenaikan yang stabil.

Apartemen Elvis Tower, Jababeka (Foto: realestat.id)
Apartemen Elvis Tower, Jababeka (Foto: realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) – Lima proyek apartemen selesai dibangun selama kuartal terakhir tahun 2023 yang menambah 3.834 unit pasokan baru di Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi).

Supply baru ini tercatat mengalami kenaikan 1% secara kuartalan (QoQ) dan 4% secara tahunan (YoY) dan membuat total pasokan kumulatif apartemen di wilayah Jabodetabek menjadi 384.330 unit.

Konsultan properti Cushman & Wakefield Indonesia mencatat, total pasokan baru apartemen di Jabodetabek sepanjang tahun (Year-to-Date/YTD) 2023 sebanyak 14.664 unit.

"Pasokan baru ini mengalami penurunan sebesar 35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sebagian besar proyek yang selesai berlokasi di Tangerang dengan segmen Lower-Middle dan Middle," tutur Arief RahardjoDirector of Strategic Consulting Cushman & Wakefield Indonesia.

Baca Juga: Tiga Kawasan ini Rajai Pasokan Apartemen Jabodetabek di 2024

Sementara itu, tidak ada pasokan baru yang dirilis ke pasar selama kuartal tinjauan. Jumlah total unit yang diperkenalkan pada tahun 2023 adalah 2.355, mengalami penurunan sebesar 33% dari 3.523 unit yang diluncurkan pada tahun 2022.

"Pasokan apartemen di Jabodetabek diperkirakan akan tetap terbatas hingga semester kedua tahun 2024, karena adanya Pemilihan Presiden dan Idul Fitri pada semester pertama, di mana pembeli biasanya menunda keputusan pembelian mereka," terang Arief.

Tingkat penyerapan bersih keseluruhan untuk apartemen yang sudah ada dan yang direncanakan hingga akhir 2023 tetap lemah, mengalami penurunan sebesar 24% dibandingkan dengan total unit yang terserap pada tahun 2022.

Baca Juga: Tak Ada Proyek Baru, Pasar Apartemen Jabodetabek di Titik Nadir?

Di samping itu, mendekati pemilihan presiden pada awal 2024, beberapa pembeli mengambil posisi wait-and-see dalam keputusan investasi mereka, termasuk dalam pembelian apartemen.

Akibat dari pasokan baru yang terbatas, tingkat penjualan kumulatif apartemen sedikit meningkat dari 93,4% pada tahun 2022 menjadi 93,8% pada tahun 2023, mewakili pertumbuhan tahunan sebesar 0,4%.

"Sementara tingkat pra-penjualan mengalami penurunan sebesar 2,4%, turun dari 60,3% pada tahun 2022 menjadi 58,9%. Tingkat penjualan tertinggi terus didominasi oleh segmen, yakni menengah bawah hingga menengah," ungkap Arief.

Berbeda dengan angka penjualan, penyewaan apartemen di Jabodetabek tetap cukup aktif, seperti yang terlihat dari tren kenaikan stabil dalam tingkat okupansi menjadi 59,2%, pertumbuhan sebesar 0,6% dari kuartal sebelumnya dan 4,6% (YoY), mencapai level tertinggi sejak mulainya pandemi.

Baca Juga: Membaik, Pasokan Apartemen Jabodetabek di 2023 Didominasi Kelas Menengah

Cushman & Wakefield Indonesia menyebut, harga jual keseluruhan apartemen di Jabodetabek menunjukkan peningkatan sebesar 3,7% (YoY). Secara spesifik, apartemen di area CBD Jakarta mencatat peningkatan sebesar 3% (YoY) tanpa perubahan harga secara kuartalan (QoQ).

Area primer mengalami peningkatan sebesar 3,3% (YoY) dan kenaikan sedikit sebesar 0,2% (QoQ) dalam harga jual, sementara area sekunder menunjukkan pertumbuhan lebih signifikan sebesar 5,2% (YoY) dan kenaikan sebesar 0,6% (QoQ).

"Menanggapi kondisi pasar, banyak pengembang telah mengadopsi strategi proaktif seperti memberikan potongan harga, insentif, dan syarat pembayaran yang fleksibel untuk menarik calon pembeli dan merangsang penjualan," tutup Arief Rahardjo.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Kawasan perkantoran di CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id/Anto Erawan)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)