RealEstat.id (Jakarta) – Kondisi perekonomian di akhir tahun 2024 relatif tak banyak berubah, kendati di tengah berbagai tantangan global dan regional.
Di kawasan Asia Pasifik, tambahan stok sekitar 7% diperkirakan akan memberikan perubahan lanskap yang signifikan terhadap pasar perkantoran regional.
Di CBD (Central Business District) Jakarta, dengan ketiadaan proyek baru yang masuk ke pasar, pasokan ruang perkantoran di Semester II 2024 masih bergeming di angka 7.326.495 m².
Baca Juga: Perkantoran Jakarta: Pasokan Stagnan, Tingkat Okupansi dan Sewa Meningkat
Hal ini juga turut berpengaruh positif pada tingkat hunian (okupansi) yang secara perlahan meningkat menjadi 76,46%. Demikian hasil riset konsultan properti Knight Frank Indonesia.
Syarifah Syaukat, Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia menjelaskan, serapan ruang perkantoran di CBD Jakarta secara tahunan relatif positif, di mana sekitar 15% - 20% permintaan datang dari group company.
"Selebihnya, demand berasal dari relokasi dan ekspansi terbatas perusahaan yang bergerak di beberapa sektor, seperti IT, mining, oil and gas, energy and EV-related," terangnya.
Di CBD Jakarta, pertumbuhan sektor perkantoran meningkat tipis, di mana okupansi di Semester II 2024 mengalami kenaikan sekitar 2% dibanding Semester pertama, menjadi 76,46%.
Baca Juga: Hingga 2028, Pasokan Ruang Perkantoran di Jakarta Bertambah 352.000 Meter Persegi
Knight Frank Indonesia mencatat, secara rata-rata, harga sewa perkantoran di CBD Jakarta pada Semester II 2024 cenderung menguat tipis, yakni sekitar 1,5% secara tahunan (yoy).
Selain itu, pertumbuhan harga yang positif juga terjadi pada beberapa kelas perkantoran di CBD Jakarta, yaitu kelas Premium Grade A dan Grade A.
"Kami memperkirakan tidak ada stok baru di sepanjang tahun ini. Namun, penyewa potensial datang dari sektor : IT, pertambangan, Oil & Gas, Energy, and EV-related," jelas Syarifah.
Lebih lanjut Syarifah Syaukat menerangkan, di tengah tantangan yang terus berlanjut, perkantoran berbasis hijau (green office) terlihat makin diminati.
Baca Juga: Ibu Kota Pindah, Gedung Kantor Pemerintah di Jakarta Sebaiknya Dijadikan Apa?
Green office di Jakarta memiliki pertumbuhan okupansi yang positif di semester kedua tahun 2024, yakni berkisar 73,4%, dengan rerata pertumbuhan harga berkisar 4% (yoy).
"Kompetisi harga dan kondisi tenant market, menjadikan green office sebagai alternatif bagi occupier yang berminat meningkatkan kualitas ruang kantornya," tuturnya.
Sementara itu, Willson Kalip, Country Head dari Knight Frank Indonesia, mengungkapkan, sektor perkantoran Jakarta diperkirakan masih akan menghadapi tantangan di tahun 2025 ini.
"Terlepas dari tantangan tersebut, diperlukan daya adaptasi pada sektor perkantoran terhadap dinamika perkembangan AI, yang diprediksi akan menjadi game changer dalam mempengaruhi operasional dan format ruang kerja yang adaptif, cerdas, efisien dan fleksibel,” pungkasnya.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News