Rupiah Melemah Bikin Pasar Apartemen Jakarta Pasrah?

Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat berimbas pada kenaikan biaya konstruksi yang bakal membebani pengembang dalam meluncurkan proyek baru.

Apartemen di Jakarta. (Foto: realestat.id)
Apartemen di Jakarta. (Foto: realestat.id)

RealEstat.id (Jakarta) – Nihilnya pasokan unit apartemen baru pada Kuartal II 2024 membuat pasokan kumulatif di Jakarta masih stabil di angka 259.364 unit.

Ketiadaan suplai baru ini ditengarai disebabkan sebagian besar pengembang masih pesimis dalam melihat kondisi pasar apartemen di Jakarta.

Di sisi lain, pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat juga berimbas pada kenaikan biaya konstruksi yang bakal membebani pengembang dalam meluncurkan proyek baru.

Baca Juga: Beberapa Tren Pasar Apartemen Jakarta di Awal 2024, Apa Saja?

Data Leads Property memperlihatkan, permintaan unit apartemen di Jakarta secara kumulatif mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,1% secara kuartalan (QoQ), yakni mencapai 214.692 unit pada Kuartal II 2024.

"Permintaan kuartalan untuk periode ini tercatat 215 unit, atau mewakili sekitar dua digit dari kuartal sebelumnya," jelas Martin Samuel HutapeaAssociate Director Research & Consultancy Services Leads Property.

Dia menerangkan, program insentif PPN 100% (PPN DTP) yang berakhir 30 Juni 2024 turut memotivasi konsumen apartemen untuk melakukan pembelian.

"Kendati tingkat suku bunga meningkat, para pembeli masih terus mengandalkan pinjaman bunga ke bank untuk melakukan pembayaran bulanan," kata Martin.

Baca Juga: Sejumlah Sentimen Positif Dorong Permintaan Apartemen Jakarta di Semester II 2024

Sementara itu, pergerakan permintaan terhadap unit apartemen di Jakarta yang lambat, menyebabkan tingkat penjualan tidak meningkat secara signifikan.

"Tidak adanya pasokan proyek apartemen baru juga membawa dampak ke tingkat penjualan," terang Martin Samuel Hutapea, menambahkan.

Leads Property mencatat, tingkat penjualan apartemen di Jakarta mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,1 poin persentase menjadi 82,8% dan angka tersebut telah menyentuh 82% sejak tiga tahun terakhir.

"Diperkirakan, tingkat penjualan apartemen di Jakarta akan berkisar antara 82% hingga 83% pada kuartal berikutnya," tutur Martin.

Baca Juga: Tiga Kawasan ini Rajai Pasokan Apartemen Jabodetabek di 2024

Mengerucut ke kawasan CBD Jakarta dan kawasan prime Jakarta, keduanya mengalami sedikit penyesuaian harga sebesar 0,1% dan 0,4%, masing-masing mencapai Rp56,7 juta per meter persegi dan Rp47,3 juta per meter persegi.

"Kami melihat bahwa pasar apartemen sedang berjuang untuk meningkatkan harga ke tingkat sebelum pandemi," terangnya.

Penyesuaian tersebut berasal dari beberapa proyek dengan sisa unit yang terbatas dan berupaya mengambil keuntungan setelah periode stagnasi.

"Dan melemahnya Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat akan berdampak pada biaya konstruksi setiap proyek baru yang diperkirakan berlangsung tahun ini," ungkap Martin.

Baca Juga: Tak Ada Proyek Baru, Pasar Apartemen Jabodetabek di Titik Nadir?

Di lain pihak, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga menjadi 6,25%, guna menstabilkan nilai tukar Rupiah yang menurun menjadi sekitar Rp16.165 per USD pada akhir Kuartal II 2024.

Menurut Martin, keputusan ini juga merupakan langkah preventif untuk memastikan inflasi tetap terkendali.

Dia menegarai, beberapa permasalahan seperti kenaikan PPN menjadi 12%, tingginya suku bunga dan inflasi diperkirakan akan menghambat laju permintaan dari pasar apartemen.

Selain itu, berakhirnya total insentif PPN pada tahun ini akan semakin memperlambat permintaan.

"Dari segi tingkat penjualan, angka tersebut diperkirakan akan turun karena adanya pasokan baru," pungkasnya.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)