Relaksasi PPN Efektif, Penjualan Rumah Ready Stock Naik 323,5%

Penjualan rumah ready stock, sebagian besar terjadi karena relaksasi PPN yang meningkatkan permintaan konsumen untuk membeli rumah.

Perumahan Srimaya Residence (Foto: Dok. Summarecon)
Perumahan Srimaya Residence (Foto: Dok. Summarecon)

RealEstat.id (Jakarta) - Beberapa stimulus digelontorkan Pemerintah Pusat di bidang perumahan untuk menggenjot kinerja sektor riil ini. Melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 21/PMK/010/2021, Pemerintah melakukan relaksasi dengan menghapuskan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) bagi konsumen yang membeli hunian di bawah Rp2 miliar dan pengurangan PPN untuk hunian seharga Rp2 miliar – Rp5 miliar.

Meskipun hanya berlaku untuk hunian siap huni atau ready stock, namun Indonesia Property Watch (IPW) melihat kebijakan ini dapat memberikan harapan dan angin segar bagi pergerakan pasar perumahan di Tanah Air. Alhasil, stimulus yang baru efektif per 1 Maret 2021 ini mulai memperlihatkan dampak signifikan di lapangan.

Baca Juga: Survei: Stimulus di Bidang Properti Tak Dibarengi Sosialisasi

Ali Tranghanda, CEO Indonesia Property Watch mengapresiasi perhatian pemerintah untuk sektor perumahan yang dinilai sangat besar. Menurutnya, Pemerintah belum pernah memberikan sebanyak ini, tidak hanya pengurangan PPN, tapi relaksasi LTV (loan to value) sampai suku bunga yang rendah.

"Belum lagi kuota untuk perumahan MBR yang ditambah pada tahun ini. Dan ini harus kita apresiasi," katanya.

Meskipun demikian seperti yang diperkirakan sebelumnya, peningkatan ini masih terbatas untuk rumah ready stock sehingga pasar rumah indent sedikit tertahan. Berdasarkan survei pasar perumahan yang dilakukan Indonesia Property Watch, diperkirakan pasar perumahan di Banten mengalami pertumbuhan positif pada Kuartal I 2021 sebesar 7,5%.

Baca Juga: Apa Pengaruh DP 0% dan Pembebasan PPN Terhadap Pasar Properti Tahun Ini?

Hal yang menarik, terjadi peningkatan penjualan rumah ready stock sebesar 323,5% (qtq). Kenaikan ini membuat kontribusi rumah ready stock mencapai 14,6% dari total keseluruhan unit terjual. Penjualan ready stock ini sebagian besar dapat dipastikan terjadi dikarenakan adanya pengurangan PPN yang meningkatkan permintaan konsumen untuk membeli rumah.

"Bahkan sebagian besar penjualan ready stock ini berada di segmen harga di bawah Rp1 miliar.  Sedangkan bila dilihat hanya dari penjualan rumah inden (bukan ready stock) maka penjualan menurun 4,7%," papar Ali Tranghanda.

Baca Juga: Mau Rumah DP 0% dan Insentif PPN 10%, Pahami Skema Perhitungannya!

Pada Kuartal Kedua 2021, IPW memperkirakan akan terjadi peningkatan lebih tinggi lagi untuk penjualan rumah ready stock dengan melihat bahwa semakin banyak masyakarat yang mulai mengetahui relaksasi tersebut, menyusul saat ini masih 65% lebih dari konsumen yang ternyata belum mengetahui adanya kebijakan pengurangan PPN.

Ke depan Ali mengharapkan pemerintah dapat memberikan relaksasi pengurangan PPN bagi penjualan perumahan inden, sehingga dapat berkontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

"Seperti diketahui multiplier effect sektor properti termasuk perumahan sangat besar sebagai lokomotif perekonomian nasional dan mendorong 174 industri ikutan lainnya," pungkas Ali.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Ilustrasi program 3 juta rumah, (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi program 3 juta rumah, (Sumber: BP Tapera)
Rumah Khusus (Rusus) warga terdampak Banjir Lebak, Banten. (Foto: Kementerian PUPR)
Rumah Khusus (Rusus) warga terdampak Banjir Lebak, Banten. (Foto: Kementerian PUPR)
Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri ATR/Kepala BPN (Foto: Dok. ATR/BPN)
Agus Harimurti Yudhoyono, Menteri ATR/Kepala BPN (Foto: Dok. ATR/BPN)