RealEstat.id (Jakarta) – Pada pertengahan tahun 2024, tingkat hunian sektor perkantoran Jakarta masih stabil di kisaran angka 70% untuk Kawasan CBD dan Kawasan non-CBD.
Menurut Yunus Karim, Head of Research JLL Indonesia, jumlah permintaan terpantau tetap positif melanjutkan tren dari kuartal sebelumnya meskipun masih terbatas.
"Untuk kawasan CBD Jakarta diperkirakan tidak ada tambahan pasokan gedung perkantoran baru yang akan selesai dibangun hingga akhir tahun 2024, sementara untuk kawasan non-CBD diperkirakan masih akan bertambah," katanya.
Baca Juga: Tarif Kompetitif jadi Kunci Bisnis Sewa Gedung Perkantoran
Angela Wibawa, Head of Office Leasing Advisory JLL Indonesia menerangkan, tren positif permintaan ruang perkantoran Jakarta di kawasan CBD masih berlanjut di kuartal kedua dengan rata-rata tingkat hunian di angka 70%.
"Penyerapan ruang perkantoran di Jakarta terutama terjadi di gedung-gedung Grade A," kata Angela Wibawa, menambahkan.
Sementara itu, beberapa perusahaan masih merumuskan strategi yang tepat dalam menentukan besaran kebutuhan ruang perkantoran mereka.
"Meskipun harga sewa masih tertekan, kami menemukan ada beberapa gedung dengan tingkat hunian di atas 85% mulai menaikkan harga penawaran sewa (asking rent) mereka 10% hingga 15% dari harga sebelumnya," terang Angela.
Baca Juga: Kedatangan 8 Mal Baru, Tingkat Okupansi Ritel Bodetabek Semester I 2024 Melandai
Data JLL Indonesia juga menunjukkan bahwa tren positif sektor perkantoran Jakarta juga terjadi di kawasan Non-CBD pada kuartal kedua dengan rata-rata tingkat hunian di angka 71%.
Lebih lanjut, Yunus Karim mengatakan, di kuartal kedua tahun 2024, meskipun tidak ada pusat perbelanjaan baru yang beroperasi, permintaan akan ruang di pusat perbelanjaan yang sudah ada tetap tinggi.
Dia mengungkapkan, ada beberapa mal baru yang akan selesai dibangun di semester kedua tahun 2024.
Permintaan ruang ritel Jakarta pada kuartal II 2024 terutama berasal dari sektor makanan dan minuman, dengan toko-toko yang menjual kebutuhan anak-anak dan sektor fashion juga cukup aktif.
Baca Juga: Rupiah Melemah Bikin Pasar Apartemen Jakarta Pasrah?
"Permintaan yang kuat ini menghasilkan pertumbuhan harga sewa yang sehat," kata Yunus Karim, menjelaskan.
Di sisi lain, pasar apartemen Jakarta terpantau stagnan akibat pengembang masih melakukan aktivitas wait and see untuk paruh pertama tahun ini.
Dia mengatakan, pada umumnya, pemilihan presiden dapat mempengaruhi sentimen pembeli dan investor.
Pada kuartal ini, terdapat peningkatan aktivitas pasar kondominium yang terlihat pada total penjualan di beberapa proyek, terutama proyek- proyek yang mendekati penyelesaian terlihat lebih menarik bagi calon pembeli.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News