RealEstat.id (Jakarta) – Konsultan real estat, Leads Property mencatat, sepanjang Kuartal I 2025, belum ada proyek apartemen baru yang diluncurkan di Jakarta.
Pengembang terlihat masih berhati-hati, karena permintaan melambat, sembari mengantisipasi kelebihan pasokan unit (over supply).
Para pengembang cenderung memprioritaskan penyerapan stok yang masih tersisa, sehingga pasokan kumulatif tetap stabil pada angka 259.900 unit.
Martin Samuel Hutapea, Associate Director Research & Consultancy Department PT Leads Property Services Indonesia menjelaskan, permintaan kumulatif apartemen di Jakarta tercatat sebanyak 215.249 unit, dengan terjualnya 185 unit pada kuartal I 2025.
Baca Juga: 10 Tips Beli Apartemen Second agar Kamu Bisa Dapat Untung
"Dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, permintaan kuartalan pada kuartal pertama 2025 menunjukkan angka yang kurang lebih sama," jelasnya, lebih lanjut.
Persepsi bahwa investasi pada sektor hunian vertikal kurang menarik, menyebabkan investor mengabaikan jenis aset ini, terutama pada segmen pasar massal.
Di sisi lain, imbuh Martin, persaingan ketat dengan segmen hunian tapak di wilayah Jabodetabek juga telah menggeser preferensi pembeli.
"Namun demikian, segmen apartemen kelas atas masih mencatat permintaan, karena memiliki pasar tersendiri, di mana para end-user sebagai pembeli utama memiliki daya beli yang tinggi," tuturnya.
Baca Juga: Bidik Ekspatriat, Fifty Seven Promenade Hadirkan Layanan Sewa Eksklusif
Data Leads Property menyebut, kendati terjadi perlambatan permintaan, tingkat penjualan apartemen Jakarta di Kuartal I 2025 sedikit meningkat sebesar 0,1 poin persentase menjadi 82,8% secara kuartalan.
Angka ini relatif stabil sejak tahun 2021, yang menunjukkan bahwa pasar apartemen di Jakarta dianggap stabil dalam jangka panjang, meskipun permintaannya terbatas.
"Kemungkinan besar, kondisi ini akan membayangi pasar apartemen Jakarta, setidaknya dalam jangka pendek, yakni sekitar tiga tahun ke depan," terang Martin.
Di sisi lain, jelasnya, tidak ada perubahan signifikan dari sisi harga. Di kawasan CBD Jakarta, harga naik sedikit sebesar 0,3% secara kuartalan, sementara kawasan utama lain naik hanya 0,2% secara kuartalan.
Baca Juga: Verde Two Jadi Apartemen Pertama di Indonesia yang Raih Sertifikasi EDGE Zero Carbon
"Di CBD Jakarta, harga apartemen rata-rata mencapai Rp57,7 juta per meter persegi, sementara kawasan lain Rp47,6 juta per meter persegi," ungkapnya.
Lebih lanjut, Martin menerangkan, harga apartemen di Jakarta masih akan relatif stabil, karena angka pasokan yang belum terjual masih tinggi.
Sementara itu, kondisi di mana biaya konstruksi tinggi serta kinerja penjualan yang lambat membuat pengembang lebih berhati-hati dalam meluncurkan proyek baru.
Menurut Martin, selama sentimen pembelian di sektor apartemen belum membaik, para pengembang belum cukup percaya diri untuk mengambil risiko dalam mengembangkan proyek baru.
Baca Juga: Apartemen Savyavasa Tawarkan Hunian Sekaligus Investasi Solid Lintas Generasi
Selain itu, dengan mempertimbangkan ketidakpastian ekonomi saat ini dan isu daya beli pada segmen pasar massal, peningkatan kinerja penjualan menjadi tantangan tersendiri bagi para pengembang.
"Hal ini masih terjadi, meskipun beberapa indikator pendukung telah tersedia, seperti suku bunga KPR yang kompetitif dan insentif PPN yang diperpanjang untuk unit hunian yang sudah ada," katanya.
Martin menuturkan, agar permintaan apartemen meningkat, pembeli perlu diedukasi terkait kelebihan hunian vertikal di Jakarta dibanding rumah tapak di pinggiran kota, meski harganya lebih rendah.
"Strategi diskon harga yang signifikan, misalnya hingga 20%, mungkin perlu diuji kembali, karenahal ini terbukti berhasil menyerap permintaan, seperti yang dilakukan para pengembang pada tahun 2021 - 2022," tutupnya.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News