RealEstat.id (Jakarta) – Memasuki Kuartal III 2020, investasi properti di Asia Pasifik menunjukkan tanda-tanda pemulihan pasca hantaman pandemi Covid-19. Konsultan properti asal Amerika Serikat, JLL mencatat, nilai transaksi langsung mencapai USD35 miliar pada periode Juli - September 2020.
Sejauh ini volume transaksi meningkat sebesar 35% dibanding kuartal sebelumnya, meski realisasi pada kuartal III 2020 turun sebesar 19% dibanding tahun sebelumnya. Aktivitas transaksi menunjukkan peningkatan di sejumlah pasar utama, di tengah meningkatnya kepercayaan investor untuk menanamkan modal.
Baca Juga: Optimisme Para Pemimpin Perusahaan Properti Asia Pasifik di Masa Pandemi
Stuart Crow, CEO Capital Markets JLL Asia Pasifik memaparkan, geliat investasi di kuartal ketiga didorong oleh peningkatan aktivitas di sejumlah pasar Asia Utara, terutama di China (-10% year-on-year), Korea Selatan (-2% year-on-year) dan Jepang (-18% year-on-year). Aktivitas transaksional meningkat seiring dimulainya kembali aktivitas ekonomi di masing-masing negara.
Secara bersamaan, Tokyo dan Seoul muncul sebagai dua kota teratas di dunia untuk investasi di tahun berjalan 2020. Sedangkan, aktivitas investasi di Australia (-45% secara tahunan) dan Hong Kong (-27% secara tahunan) masih tetap lemah selama kuartal tersebut.
"Pertanda utama dimulainya kembali aktivitas investasi muncul pada kuartal ketiga, dengan volume investasi yang meningkat di China, Korea, dan Jepang. Sementara ketidakpastian akan tetap ada di masa mendatang, namun kami percaya bahwa penurunan aktivitas transaksi telah mencapai titik terendah dan kami optimis untuk kuartal keempat akan terus bertumbuh," kata Stuart Crow dalam siaran pers yang diterima RealEstat.id.
Baca Juga: Pandemi COVID-19 Hantam Investasi Properti Asia Pasifik di Semester I 2020
Beberapa Catatan Penting
JLL Asia Pasifik juga mencatat beberapa hal penting, terkait pasar properti Asia Pasifik selama Kuartal III 2020. Pertama,
Peningkatan Kinerja Logistik dan Pusat Data
Selama kuartal III 2020, pasar industri yang lebih luas menunjukkan kinerja yang kuat, dengan pertumbuhan transaksi mencapai 76% dibanding tahun lalu. Bisnis logistik dan pusat data menjadi pendorong utama. Keduanya masing-masing menyumbang 70% dan 31% untuk bisnis Jepang dan China pada kuartal III 2020. Bisnis perkantoran di Asia Pasifik turun 35% dibanding tahun lalu, sementara bisnis ritel dan hotel masing-masing turun 51% dan 87% (y-o-y) pada periode yang sama.
Baca Juga: Sektor Logistik Asia Pasifik Kembali Menggeliat
Mengembalikan Kepercayaan Investor
Menumbuhkan kembali kepercayaan para investor selama masa pemulihan ditunjang oleh kembalinya aktivitas para manajer investasi di kuartal ketiga. Sebaliknya, kegiatan di paruh pertama 2020 didominasi oleh investor pribadi, karena manajer investasi menunggu kejelasan sebelum menaruh modal.
Biaya Modal Makin Berkurang
Biaya modal turun tajam dalam enam bulan terakhir. Hal ini meningkatkan daya akuisisi pembeli saat mereka ingin memanfaatkan margin yang tipis. Biaya pendanaan yang berkurang 50-100 bps (secara ytd), semakin mendorong para manajer investasi untuk kembali ke pasar.
Baca Juga: Sejumlah Pasar Properti Asia Pasifik Dapat Momentum Positif
Regina Lim, Kepala Riset Pasar Modal, Asia Pasifik menjelaskan, jumlah investor yang kembali lebih banyak di kuartal ketiga, menegaskan hasrat mereka terhadap aset-aset di Asia Utara serta properti yang berhubungan dengan logistik dan pusat data.
"Kami sangat yakin bahwa di kuartal keempat akan ada peluang yang lebih luas di seluruh kawasan, terutama di beberapa kelas seperti multifamily dan pasar yang sedang menguat seperti Singapura,” kata Regina Lim.
Di sisi lain, James Taylor, Head of Research JLL Indonesia mengungkapkan, di Indonesia, sektor logistik tetap menjadi fokus bagi para investor sebagai sektor yang terus menunjukkan kinerja yang kuat selama masa pandemi.
"Meskipun memiliki berbagai tantangan, para pengembang baik lokal maupun internasional kemungkinan besar akan tetap aktif di sektor perumahan sementara sektor pusat data terus menarik minat investor sebagai kelas aset yang sedang berkembang,” tutup James Taylor.