Lulus Uji Coba, Inilah Kelebihan Beton Pracetak untuk Rumah Susun

Proses dan waktu pembangunan Rusun dengan memanfaatkan teknologi beton pracetak akan lebih cepat dibanding dengan pembangunan dengan cara konvensional.

Penerapan teknologi pracetak pada rumah susun. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Penerapan teknologi pracetak pada rumah susun. (Foto: Dok. Kementerian PUPR)

RealEstat.id (Jakarta) – Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (KemenPUPR) terus mendorong pemanfaatan teknologi beton pracetak untuk pembangunan rumah susun (Rusun). Pasalnya, teknologi beton pracetak diyakini mampu mempermudah dan mempersingkat waktu pembangunan hunian vertikal.

“Penggunaan beton pracetak akan mempercepat pembangunan rumah susun di Indonesia,” jelas Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Khalawi Abdul Hamid, saat menghadiri Presentasi Teknologi Pracetak dalam Pembangunan Rusun yang dilakukan oleh PT Wijaya Karya (Wika) di Kementerian PUPR, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Perluas Jangkauan SiKasep, PPDPP Kembangkan “Big Data” Hunian

Dalam kegiatan tersebut tampak hadir Plt. Direktur Rumah Susun, Maryoko Hadi; Kepala Satuan Kerja Pengembangan Perumahan, Bisma Staniarto; Pejabat Pembuat Komitmen Perencanaan dan Pengendalian Satuan Kerja Pengembangan Perumahan, PPK Rumah Susun Bertingkat Tinggi Satker Pengembangan Perumahan, perwakilan PT Wika, PT Wika Beton, PT Waskita Karya, PT Adhi Karya, PT Brantas Abipraya, PT Nindya Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Bina Karya.

Khalawi menambahkan, proses dan waktu pembangunan Rusun dengan memanfaatkan teknologi beton pracetak akan lebih cepat dibanding dengan pembangunan dengan cara konvensional. Dengan demikian diharapkan ke depan pelaksanaan pembangunan Rusun di Indonesia ke depan bisa memanfaatkan teknologi tersebut dengan tetap memerhatikan kualitas hasil pembangunan.

Baca Juga: 2020, Program Bedah Rumah (BSPS) Serap 231.186 Tenaga Kerja

“Pemanfaatan teknologi pracetak modular dilakukan di Rumah Susun Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) di Jatinangor, Bandung," kata Khalawi.

Lebih lanjut, dia menerangkan, Program Sejuta Rumah yang akan dilaksanakan pemerintah pada tahun-tahun mendatang juga akan diarahkan pada pembangunan hunian vertikal di sejumlah provinsi di Indonesia. Apalagi lahan perumahan yang semakin terbatas mau tidak mau juga akan membuat Pemda untuk mendorong masyarakatnya tinggal di Rusun.

Baca Juga: Kementerian PUPR: “New Normal” Akan Dorong Program Sejuta Rumah

Sistem pracetak ini, imbuhnya, juga sudah lulus uji coba dari Puskim Balitbang Kementerian PUPR. Teknologi pracetak ini memiliki keunggulan mutu, keunggulan kecepatan, lebih kedap suara, lebih kedap terhadap panas.

“Ditjen Perumahan mempunyai Program Sejuta Rumah di kota-kota besar di Indonesia yang berbentuk tower Rusun. Jadi dengan teknologi pracetak ini kami bisa mempercepat proses pembangunannya,” harapnya.

redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Ilustrasi rumah layak huni untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi rumah layak huni untuk kalangan masyarakat berpenghasilan rendah atau MBR. (Sumber: BP Tapera)
Kawasan kumuh (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Kawasan kumuh (Foto: Dok. Kementerian PUPR)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)
Ilustrasi perumahan menengah bawah. (Sumber: BP Tapera)