RealEstat.id (Jakarta) – Sebagaimana kita ketahui, Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai target nol emisi karbon pada tahun 2060, bahkan lebih cepat. Dengan komitmen ini, para stakeholder properti di Indonesia harus mulai mempertimbangkan aspek keberlanjutan (sustainablity) dalam perencanaan strategis tersebut.
Konsultan properti asal Amerika Serikat, JLL mengungkapkan bahwa salah satu inisiatif yang dapat dilakukan korporasi adalah mengurangi emisi karbon di sektor properti yang menyumbang sekitar 40% emisi karbon global.
James Allan, Country Head JLL Indonesia, menjelaskan: "properti adalah salah satu sektor penyumbang emisi karbon tertinggi. Untuk itu, para pemangku kepentingan, termasuk pemilik bangunan, perlu menyeimbangkan upaya dari bangunan baru hingga renovasi perbaikan, karena bangunan baru saja tidak cukup membantu Indonesia dalam mencapai target nol karbon.”
Baca Juga: Green Building Berkonsep ESG Mulai Jadi Tren di Pasar Perkantoran Jakarta
Menurut laporan terbaru JLL bertajuk Indonesia’s journey towards sustainable real estate, Jakarta diharapkan mengambil langkah terdepan melalui Jakarta 30:30 Commitment, mengingat bahwa Jakarta kini menjadi kota yang lebih sehat, sejalan dengan perbaikan infrastruktur.
“Hingga kuartal kedua 2022, ada sekitar 1,9 juta meter persegi area green office di Jakarta, di mana 42% di antaranya merupakan gedung perkantoran Grade A yang telah memperoleh sertifikasi hijau,” kata Yunus Karim, Head of Research JLL Indonesia.
Dengan arahan pemerintah untuk mengurangi emisi karbon di Indonesia, di tengah meningkatnya permintaan akan gedung dengan konsep berkelanjutan, diharapkan bahwa para pemilik gedung, baik gedung baru maupun lama, akan berupaya menerapkan konsep bangunan hijau.
Baca Juga: Gedung Ramah Lingkungan Jadi Incaran Perusahaan di Asia Pasifik
“Perbaikan bangunan tua yang belum memenuhi aspek keberlanjutan sangat penting untuk memenuhi permintaan pasar dan dapat menghindari penurunan nilai bangunan di masa mendatang. Bangunan yang hemat energi berpotensi dapat menghemat biaya operasional yang cukup signifikan,” kata Prisca Winata, Energy and Sustainability Lead JLL Indonesia.
Sebagai informasi, JLL adalah perusahaan layanan profesional yang memiliki spesialisasi dalam manajemen real estat dan investasi. JLL masuk dalam perusahaan Fortune 500 dengan pendapatan tahunan USD19,4 miliar, beroperasi di lebih dari 80 negara dengan tenaga kerja global mencapai lebih dari 102.000 pekerja per 30 September 2022.