Keterbatasan Pasokan dan Bujet Jadi Kendala Pasar Hunian Ekspatriat di Jakarta

Individual-owned apartment semakin diminati ekspatriat sebagai alternatif hunian di Jakarta, karena dinilai lebih memenuhi syarat.

Foto: Pixabay.com
Foto: Pixabay.com

RealEstat.id (Jakarta) – Momentum pasar hunian ekspatriat di Jakarta kembali menggeliat pada tahun 2023, setelah tiarap dihantam pandemi Covid-19 awal 2020 lalu.

Konsultan properti Colliers Indonesia memprediksi, meski menunjukkan peningkatan stabil dan dapat dikatakan telah secara konsisten membaik, namun pasar hunian ekspatriat di Jakarta cenderung melandai hingga 2024.

Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia mengungkapkan, ekspatriat yang paling aktif bekerja dan mencari hunian di Jakarta umumnya berasal dari negara-negara Asia, seperti Jepang, Taiwan, India, dan Korea.

Baca Juga: Pasar Apartemen Sewa Jakarta: Tak Hanya Diminati Ekspatriat dan Corporate Client

"Para ekspatriat ini bekerja di berbagai sektor, seperti pertambangan, perbankan, farmasi, konsultasi, dan logistik. Umumnya, mereka menempati posisi manajerial hingga direktur," tuturnya.

Hal yang menarik diperhatikan adalah kedatangan ekspatriat asal Rusia yang mulai tampak di Jakarta. Mereka banyak bekerja di sektor yang berhubungan dengan teknologi nuklir.

Ferry Salanto menyebut, lantaran lahan yang makin terbatas, pasokan rumah tapak baru di Jakarta sangat minim.

Di samping itu, imbuhnya, kebanyakan rumah tapak dibangun untuk dijual, bukan untuk disewa—seperti preferensi para ekspatriat—sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri.

Baca Juga: Pasar Apartemen Sewa di Jakarta Menggeliat, Ini Indikatornya

Untuk itu, individual-owned apartment semakin diminati ekspatriat sebagai alternatif hunian di Jakarta yang lebih terjangkau.

Mereka terutama memilih tinggal di apartemen District 8 dan Senopati Suites, karena dinilai memiliki lokasi strategis, unit yang lebih luas, dan biaya yang lebih rendah.

"Saat ini, sejumlah ekspatriat cenderung datang ke Jakarta tanpa keluarga (single), dan 90% dari mereka memilih tinggal di apartemen daripada rumah tapak," tuturnya.

Menurut Ferry, tren ini dapat dikaitkan dengan anggaran perusahaan yang tetap stagnan sejak pandemi, dengan penurunan sekitar 30%, sementara harga sewa properti oleh pemilik sudah meningkat.

Baca Juga: WNA Makin Mudah Punya Properti, Elevee Condominium Bidik Market Ekspatriat

Data Colliers Indonesia menunjukkan, harga sewa di beberapa properti ”terbaik” naik 11% - 13%, bahkan 15%, namun di sisi lain, anggaran akomodasi hunian untuk ekspatriat tidak naik dalam dua tahun terakhir.

Sementara itu, nilai tukar yang tinggi dan inflasi akan terus mendorong naiknya harga sewa hunian para pekerja asing ini.

"Hal ini akan memberatkan beberapa ekspatriat yang tak jarang menggunakan uang mereka sendiri untuk menutupi ongkos tersebut," tutup Ferry.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Perkantoran CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id)
Perkantoran CBD Jakarta. (Foto: Realestat.id)
Kantor Kementerian PUPR (Foto: realestat.id)
Kantor Kementerian PUPR (Foto: realestat.id)
Ecoverse, proyek townhouse besutan NPG Indonesia di Bali yang dibangun selaras dengan konsep Tri Hita Karana (Foto: Istimewa)
Ecoverse, proyek townhouse besutan NPG Indonesia di Bali yang dibangun selaras dengan konsep Tri Hita Karana (Foto: Istimewa)