RealEstat.id (Jakarta) – Setelah pandemi berakhir, Bali menjadi incaran para investor properti. Bahkan perkembangan pasar properti di Bali melampaui ekspektasi semua orang.
Hal ini membuat pembangunan properti di Pulau Dewata saat ini terlihat makin masif dan mampu menarik minat investor, baik lokal maupun internasional.
Menyusul kebijakan tarif timbal balik yang diterapkan Presiden AS, Donald Trump, terhadap produk impor dari sejumlah negara, termasuk Indonesia, Kementerian Pariwisata Indonesia meyakini, sektor pariwisata bisa menjadi alat pertahanan ekonomi nasional dalam menghadapi tekanan eksternal akibat imbas kebijakan tersebut.
Hal ini sangat memungkinkan, lantaran turisme adalah bisnis jasa yang tidak terganggu oleh kebijakan tarif dagang, sehingga dengan menarik lebih banyak wisatawan mancanegara, Indonesia dapat menjaga stabilitas Rupiah dan cadangan devisa.
Baca Juga: Kembangkan Ecoverse, NPG Indonesia Beri Jaminan Struktur Bangunan 25 Tahun
Di samping itu, potensi pemasukan pajak yang sangat menjanjikan dari kegiatan jual-beli maupun sewa properti resedensial dan hotel, menjadi salah satu tolok ukur pemerintah Indonesia dalam mendorong pertumbuhan dan kelangsungan industri pariwisata di Bali.
Sebagai ilustrasi, vila di tempat strategis bisa mendapatkan rental yield (hasil sewa) hingga 15% sampai 25% per tahun, atau jauh di atas rata-rata rental yield dunia yang hanya 5%.
Hal ini dimungkinkan karena Bali merupakan daerah wisata, di mana umumnya tingkat keterisian (okupansi) hotel dan vila antara 70% hingga 80%.
Fokus strategis pemerintah pada sektor pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan, dirancang untuk menarik high-spending tourist, juga dapat meningkatkan daya tarik Pulau Seribu Pura ini sebagai destinasi premium.
Baca Juga: Diminati Milenial, Desain Rumah Pintar Adalah Masa Depan Industri Properti
Di sisi lain, peningkatan jumlah wisatawan asing ke Bali, mendorong kenaikan harga properti residensial, khususnya di lokasi-lokasi populer seperti Canggu, Seminyak, dan Ubud.
Konsultan properti Knight Frank menyatakan bahwa Bali merupakan salah satu dari sepuluh destinasi investasi yang dipilih oleh orang kaya sebagai rumah kedua.

Riset tersebut juga menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi di Bali telah mencapai 7,5% sejak tahun 2021, dengan tingkat hunian rata-rata yang terus meningkat hingga mencapai 75%, menjadikan investasi di Bali sangat menarik.
Sementara tren yang berkembang adalah pergeseran minat wisatawan ke daerah-daerah baru di Bali bagian barat, seperti Seseh, Kedungu, Cemagi, Nyanyi, dan Pererenan. Lokasi-lokasi ini membuka peluang baru untuk pengembangan real estat.
Baca Juga: Jawab Tren Sustainability, Ecoverse Hadirkan Hunian Eco-friendly di Nuanu Creative City, Bali
Sementara, tempat-tempat populer seperti Sanur, Seminyak, dan Ubud tetap diminati, generasi muda semakin tertarik ke daerah-daerah yang menawarkan hubungan yang lebih akrab dengan alam dan lingkungan yang lebih hijau.
Evgeny Obolentsev, General Manager NPG Indonesia mengatakan, salah satu prinsip paling utama dalam investasi properti adalah lokasi, lokasi, dan lokasi.
"Agar sebuah proyek properti sukses, yang perlu jadi pertanyaan: apakah lokasi tersebut populer atau tidak? Apakah lokasi tersebut masih menjanjikan pertumbuhan harga dalam 10 hingga 15 tahun ke depan, atau akan masuk fase jenuh?” ungkapnya.
Menurut Evgeny, properti adalah investasi jangka panjang, sehingga lokasi-lokasi yang memiliki potensi untuk bertumbuh menjadi pilihan yang lebih logis—di luar potensi sewa setiap tahunnya.
Baca Juga: NPG Indonesia: Townhouse Bakal Jadi Tren Pengembangan Hunian di Bali, Ini Alasannya!
Kawasan Nyanyi di Kabupaten Tabanan adalah salah satu contohnya, yang telah menjadi hidden-gem bagi mereka yang mencari kehidupan yang lebih dekat dengan alam.
"Tren saat ini adalah ke arah alam, keasrian lingkungan, dan suasana damai dengan semua infrastruktur yang dibutuhkan di dekatnya," jelas Evgeny.

Dia mengatakan, Pantai Nyanyi dikenal sebagai pantai dengan pasir hitam yang eksotis, ombak besar yang cocok bagi para penggemar olah raga selancar, serta memiliki panorama matahari terbenam yang indah.
"Lokasinya pengembangan baru ini pun menawarkan pemandangan alam yang masih perawan dan asri," tuturnya.
Baca Juga: Inilah Tiga Tren yang Pengaruhi Lanskap Pasar Properti Bali
Secara bisnis, Kabupaten Tabanan bisa dikata sebagai salah satu kawasan yang paling prospektif untuk investasi di Bali. Pada tahun 2021 Kabupaten Tabanan menempati posisi kelima setelah Badung, Denpasar, Gianyar, dan Jimbaran, dengan indeks permintaan properti mencapai 3,28%.
Wilayah ini juga termasuk dalam pengembangan untuk kawasan metropolitan Bali: Sarbagita (Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan).
“Bahkan, dilihat dari posisi indeks permintaan properti, Tabanan berada di atas Nusa Dua, Seminyak dan Ubud,” ungkap Evgeny Obolentsev.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali mencatat realisasi investasi mencapai Rp12,48 triliun pada triwulan satu 2024. Jumlah itu salah satunya terdiri atas investasi asing yang mencapai Rp7,49 triliun.
Baca Juga: NPG Indonesia: Bali Jadi Destinasi Premium, Peluang Pasar Properti Makin Terbuka
Lima sektor realisasi investasi yang paling banyak meliputi hotel dan restoran, perumahan, kawasan industri dan perkantoran, jasa lainnya, listrik, gas dan air hingga perdagangan dan reparasi.
Lebih lanjut, dia menyoroti Nuanu Creative City sebagai landmark utama di kawasan Nyanyi, Kabupaten Tabanan. Dengan luas 44 hektar, Nuanu merupakan pusat visioner di Bali yang mewujudkan komitmen untuk hidup harmonis.

Nuanu membina komunitas kreator, pemimpin, dan penggerak perubahan yang dinamis, menawarkan ruang yang dirancang dengan cermat untuk pendidikan, seni dan budaya, kesehatan, hiburan, serta kehidupan yang terinspirasi alam.
Bersama-sama, elemen-elemen yang saling terkoneksi ini membentuk ekosistem yang mendorong kolaborasi, kreativitas, dan hubungan yang bermakna.
Baca Juga: Jaga Kelestarian Alam dan Budaya Bali, NPG Indonesia Kembangkan Ecoverse
“Seiring dengan terus berkembangnya Nuanu Creative City, kami memperkenalkan Ecoverse, sebuah proyek hunian premium yang terletak di gerbang menuju pengembangan proyek visioner ini,” imbuh Evgeny Obolentsev.
Ecoverse merupakan kompleks hunian yang menawarkan kenyamanan luar biasa, melalui konstruksi bangunan berkualitas tinggi dan keselarasan dengan alam sekitar.
Menampilkan 35 unit apartemen dan 16 unit townhouse setinggi 2 dan 3 lantai, hunian di Ecoverse ditawarkan dengan status leasehold selama 28 tahun dengan opsi perpanjangan hingga 30 tahun.
Dia menerangkan, NPG Indonesia adalah perusahaan pengembang yang memfokuskan diri dalam pengembangan real estat di Bali melalui penyelarasan bangunan, fasilitas, dan gaya hidup modern dengan alam dan lingkungan sekitar.
Baca Juga: Gelontorkan Rp2,4 Triliun, Nuanu Bangun 50 Proyek Dalam Kawasan Terpadu di Bali
Lebih lanjut, Evgeny Obolentsev menjelaskan, NPG selalu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan (sustainability) dalam setiap proyek hunian yang dikembangkan.
Ecoverse dilengkapi beragam fasilitas, seperti kolam renang olympic sepanjang 25 meter, gym, dan restoran. Area hunian seluas 5.250 meter persegi ini sudah terjual 75% dan menjadi satu-satunya proyek di sekitar Nuanu Creative City memiliki fasilitas parkir bawah tanah.
Untuk menunjang mobilitas para penghuni, sekaligus mendukung prinsip-prinsip keberlanjutan, Ecoverse menyediakan kendaraan buggy listrik.
“Dedikasi kami terhadap detail, memastikan kualitas produk Ecoverse mampu menawarkan kenyamanan dan kepuasan para konsumen. Untuk memastikannya, kami bahkan memberikan garansi struktur bangunan hingga 25 tahun. Hal ini sangat penting, demi keamanan investasi konsumen kami,” tutup Evgeny Obolentsev.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News