Investasi Properti Komersial di Asia Pasifik Naik 13% di Kuartal I 2024: Riset JLL

Konsultan properti global JLL mencatat, volume investasi properti komersial di Asia Pasifik pada Kuartal I 2024 mencapai USD30,5 miliar.

Foto: Pixabay.com
Foto: Pixabay.com

RealEstat.id (Jakarta) – Asia Pasifik menjadi satu-satunya kawasan di seluruh dunia yang mengalami pertumbuhan investasi properti komersial di Kuartal I 2024, dengan volume investasi mencapai USD30,5 miliar.

Menukil data dan analisis perusahaan konsultan real estat global JLL, investasi properti komersial di kawasan Asia Pasifik tumbuh sebesar 13% secara tahunan (YoY) pada kuartal I 2024.

"Hal ini menandai kenaikan untuk kedua kalinya secara tahunan setelah penurunan selama tujuh kuartal berturut-turut," tutur Stuart Crow, CEO Asia Pacific Capital Markets JLL.

Peningkatan volume investasi terjadi di tengah akuisisi secara besar-besaran oleh investor global, sementara investor institusional melanjutkan penanaman modal.

Baca Juga: Volume Investasi Properti Komersial di Asia Pasifik Turun, China Anomali

Asia Utara memimpin pertumbuhan di kawasan ini, di mana Jepang menjadi pasar teraktif di Asia Pasifik dengan volume investasi sebesar USD11,5 miliar, naik 29% (YoY) di sepanjang kuartal tersebut.

"Para pembeli domestik fokus pada aset inti di Jepang, sementara pemodal asing menunjukkan minat pada investasi yang bersifat oportunistik," kata Stuart Crow.

Investor luar negeri tetap tertarik pada Jepang melalui akuisisi skala besar di sektor perkantoran, logistik dan industri, didorong oleh kondisi keuangan yang leluasa, selisih imbal hasil yang positif, dan mata uang yang lemah.

Korea Selatan menarik investasi sebesar USD4,3 miliar, atau meningkat 73% secara tahunan (YoY). Sektor perkantoran mendominasi investasi berkat fondasi yang stabil, tingkat ketidakterisian yang rendah, dan permintaan sewa yang kuat.

Baca Juga: Investasi Properti Komersial di Asia Pasifik Turun 27%, Apa Penyebabnya?

Singapura (USD2,2 miliar) mencatat pertumbuhan investasi sebesar 14% (YoY) berkat alokasi modal ke aset-aset ritel yang memiliki prospek sewa positif dan sebaran hasil investasi yang menguntungkan. 

Menurut Stuart, Kuartal I 2024 mencerminkan berlanjutnya minat para investor di tengah fondasi ekonomi Asia Pasifik yang kuat dan peluang harga yang menarik di pasar serta kelas aset yang beragam.

"Kami melihat meningkatnya minat dari investor lokal maupun luar negeri terhadap berbagai profil risiko," tuturnya, menambahkan.

Di seluruh Asia Pasifik, perkantoran tetap menjadi sektor yang paling aktif, meskipun volume investasi mengalami penurunan sebesar 1% YoY (USD 12,6 miliar).

Baca Juga: JLL: Investasi Hotel di Asia Pasifik Selama 2023 Melemah, Ini Penyebabnya

Sektor logistik & industri, dan sektor ritel masing-masing mencatat pertumbuhan volume sebesar 36% (US$ 7,8 miliar) dan 8% (US$ 5,7 miliar) YoY.

Selain itu, sektor lintas batas seperti logistik & industri, ritel, dan hunian membukukan pertumbuhan secara tahunan meski dibayangi sentimen ketidakpastian harga yang menyebabkan pertumbuhan aktivitas lintas batas cenderung moderat.

Di sejumlah negara utama lainnya di kawasan ini, Australia mencatat volume investasi sebesar USD3,0 miliar, China sebesar US$5,6 miliar, dan Hong Kong sebesar USD0,7 miliar.

Angka-angka tersebut menunjukkan penurunan dibanding tahun sebelumnya. Australia dan China mengalami penurunan sebesar 19% (YoY), sedangkan Hong Kong mencatat penurunan sebesar 54% (YoY).

Baca Juga: Investor Properti Asia Pasifik: Ketidakpastian Harga dan Suku Bunga Pengaruhi Arus Modal

"Ketidakpastian suku bunga terus memengaruhi aktivitas investasi di Asia Pasifik, tetapi kami mulai melihat pemulihan pada tahun 2024 dan pasar menyesuaikan kembali ekspektasi mereka," kata Pamela Ambler, Head of Investor Intelligence JLL Asia Pasifik.

Dia mengatakan, sentimen terus dipengaruhi oleh ekonomi AS yang kuat meskipun suku bunga dasarnya tinggi, yang berarti penurunan suku bunga mungkin belum akan terjadi dalam waktu dekat.

"Ke depannya, kami berharap aktivitas investasi akan terus menguat seiring repricing dalam perdagangan, dan investor menyesuaikan kembali portofolio dan strategi mereka dengan tingkat suku bunga saat ini," pungkas Pamela Ambler.

Redaksi@realestat.id

Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terkait

Forest Dining & Media Room di Kondominium Nava Grove, Singapura (Foto: Istimewa)
Forest Dining & Media Room di Kondominium Nava Grove, Singapura (Foto: Istimewa)
Pasca akuisisi, The Grand Eastlakes akan di-rebranding menjadi One Global Centre. (Foto: Istimewa)
Pasca akuisisi, The Grand Eastlakes akan di-rebranding menjadi One Global Centre. (Foto: Istimewa)
Kingdom Center Tower sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia dan menjadi bangunan ikonik di Arab Saudi. (Sumber: Architec Magazine)
Kingdom Center Tower sebagai salah satu gedung tertinggi di dunia dan menjadi bangunan ikonik di Arab Saudi. (Sumber: Architec Magazine)
The Grand yang akan berganti nama menjadi One Global Centre. (Foto: dok. One Global Capital)
The Grand yang akan berganti nama menjadi One Global Centre. (Foto: dok. One Global Capital)