RealEstat.id (Jakarta) – Pasar rumah tapak di Jabodetabek (Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi) terbantu dengan hadirnya akses tol baru yang membuat harga rumah di Depok dan Bekasi mengalami kenaikan harga signifikan setahun terakhir. Sementara itu, harga rumah tapak di Jakarta tetap tumbuh, meski terbatas.
Konsultan real estat Leads Property menyebut, hingga kuartal pertama 2023 lalu, pasokan rumah tapak di Jakarta mengalami kenaikan 5,7% secara tahunan (YoY) dengan tingkat penjualan naik 5,9% (YoY), sedangkan pertumbuhan harga meningkat 1,4% (YoY).
Pasokan rumah tapak di Tangerang tercatat naik 12,1% (YoY) dengan tingkat penjualan turun -1,7% (YoY), sementara pertumbuhan harga rumah naik 7,8% (YoY). Di Bekasi, pasokan rumah naik 6,1% (YoY) dengan tingkat penjualan turun -0,4% (YoY) dan pertumbuhan harga rumah naik 20% (YoY).
Baca Juga: Permintaan Perumahan Kelas Atas Meningkat di Semester I 2023: Survei Cushman & Wakefield
Sementara itu, pasokan rumah tapak di Bogor meningkat 4,7% (YoY), di mana tingkat penjualan juga naik 1,2% (YoY) dan pertumbuhan harga rumah 8,3% (YoY).
Di sisi lain, pasokan rumah tapak di Depok naik 8,4% (YoY) dengan tingkat penjualan turun -0,4% (YoY), sedangkan pertumbuhan harga rumah naik 17,0% (YoY).
Pasar Rumah Tapak Jabodetabek di Kuartal III 2023
Hendra Hartono, CEO dan Co-Founder Leads Property menjelaskan, hingga akhir Kuartal III 2023, pasokan rumah tapak di Jabodetabek tercatat mencapai 162 ribu unit dengan persebaran: Jakarta (5%), Bogor (21%), Bekasi (25%), Depok (5%), dan Tangerang (44%).
Rata-rata tingkat penjualan rumah mencapai 93%, di mana Jakarta menyentuh angka (82%), Bogor (94%), Bekasi (93%), Depok (96%), dan Tangerang (93%).
Sementara itu, harga jual rata-rata rumah tapak di Jabodetabek berkisar Rp2,5 miliar per unit. Berdasarkan daerah, harga rata-rata di Jakarta (Rp5,4 miliar), Bogor (Rp900 juta), Bekasi (Rp1,5 miliar), Depok (Rp1,8 miliar), dan Tangerang (Rp3,1 miliar).
Baca Juga: Pasokan Perumahan Tapak Naik 2,6% di 2024: Survei Cushman & Wakefield
"Kendati demikian, kami mencatat pergerakan pasar rumah tapak di Bodetabek cenderung tumbuh positif sejak pandemi," kata Hendra Hartono.
Leads Property memprediksi kinerja penjualan positif masih akan terjadi hingga tahun 2024 di tengah perlambatan pertumbuhan pasokan dan permintaan.
Pengembangan hingga tahun 2024, tutur Hendra Hartono, masih akan cenderung terfokus di wilayah Tangerang dan Bekasi selain karena sehatnya tingkat penjualan namun juga ketersediaan lahan yang melimpah.
"Perkembangan harga jual akan dijaga dengan kenaikan yang relatif rendah, sebagai upaya untuk menjaga ekspektasi pasar di tengah perlambatan ekonomi dan kenaikan suku bunga," jelasnya.
Baca Juga: Peluang dan Tantangan Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di 2024
Tren Pasar Rumah Tapak di Jabodetabek
Leads Property menyebut, ada sejumlah tren yang terjadi di pasar rumah tapak Jabodetabek, yang perlu dicermati.
1. Fasilitas Township Lengkap
Township adalah kota mandiri yang menawarkan berbagai fasilitas seperti sekolah, universitas, mal, fasilitas olah raga, dll akan mengalami penyerapan permintaan yang lebih cepat.
2. Rumah Dekat Akses Tol
Kedekatan dengan akses tol akan mempercepat waktu tempuh menuju pusat kota, sehingga permintaannya diprediksi meningkat dan harga rumahnya akan menjadi lebih tinggi
3. Skema KPR masih primadona
KPR masih akan mendominasi pembelian rumah dengan kemungkinan pembiayaan hingga 80% dan tenor maksimal 25 tahun
4. Preferensi Harga Pembeli Rumah
End-user pembeli hunian pertama sebagian besar akan memilih unit dengan harga antara Rp1 miliar - Rp2 miliar untuk calon keluarga mereka.
Baca Juga: Proyeksi 2024: Menggarap Pasar Milenial dan Properti Berwawasan Lingkungan
Peluang Rumah Tapak di 2024
Meski memasuki tahun politik, Leads Property menggarisbawahi sejumlah peluang di sektor rumah tapak Jabodetabek di 2024.
1. Insentif PPN DTP
Insentif PPN DTP dinilai akan menjadi katalis permintaan (demand) serta akan meringankan beban pajak bagi konsumen. Diharapkan, masyarakat dapat lebih mudah mengakses properti dengan harga di bawah Rp2 miliar, sehingga memacu likuiditas pasar properti dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi sektor tersebut.
2. Potensi Kerja Sama Pengembangan Township
Karena pengembang besar akan fokus pada pembangunan skala township, sehingga akan membuka peluang kerja sama dengan investor asing yang selain akan memberikan akses modal namun juga pengalaman dan keahlian.
3. Kota Penyangga Tetap Dilirik
Faktor ketersediaan lahan yang luas dan terjangkau di Tangerang dan Bekasi, terutama di tingkat Kabupaten, akan mendorong pertumbuhan perumahan tapak di Jabodetabek.
Simak Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News