Ekonomi Belum Stabil, Pasar Properti Bergantung Pada Investor Domestik

Seiring perlambatan ekonomi global, pasar properti Indonesia sangat bergantung pada investor domestik, baik dari segi nilai maupun jumlah proyek.

Properti Jakarta (Foto: Pixabay.com)
Properti Jakarta (Foto: Pixabay.com)

RealEstat.id (Jakarta) - Tahun 2021 masih diwarnai situasi ekonomi yang tidak stabil, di mana aliran modal Indonesia ke properti akan terpengaruh. Pasar properti domestik akan terus dipengaruhi oleh permintaan atau ekspektasi diskon harga.

Sebagian besar investor, bahkan yang kecil sekalipun, masih berharap mendapatkan harga yang menguntungkan. Demikian hasil riset yang dirilis Colliers International Group Inc. dengan tajuk "Time to Glance at the Domestic Investor Market and Its Potential".

Baca Juga: Ekonomi Diprediksi Positif, Sinyal Properti Indonesia Bangkit?

Steve Atherton, Head of Capital Markets & Investment Services Colliers International Indonesia menyebutkan, alasan pengembang properti memberikan harga diskon adalah untuk mempertahankan margin keuntungan minimum di tengah kondisi pasar yang lemah. Pendapatan ke depan akan berkurang dan mencerminkan pemulihan yang lebih lambat. Untuk itu, harga tanah perlu penyesuaian.

"Sementara itu, untuk aset yang menghasilkan pendapatan pasif, waktu untuk menyewakan gedung atau menjual unit strata title akan lebih lama. Oleh karena itu, harga sewa dan insentif pemasaran perlu disesuaikan. Akibatnya, harga akan mencerminkan faktor-faktor ini," kata Steve Atherton.

Baca Juga: Iklim Investasi Properti Dunia Akan Rebound di 2021, Apa Penyebabnya?

Saat ini, pembatasan perjalanan dapat menjadi tantangan bagi orang asing, terutama mereka para pembuat keputusan yang datang ke Indonesia untuk bertemu klien secara langsung dan berkunjung lokasi proyek properti.

"Pengembang dengan bisnis yang lebih mapan dan memiliki tim lokal di lapangan, kemungkinan besar dapat mulai menggarap proyek baru. Hal ini juga berlaku bagi perusahaan asing yang menanamkan modal dengan partner pengembang lokal, serta sudah memiliki kantor perwakilan dan tim di lapangan," katanya.

Investor Beralih ke Public Market
Terlepas dari peran pemerintah yang dapat membantu meningkatkan jumlah modal yang diarahkan ke aset properti, banyak investor yang menginginkan peluang untuk berinvestasi di pasar properti publik. Ini bisa menjadi alternatif yang akan membawa peluang baru untuk mengelontorkan modal.

Indonesia telah membentuk Dana Investasi Real Estat (DIRE) yang menawarkan peluang besar bagi publik untuk berinvestasi di sektor real estat yang lebih besar. Dengan DIRE, mereka dapat membeli saham sebuah gedung atau portofolio lain yang lebih besar.

Baca Juga: Pasar Properti 2021 Masih Tidak Stabil dan Penuh Tantangan

Monica Koesnovagril, Head of Advisory Services Colliers International Indonesia mengatakan, seiring dengan perlambatan ekonomi global, pasar properti Indonesia sangat bergantung pada investor domestik, baik dari segi nilai maupun jumlah proyek. Dominasi investasi domestik tersebut semakin menguat pada Kuartal III 2020 yang mencapai sekitar 51% berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

"Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dalam negeri masih memiliki kepercayaan berinvestasi di Indonesia. Oleh karena itu, kita melihat bahwa investasi dalam negeri akan lebih signifikan dalam dua atau tiga tahun ke depan,” ujarnya.

Baca Juga: 2021, Transaksi Properti di Asia Pasifik Naik 20%

Menurutnya, secara lokasi, Jabodetabek, khususnya DKI Jakarta, saat ini masih mendominasi investasi, baik dari segi nilai maupun jumlah proyek. Sementara, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat membuka peluang di sektor kawasan industri dan logistik.

Pulau Bali kini juga mulai perlahan menjadi incaran investasi industri. Hal ini menunjukkan bahwa peluang investasi kini semakin besar, tidak hanya bagi investor dalam negeri tetapi juga bagi investor asing di masa mendatang.

Redaksi@realestat.id

Berita Terkait

Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Johannes Weissenbaeck, Founder & CEO OXO Group Indonesia
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)
Praktisi Perkotaan dan Properti, Soelaeman Soemawinata (kanan) dan Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna dalam Diskusi Forwapera bertajuk "Tantangan Perkotaan dan Permukiman Menuju Indonesia Emas 2045" (Foto: realestat.id)